Waspada Stres Kerja Picu Migrain, Ini Tips Jitu Mengatasinya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Stres kerja telah lama dikenal sebagai salah satu faktor utama yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk migrain. Migrain, yang merupakan sakit kepala parah dan berulang, bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penting bagi pekerja untuk memahami bagaimana stres kerja dapat memicu migrain dan menemukan cara efektif untuk mengatasinya. Konsultan Nyeri dan Nyeri Kepala dr Henry Riyanto Sofyan, SpN, Subsp.NN(K) mengatakan bahwa stres di tempat kerja menjadi salah satu faktor pemicu serangan migrain yang banyak dikeluhkan.
"Saya pribadi adalah orang dengan migrain. Kalau sudah 4 jam non-stop di depan layar komputer, itu pasti alarm tubuh muncul dan harus segera meninggalkan komputer," kata dr Henry dalam webinar Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa yang diinisiasi Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni), Kamis (13/6/2024).
Stres kerja memicu migrain melalui beberapa mekanisme. Ketika seseorang mengalami stres, tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.
Hormon-hormon ini dapat menyebabkan perubahan dalam sistem saraf, memengaruhi pembuluh darah, dan mengaktifkan saraf yang terlibat dalam rasa sakit. Akibatnya, individu yang mengalami stres kronis lebih rentan terhadap serangan migrain.
Pada beberapa kasus, ada juga orang yang mengalami serangan migrain akibat tuntunan yang terlalu besar, stres pekerjaan secara umum, atau faktor lain seperti ada jamur di plafon atau debu di alas karpet. "Ya, pasien migrain itu faktor pemicunya beda-beda. Karena itu, penting sekali untuk kenal sama faktor pemicunya supaya dapat mencegah kemunculan serangan," jelasnya.
Migrain biasanya ditandai dengan beberapa gejala seperti sakit kepala parah yang berdenyut atau berdenyut di satu sisi kepala, mual dan muntah. Sensitivitas terhadap cahaya, suara, dan terkadang bau, serta aura, yaitu gangguan visual atau sensorik yang muncul sebelum serangan migrain.
Meski demikian, migrain akibat stres kerja bisa diatasi dengan beberapa cara. Henry menuturkan bahwa penting yang namanya peregangan atau lepas sejenak dari pekerjaan. Hal ini agar mental tetap waras, juga mencegah kemunculan serangan migrain.
"Relaksasi itu penting agar beban pekerjaan tidak menumpuk dan menyebabkan stres akibat kerja yang terlalu monoton," ujarnya.
Henry pun menyarankan untuk maksimal hanya 2 jam mata konsisten menatap layar komputer. Sehingga per 2 jam sekali, usahakan mata lepas dari pandangan ke komputer.
"Jadi, menatap layar komputer maksimal 2 jam, setelah itu lihat yang hijau-hijau atau lepas dari pandangan ke komputer, setelah itu balik lagi kerja. Ini penting juga buat kesehatan mata. Dengan melakukan relaksasi atau peregangan, itu dapat mengeluarkan beban pada saat bekerja," ungkapnya.
"Ingat, migrain itu bisa dijinakkan selagi Anda tahu faktor pemicu. Ketika tubuh sudah memberi alarm seperti mulai muncul pusing atau nyeri di kepala, maka jangan abaikan itu dan segera lakukan pencegahan," tandasnya.
Lihat Juga: Kaukus Keswa : Hampir 30 Persen Pekerja Sektor Keuangan di Indonesia Mengalami Stres Kerja
Penting bagi pekerja untuk memahami bagaimana stres kerja dapat memicu migrain dan menemukan cara efektif untuk mengatasinya. Konsultan Nyeri dan Nyeri Kepala dr Henry Riyanto Sofyan, SpN, Subsp.NN(K) mengatakan bahwa stres di tempat kerja menjadi salah satu faktor pemicu serangan migrain yang banyak dikeluhkan.
"Saya pribadi adalah orang dengan migrain. Kalau sudah 4 jam non-stop di depan layar komputer, itu pasti alarm tubuh muncul dan harus segera meninggalkan komputer," kata dr Henry dalam webinar Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa yang diinisiasi Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni), Kamis (13/6/2024).
Stres kerja memicu migrain melalui beberapa mekanisme. Ketika seseorang mengalami stres, tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.
Hormon-hormon ini dapat menyebabkan perubahan dalam sistem saraf, memengaruhi pembuluh darah, dan mengaktifkan saraf yang terlibat dalam rasa sakit. Akibatnya, individu yang mengalami stres kronis lebih rentan terhadap serangan migrain.
Pada beberapa kasus, ada juga orang yang mengalami serangan migrain akibat tuntunan yang terlalu besar, stres pekerjaan secara umum, atau faktor lain seperti ada jamur di plafon atau debu di alas karpet. "Ya, pasien migrain itu faktor pemicunya beda-beda. Karena itu, penting sekali untuk kenal sama faktor pemicunya supaya dapat mencegah kemunculan serangan," jelasnya.
Gejala Migrain
Migrain biasanya ditandai dengan beberapa gejala seperti sakit kepala parah yang berdenyut atau berdenyut di satu sisi kepala, mual dan muntah. Sensitivitas terhadap cahaya, suara, dan terkadang bau, serta aura, yaitu gangguan visual atau sensorik yang muncul sebelum serangan migrain.
Meski demikian, migrain akibat stres kerja bisa diatasi dengan beberapa cara. Henry menuturkan bahwa penting yang namanya peregangan atau lepas sejenak dari pekerjaan. Hal ini agar mental tetap waras, juga mencegah kemunculan serangan migrain.
Cara Mengatasi Migrain Akibat Stres Kerja
"Relaksasi itu penting agar beban pekerjaan tidak menumpuk dan menyebabkan stres akibat kerja yang terlalu monoton," ujarnya.
Henry pun menyarankan untuk maksimal hanya 2 jam mata konsisten menatap layar komputer. Sehingga per 2 jam sekali, usahakan mata lepas dari pandangan ke komputer.
"Jadi, menatap layar komputer maksimal 2 jam, setelah itu lihat yang hijau-hijau atau lepas dari pandangan ke komputer, setelah itu balik lagi kerja. Ini penting juga buat kesehatan mata. Dengan melakukan relaksasi atau peregangan, itu dapat mengeluarkan beban pada saat bekerja," ungkapnya.
"Ingat, migrain itu bisa dijinakkan selagi Anda tahu faktor pemicu. Ketika tubuh sudah memberi alarm seperti mulai muncul pusing atau nyeri di kepala, maka jangan abaikan itu dan segera lakukan pencegahan," tandasnya.
Lihat Juga: Kaukus Keswa : Hampir 30 Persen Pekerja Sektor Keuangan di Indonesia Mengalami Stres Kerja
(dra)