Angkat Budaya Bangsa, 4 Desainer Tanah Air Gelar Peragaan Busana di Candi Sewu
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Ivan Gunawan bersama Yayasan Mega Bintang Indonesia menggelar peragaan busana di situs Candi Sewu, Yogyakarta. Dalam pagelaran ini, Ivan bakal menghadirkan koleksi terbarunya bersama desainer Deden Siswanto, Julianto, dan jenama Maison Baaz. Semuanya akan secara khusus mengetengahkan kain batik Iwan Tirta Private Collection.
Karya-karya para desainer yang berkolaborasi dengan batik Iwan Trita Private Collection diperagakan oleh 50 finalis Miss Mega Bintang Indonesia 2024.
Dalam kolaborasinya dengan Iwan Tirta Private Collection, Ivan Gunawan menghadirkan 14 set rancangan berupa gaun dengan struktur yang kokoh dan solid. Koleksi ini mengusung siluet A-line dan fit and flair, serta diperkaya dengan craftmanship dan kreativitas yang imajinatif.
Gaun-gaun ini juga dihiasi dengan ornamentasi yang diretas dari motif yang terdapat di Batik Iwan Tirta. Misalnya, satu gaun bersiluet A-line dihiasi dengan guntingan motif burung Phoenix dari batik yang tepiannya telah dibordir. Phoenix tampak seperti ilustrasi yang menghiasi total look gaun.
Secara garis besar koleksi bernama Prajna Prameswari ini akan menampilkan kewibawaan dan modern.
Istimewa
Sementara itu, kolaborasi Deden Siswanto X Iwan Tirta Private Collection menghadirkan koleksi yang didesain dalam siluet klasik ‘fit and flair’, ramping pada bagian torso, lalu melebar elegan dalam bentuk rok-rok panjang menutup kaki.
Batik-batik Iwan Tirta yang dipilih Deden Siswanto menjadi sandaran warna pada koleksi ini. Warna tersebut antara lain navy blue, turquoise, aquamarine, gold, black, dan picante brown. Terdapat 12 set rancangan yang dihadirkan di koleksi bernama Narasya ini.
Ada pula koleksi Gayatri, yang menjadi karya kolaborasi Julianto X Iwan Tirta Private Colletion. Julianto menyerap karakter dan power dari seorang Gayatri, lalu menterjemahkannya ke dalam koleksi nan modern, dengan motif-motif batik Iwan Tirta yang juga powerful.
Sementara itu, Maison Baaz X Iwan Tirta Private Collection menghadirkan Mata Hari yang terinspirasi dari sosok “Femme Fatale” di dunia spionase. Ia adalah seorang penari bernama Margaretha Geetruida, yang juga mata-mata selama masa Perang Dunia I.
Maison Baaz menuangkan kembali kontradiksi sosok Mata Hari yang tangguh tetapi juga lembut ke dalam satu koleksi rancangan gaun-gaun malam yang indah. Rancangan menggunakan bahan-bahan batik dari Iwan Tirta, yang dihiasi dengan kejelian ornamentasi bordir dan payet bermotif ‘matahari’. Koleksi ini terdiri dari 12 set rancangan, menghadirkan kembali bertemunya budaya Jawa dan Eropa.
Berkolaborasinya Iwan Tirta Private Collection dengan para desainer kali ini sangat membanggakan ranah mode Indonesia. Iwan Tirta Private Collection sebagai rumah batik ingin terus menampilkan batik dalam berbagai gaya, khususnya batik sebagai pakaian wanita melalui inisiatif Iwan Tirta Bespoke Ladieswear.
Melalui program ini, Iwan Tirta Private Collection tidak hanya menampilkan motif batik yang menjadi ciri khasnya, namun juga membina talenta-talenta baru, memberikan wadah bagi para desainer untuk berinovasi dalam kekayaan warisan batik, sehingga memastikan kebangkitan dan evolusi berkelanjutan dalam lanskap mode.
Sementara itu, pagelaran mode ini mendapatkan sambutan baik dari Balai Pelestarian Kebudayaan yang mengelola Candi Sewu.
“Balai Pelestarian Kebudayaan selaku instansi yang melakukan pelindungan terhadap situs Candi Sewu mengapresiasi acara yang bertujuan untuk melestarikan budaya Indonesia,” kata Septina Wardhani, Kepala Sub Bagian Balai Pelestarian Kawasan Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
"Melestarikan dan memajukan budaya Indonesia harus melibatkan seluruh stakeholder. Pelestarian, pemajuan, dan pengembangan kebudayaan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga menjadi tanggung jawab semua pihak dengan cara bergotong royong. Dengan demikian, masyarakat akan lebih mengenal budaya bangsa Indonesia, khususnya situs Candi Sewu dan batik, yang keduanya merupakan bagian dari warisan budaya dunia," pungkasnya.
Karya-karya para desainer yang berkolaborasi dengan batik Iwan Trita Private Collection diperagakan oleh 50 finalis Miss Mega Bintang Indonesia 2024.
Dalam kolaborasinya dengan Iwan Tirta Private Collection, Ivan Gunawan menghadirkan 14 set rancangan berupa gaun dengan struktur yang kokoh dan solid. Koleksi ini mengusung siluet A-line dan fit and flair, serta diperkaya dengan craftmanship dan kreativitas yang imajinatif.
Gaun-gaun ini juga dihiasi dengan ornamentasi yang diretas dari motif yang terdapat di Batik Iwan Tirta. Misalnya, satu gaun bersiluet A-line dihiasi dengan guntingan motif burung Phoenix dari batik yang tepiannya telah dibordir. Phoenix tampak seperti ilustrasi yang menghiasi total look gaun.
Secara garis besar koleksi bernama Prajna Prameswari ini akan menampilkan kewibawaan dan modern.
Istimewa
Sementara itu, kolaborasi Deden Siswanto X Iwan Tirta Private Collection menghadirkan koleksi yang didesain dalam siluet klasik ‘fit and flair’, ramping pada bagian torso, lalu melebar elegan dalam bentuk rok-rok panjang menutup kaki.
Batik-batik Iwan Tirta yang dipilih Deden Siswanto menjadi sandaran warna pada koleksi ini. Warna tersebut antara lain navy blue, turquoise, aquamarine, gold, black, dan picante brown. Terdapat 12 set rancangan yang dihadirkan di koleksi bernama Narasya ini.
Ada pula koleksi Gayatri, yang menjadi karya kolaborasi Julianto X Iwan Tirta Private Colletion. Julianto menyerap karakter dan power dari seorang Gayatri, lalu menterjemahkannya ke dalam koleksi nan modern, dengan motif-motif batik Iwan Tirta yang juga powerful.
Sementara itu, Maison Baaz X Iwan Tirta Private Collection menghadirkan Mata Hari yang terinspirasi dari sosok “Femme Fatale” di dunia spionase. Ia adalah seorang penari bernama Margaretha Geetruida, yang juga mata-mata selama masa Perang Dunia I.
Maison Baaz menuangkan kembali kontradiksi sosok Mata Hari yang tangguh tetapi juga lembut ke dalam satu koleksi rancangan gaun-gaun malam yang indah. Rancangan menggunakan bahan-bahan batik dari Iwan Tirta, yang dihiasi dengan kejelian ornamentasi bordir dan payet bermotif ‘matahari’. Koleksi ini terdiri dari 12 set rancangan, menghadirkan kembali bertemunya budaya Jawa dan Eropa.
Berkolaborasinya Iwan Tirta Private Collection dengan para desainer kali ini sangat membanggakan ranah mode Indonesia. Iwan Tirta Private Collection sebagai rumah batik ingin terus menampilkan batik dalam berbagai gaya, khususnya batik sebagai pakaian wanita melalui inisiatif Iwan Tirta Bespoke Ladieswear.
Melalui program ini, Iwan Tirta Private Collection tidak hanya menampilkan motif batik yang menjadi ciri khasnya, namun juga membina talenta-talenta baru, memberikan wadah bagi para desainer untuk berinovasi dalam kekayaan warisan batik, sehingga memastikan kebangkitan dan evolusi berkelanjutan dalam lanskap mode.
Sementara itu, pagelaran mode ini mendapatkan sambutan baik dari Balai Pelestarian Kebudayaan yang mengelola Candi Sewu.
“Balai Pelestarian Kebudayaan selaku instansi yang melakukan pelindungan terhadap situs Candi Sewu mengapresiasi acara yang bertujuan untuk melestarikan budaya Indonesia,” kata Septina Wardhani, Kepala Sub Bagian Balai Pelestarian Kawasan Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
"Melestarikan dan memajukan budaya Indonesia harus melibatkan seluruh stakeholder. Pelestarian, pemajuan, dan pengembangan kebudayaan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga menjadi tanggung jawab semua pihak dengan cara bergotong royong. Dengan demikian, masyarakat akan lebih mengenal budaya bangsa Indonesia, khususnya situs Candi Sewu dan batik, yang keduanya merupakan bagian dari warisan budaya dunia," pungkasnya.
(tsa)