Perempuan Penenggelam Anak dari The Conjuring Universe

Minggu, 21 April 2019 - 09:10 WIB
Perempuan Penenggelam Anak dari The Conjuring Universe
Perempuan Penenggelam Anak dari The Conjuring Universe
A A A
The Curse of the Weeping Woman adalah seri keenam dari The Conjuring Universe. Jika film-film sebelumnya dari semesta ini mengambil kisah dari kasus nyata dua detektif supranatural Ed dan Lorraine Warren, Weeping Woman mengambil ceritanya dari akar legenda rakyat dari Meksiko.

Di negeri Latin, Weeping Woman dikenal dengan nama La Llorona. Dalam awal film diceritakan, dia adalah seorang ibu dua anak dengan suami berwajah tampan. Entah apa yang terjadi, sang ibu tiba-tiba menenggelamkan anaknya di sungai hingga tewas. Peristiwa ini terjadi jauh pada masa lampau, yaitu pada abad ke-17.

Setelah peristiwa penenggelaman tersebut, film maju pesat ke tahun 1970-an. Orang tua tunggal Anna (Linda Cardellini) kerepotan mengurus dua anaknya yang masih kecil, Samantha (Jaynee-Lynne Kinchen) dan Chris (Roman Christou). Meski begitu, sebagai pekerja di dinas sosial, dia masih sempat menangani kasus Patricia (Patricia velasquez).

Patricia juga adalah ibu dua anak yang diduga depresi. Laporan menyebut, dia membahayakan kondisi anaknya. Setelah melakukan pengecekan, betul adanya, Patricia mengurung dua anaknya di sebuah ruangan gelap yang dikunci dari luar. Anehnya, Patricia berucap, dia tidak sedang menyakiti anak-anaknya, melainkan melindungi mereka. Bisa ditebak, Patricia sesungguhnya sedang melindungi buah hatinya dari La Llorona.

Karena berasal dari semesta yang sama, Weeping Woman juga punya strategi atau resep yang sama dengan semua film seri The Conjuring, Annabelle, dan The Nun. Ketegangan dibangun dari karakter-karakternya yang selalu ingin tahu, mengendap-endap ke tempat gelap, seolah memang sengaja mencari-cari hantu.

Juga dari musik yang mengagetkan, serta kemunculan makhluk halus dengan tampilan yang bikin menjerit. Karakter anak-anak jadi karakter yang akan membuat penonton berseru gemas, entah karena kebodohannya atau karena kasihan dengan nasib mereka yang harus mati di tangan setan. Menyimak film garapan Michael Chaves ini, tak ada hal baru yang bisa ditawarkan kepada penonton.

Cerita dan horornya adalah imitasi dari film-film horor lainnya. Tapi buat penonton di Indonesia, gaya menakut-nakuti seperti ini masih sangat ampuh untuk membuat penonton menutup mata, berkeringat dingin, hingga menjerit keras-keras di studio bioskop.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5625 seconds (0.1#10.140)