Sering BAB Sehabis Makan, Baik atau Buruk untuk Kesehatan?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagian besar orang membutuhkan waktu tertentu untuk mencerna makanan setelah masuk ke dalam tubuh. Akan tetapi, adapun beberapa orang sering Buang Air Besar (BAB) usai makan. Apakah ini baik atau buruk untuk kesehatan?
Dokter sekaligus content creator kesehatan, dr. Kevin Mak menjelaskan bahwa makanan yang masuk ke tubuh membutuhkan waktu yang cukup lama untuk diproses dalam saluran pencernaan, hingga dibuang menjadi kotoran.
Ketika makanan sudah masuk ke dalam usus, maka akan ada refleks gastrokolik yang terjadi di usus.
“Ketika makanan masuk dari mulut butuh waktu beberapa jam sampai dua hari hingga dibuang sebagai kotoran. Akhirnya ketika makanan masuk ke dalam usus ada yang disebut sebagai refleks gastrokolik,” kata dr. Kevindi Instagram @drkevinmak, dikutip pada Selasa (7/5/2024).
Refleks gastrokolik merupakan sebuah refleks otomatis yang terjadi di usus untuk melepaskan hormon dan sinyal ke otak. Tujuannya agar usus bisa bekerja lebih aktif serta mengosongkan saluran cerna.
“Itu melepaskan hormon dan sinyal ke otak agar usus bekerja lebih aktif dan mengosongkan saluran cerna biar makanan yang baru bisa masuk,” ujarnya.
Meski begitu, dr. Kevin mengungkap bahwa respons ini sangat normal dan baik untuk tubuh. Sebab, refleks gastrokolik sangat dibutuhkan agar usus dapat bekerja dengan baik.
Dijelaskannya, kotoran yang keluar setelah makan bukan berasal dari makanan yang baru saja dimakan. Akan tetapi, kotoran yang dibuang itu merupakan makanan yang sudah ada di dalam usus selama sehari atau dua hari sebelumnya.
“Jadi ketika makan udah kenyang dan tiba-tiba mau BAB, yang keluar sebenernya bukan makanan yang baru aja dimakan,” ucap dr. Kevin.
“Tapi itu akan membuang makanan yang sudah ada di dalam usus satu sampai dua hari sebelumnya,” ujar dia lagi.
Oleh karenanya, BAB setelah makan bukan berarti makanan yang baru saja dikonsumsi bisa keluar dengan secepat itu. Kotoran tersebut adalah makanan yang telah melalui proses pencernaan yang panjang hingga akhirnya dibuang menjadi kotoran.
Dokter sekaligus content creator kesehatan, dr. Kevin Mak menjelaskan bahwa makanan yang masuk ke tubuh membutuhkan waktu yang cukup lama untuk diproses dalam saluran pencernaan, hingga dibuang menjadi kotoran.
Ketika makanan sudah masuk ke dalam usus, maka akan ada refleks gastrokolik yang terjadi di usus.
“Ketika makanan masuk dari mulut butuh waktu beberapa jam sampai dua hari hingga dibuang sebagai kotoran. Akhirnya ketika makanan masuk ke dalam usus ada yang disebut sebagai refleks gastrokolik,” kata dr. Kevindi Instagram @drkevinmak, dikutip pada Selasa (7/5/2024).
Refleks gastrokolik merupakan sebuah refleks otomatis yang terjadi di usus untuk melepaskan hormon dan sinyal ke otak. Tujuannya agar usus bisa bekerja lebih aktif serta mengosongkan saluran cerna.
“Itu melepaskan hormon dan sinyal ke otak agar usus bekerja lebih aktif dan mengosongkan saluran cerna biar makanan yang baru bisa masuk,” ujarnya.
Meski begitu, dr. Kevin mengungkap bahwa respons ini sangat normal dan baik untuk tubuh. Sebab, refleks gastrokolik sangat dibutuhkan agar usus dapat bekerja dengan baik.
Dijelaskannya, kotoran yang keluar setelah makan bukan berasal dari makanan yang baru saja dimakan. Akan tetapi, kotoran yang dibuang itu merupakan makanan yang sudah ada di dalam usus selama sehari atau dua hari sebelumnya.
“Jadi ketika makan udah kenyang dan tiba-tiba mau BAB, yang keluar sebenernya bukan makanan yang baru aja dimakan,” ucap dr. Kevin.
“Tapi itu akan membuang makanan yang sudah ada di dalam usus satu sampai dua hari sebelumnya,” ujar dia lagi.
Oleh karenanya, BAB setelah makan bukan berarti makanan yang baru saja dikonsumsi bisa keluar dengan secepat itu. Kotoran tersebut adalah makanan yang telah melalui proses pencernaan yang panjang hingga akhirnya dibuang menjadi kotoran.
(tdy)