Indonesia Siap Terapkan Telerobotic Surgery, Inovasi Bedah yang Hilangkan Hambatan Geografis

Rabu, 19 Juni 2024 - 18:18 WIB
loading...
Indonesia Siap Terapkan...
Kongres Urological Association of Asia (UAA) akan kembali diadakan di Indonesia pada 5-8 September 2024 dengan diikuti para ahli. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Kongres Urological Association of Asia (UAA) akan kembali diadakan di Indonesia pada 5-8 September 2024. Kongres yang merupakan puncak pertemuan urologi di Asia ini direncanakan digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) dan diperkirakan sekitar 5.000 ahli urologi dari 60 negara, terutama di Asia, akan mengikutinya.

UAA dan Indonesian Urological Association (InaUA) bertindak sebagai tuan rumah kongres, yang tahun ini mengangkat tema “Integrating Urological Frontiers: Transformative Innovation Meets Global Collaboration”. Kongres UAA ke-21 ini diharapkan mampu mewujudkan tujuan utama UAA, yaitu mempromosikan bidang urologi di Asia, serta meningkatkan pelayanan bagi pasien penyakit Urologi khususnya di wilayah Asia.

Kongres ini akan membahas beberapa materi seperti uro-onkologi, androurologi, urologi rekonstruksi, endourologi, neurourologi, urologi pediatrik, dan urologi wanita. Selain itu, salah satu yang menjadi highlight adalah pemaparan kemajuan teknologi bedah robotik yang paling mutakhir, serta demonstrasi langsung bedah telerobotik yang akan dilaksanakan dari Denpasar dan terhubung dengan ahli di Beijing/Shenzhen dengan jarak sekitar 8.500 km.

Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., PhD, Wakil Menteri Kesehatan RI dalam sambutannya menyatakan, saat ini kasus-kasus penyakit urologi masih menjadi tantangan bagi bidang kesehatan di Indonesia.

"Kita ambil contoh kasus Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), jumlah peserta BPJS di Pulau Jawa yang terdiagnosis sepanjang 2016 hingga 2020 berjumlah 97.043 pasien. Sepanjang tahun yang sama, tercatat ada 56.671 pasien yang menjalani operasi dan 49.428 pasien menjalani pengobatan. Angka ini cukup tinggi, belum lagi yang di luar pulau Jawa. Oleh sebab itu, memang perlu adanya wadah untuk para dokter agar bisa saling bertukar informasi terkait kemajuan teknologi atau keberhasilan kasus-kasus tertentu, salah satunya melalui Kongres UAA 2024 yang akan dilaksanakan September nanti," paparnya.

Kasus uronefrologi, tambahnya, adalah satu dari empat prioritas utama pemerintah karena morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.

“Hal ini juga menyebabkan pelayanan di bidang uronefrologi perlu ditingkatkan, sehingga pemerintah berupaya melakukan program pengampuan uronefrologi," ujar Prof. Dante.

Kemenkes mendukung terlaksananya UAA 2024 ini untuk mendorong perkembangan teknologi mutakhir yang sedang ingin dikembangkan di Indonesia yakni bedah telerobotik (telerobotic surgery).

President Elect of the Urological Association of Asia (UAA) dan Chairman Local Organizing Committee Prof. dr. Ponco Birowo, SpU(K), PhD, mengatakan, tahun ini salah satu hal yang sangat disoroti adalah inovasi bedah telerobotik yang mulai diperkenalkan di Indonesia.

“Kami memiliki harapan besar, khususnya bagi Indonesia, agar ke depannya mampu menjalankan bedah telerobotik secara mandiri. Hal ini tentu sangat berguna bagi peningkatan kualitas hidup pasien khususnya di Indonesia," kata Prof. Ponco.

Bedah telerobotik sendiri merupakan salah satu use case inovatif pemanfaatan internet 5G, yang memungkinkan dokter bedah untuk melakukan tindakan operasi terhadap pasien secara jarak jauh dan real-time, termasuk untuk kasus-kasus urologi. Pengembangan telerobotic surgery di Indonesia bekerja sama dengan Iran untuk menjalankan pilot project di tiga rumah sakit, yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin (Bandung), RSUP Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RSUP Haji Adam Malik (Medan).

“Dalam aplikasi di bidang urologi, bedah robotik telah digunakan untuk melakukan operasi prostatektomi radikal dalam penanganan kanker prostat. Selain itu, bedah robotik dapat digunakan untuk laparoskopi nefrektomi radikal dengan menggunakan teknologi sistem Da Vinci yang ada di Indonesia," terang Prof. dr. Chaidir A. Mochtar, SpU(K), Ph.D, selaku Ketua Kolegium Urologi Indonesia dan dokter spesialis urologi.

"Saat ini kami juga memiliki harapan besar di masa depan untuk bisa mengimplementasikan bedah robotik di berbagai rumah sakit, dengan menggunakan sistem-sistem lainnya seperti Edge Medical Robotic dan SHURUI Single-port Endoscopic Surgical System dari negara Cina, Hinotori Surgical Robotic System dari Jepang, ataupun Mantra dari India,” lanjutnya.

Teknologi bedah robotik kini berkembang menjadi telerobotik, yang artinya bisa dilakukan jarak jauh. Dokter berada di tempat yang berbeda dengan pasien, dan robotlah yang menjadi perpanjangan tangan dokter tersebut.

Telerobotic surgery adalah proses yang kompleks. Ada beberapa persyaratan utama terkait perangkat keras, fungsionalitas, dan teknis streaming/internet. Sistem ini mampu menerima dan mengubah data bedah secara real-time, memungkinkan ahli bedah untuk mengoperasi sambil duduk di konsol pada jarak jauh, dan melihat bidang bedahnya pada gambar 3D di layar.

Menurut Prof. Chaidir, jika teknik ini bisa dijalankan segera di Indonesia, tentu bakal memberikan keuntungan bagi pasien dan juga dokter.

“Beberapa di antaranya adalah mampu menjangkau wilayah-wilayah terpelosok dan kualitas pelayanan RS pun jadi merata, mengeliminasi perjalanan jarak jauh apalagi bagi pasien yang sudah terminal, penggunaan teknologi robotik mampu meningkatkan akurasi bedah dan meminimalisasi rasa sakit, serta mengurangi infeksi atau penularan virus yang bisa terjadi jika pasien berpindah-pindah ke rumah sakit lain. Ditambah lagi, teknik ini memungkinkan adanya kolaborasi antardokter bedah sehingga hasil lebih maksimal,” tuturnya.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0899 seconds (0.1#10.140)