Vaksinasi Anak demi Cegah Penyakit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Memiliki tiga putri dengan jarak berdekatan tidak membuat blogger Istiana Susanti lupa melakukan vaksinasi , terutama saat tahun pertama. Baginya, vaksinasi adalah sebuah kewajiban.
Bagi Isti, panggilan akrab Istiana, melakukan vaksinasi adalah upaya orang tua mencegah anak-anaknya dari serangan penyakit saat usia mereka kurang dari setahun. Karena itu, dia disiplin melakukannya. Bahkan, dia juga memanfaatkan betul setiap pertemuannya dengan dokter anak untuk mengontrol berat badan anak (BB) anak.
"Apalagi saya punya pengalaman anak pertama saya sempat kekurangan gizi karena enggak kontrol BB. Nah, saya enggak mau kejadian lagi pada anak-anak saya yang lain. Karena itu, sambil vaksin biasanya saya konsultasi sepuasnya sama dokter anak saya," ungkapnya. (Baca: Unpad Akan Ajukan Uji Klinis Vaksin Covid-19)
Selama ini Isti memilih melakukan vaksinasi di rumah sakit bersama dokter anak yang biasa menangani anaknya. Satu hal yang menyenangkan baginya adalah saat membawa anak bayi yang baru lahir ke dokter untuk vaksin. Itulah saatnya Isti jalan-jalan dan itu menjadi kegiatan sederhana yang menyenangkan bagi ibu baru.
Vaksinasi memang menjadi sebuah hal yang dipelajarinya saat memiliki anak. Dia menganalisis mana saja vaksin yang dianggapnya penting di luar vaksin wajib. Untuk vaksin tambahan, dia memilih vaksin pneumokokus, rotavirus, dan MMR. Dia melakukan itu karena melihat banyak kasus pneumomia, diare dan campak rubela yang tinggi di Indonesia.
"Saya punya buku panduannya dan setahun pertama memang rajin vaksin, karena tiap bulan ke dokter. Setelah itu (tahun kedua), sudah lupa karena tidak tiap bulan. Tapi, vaksin wajib sudah semua," tuturnya.
Dia menambahkan, pandemi ini juga turut mempengaruhi situasi, karena belum sempat lagi membawa putri bungsunya untuk divaksin. Beruntung pada usia 14 bulan belum ada jadwal vaksin. Terakhir saat usia 9 bulan dilakukan vaksin campak. (Baca juga: Tak Ingin Solo Jadi Ajanng Coba-coba, PKS Siapkan Lawan Gibran)
Yang jelas, Isti bersyukur tidak melewati satu pun vaksin wajibnya. Dia juga akan melakukan hal sama pada tahun kedua ini. Namun, dia mengaku khawatir jika harus ke rumah sakit untuk vaksin saat pandemi sekarang.
"Bulan depan pas 15 bulan ada jadwal vaksin. PSBB sudah berakhir, tapi saya berpikir untuk ke rumah vaksinasi saja. Saya masih belum berani ke rumah sakit," ungkapnya.
Meskipun sudah memiliki anak ketiga, Isti bertekad tidak akan melewatkan vaksin wajib dan pelengkap. Dia akan tetap memperlakukan anak ketiganya sama dengan dua anaknya yang lain dengan tidak melewatkan vaksinasi.
Sebagai penulis blog tentang parenting, urusan vaksinasi juga pernah dia bahas dalam konten blog-nya. Saat itu sedang ada ajakan untuk vaksin MR dan bahaya rubela. Isti pun dengan tulisannya mengajak para sesama ibu untuk menjaga ibu hamil agar tidak terkena virus rubela dengan memberikan vaksin MR kepada anak.
Memberikan vaksinasi kepada anak memang pilihan orang tua. Seperti Dian, 51, yang melewatkan beberapa vaksin untuk anak kelimanya. Benzema, putra bungsu Dian yang kini berusia 2 tahun baru dua kali dikasih vaksin. "Sebelum enam bulan hanya vaksin DPT dan BCG saja sekalian check up ke bidan, setelah itu vaksin lainnya lupa," ucap Dian santai.
Memiliki lima anak memang membuatnya lebih tenang, termasuk melakukan vaksin. Baginya sesuai pengalaman anak-anak sebelumnya yang terpenting ialah memberi asupan sesuai usia dan gizi seimbang. (Lihat videonya: Polisi Tangkap Anggota Geng Motor Sadis di Jakarta Timur)
Dian mengakui melewatkan beberapa vaksin , namun kegiatan posyandu seperti pemberian vitamin A dan vaksin MR tetap rajin dilakukannya. Menurutnya, dia tidak melakukan vaksinasi bagi anak kelimanya bukan sengaja melewatkan. Dia tetap melakukan vaksin wajib atau yang disubsidi pemerintah karena harga yang terjangkau.
"Untuk anak segalanya, namun tetap sesuai pilihan saya. Menurut pengalaman saya dengan empat anak lain vaksin yang saya lakukan hanya DPT, BCG, polio, dan MR. Bagi saya itu sudah cukup," ucapnya. (Ananda Nararya)
Lihat Juga: Pengendali Saham KB Bank Sponsori Operasi Jantung Gratis 10 Anak Indonesia di Korea Selatan
Bagi Isti, panggilan akrab Istiana, melakukan vaksinasi adalah upaya orang tua mencegah anak-anaknya dari serangan penyakit saat usia mereka kurang dari setahun. Karena itu, dia disiplin melakukannya. Bahkan, dia juga memanfaatkan betul setiap pertemuannya dengan dokter anak untuk mengontrol berat badan anak (BB) anak.
"Apalagi saya punya pengalaman anak pertama saya sempat kekurangan gizi karena enggak kontrol BB. Nah, saya enggak mau kejadian lagi pada anak-anak saya yang lain. Karena itu, sambil vaksin biasanya saya konsultasi sepuasnya sama dokter anak saya," ungkapnya. (Baca: Unpad Akan Ajukan Uji Klinis Vaksin Covid-19)
Selama ini Isti memilih melakukan vaksinasi di rumah sakit bersama dokter anak yang biasa menangani anaknya. Satu hal yang menyenangkan baginya adalah saat membawa anak bayi yang baru lahir ke dokter untuk vaksin. Itulah saatnya Isti jalan-jalan dan itu menjadi kegiatan sederhana yang menyenangkan bagi ibu baru.
Vaksinasi memang menjadi sebuah hal yang dipelajarinya saat memiliki anak. Dia menganalisis mana saja vaksin yang dianggapnya penting di luar vaksin wajib. Untuk vaksin tambahan, dia memilih vaksin pneumokokus, rotavirus, dan MMR. Dia melakukan itu karena melihat banyak kasus pneumomia, diare dan campak rubela yang tinggi di Indonesia.
"Saya punya buku panduannya dan setahun pertama memang rajin vaksin, karena tiap bulan ke dokter. Setelah itu (tahun kedua), sudah lupa karena tidak tiap bulan. Tapi, vaksin wajib sudah semua," tuturnya.
Dia menambahkan, pandemi ini juga turut mempengaruhi situasi, karena belum sempat lagi membawa putri bungsunya untuk divaksin. Beruntung pada usia 14 bulan belum ada jadwal vaksin. Terakhir saat usia 9 bulan dilakukan vaksin campak. (Baca juga: Tak Ingin Solo Jadi Ajanng Coba-coba, PKS Siapkan Lawan Gibran)
Yang jelas, Isti bersyukur tidak melewati satu pun vaksin wajibnya. Dia juga akan melakukan hal sama pada tahun kedua ini. Namun, dia mengaku khawatir jika harus ke rumah sakit untuk vaksin saat pandemi sekarang.
"Bulan depan pas 15 bulan ada jadwal vaksin. PSBB sudah berakhir, tapi saya berpikir untuk ke rumah vaksinasi saja. Saya masih belum berani ke rumah sakit," ungkapnya.
Meskipun sudah memiliki anak ketiga, Isti bertekad tidak akan melewatkan vaksin wajib dan pelengkap. Dia akan tetap memperlakukan anak ketiganya sama dengan dua anaknya yang lain dengan tidak melewatkan vaksinasi.
Sebagai penulis blog tentang parenting, urusan vaksinasi juga pernah dia bahas dalam konten blog-nya. Saat itu sedang ada ajakan untuk vaksin MR dan bahaya rubela. Isti pun dengan tulisannya mengajak para sesama ibu untuk menjaga ibu hamil agar tidak terkena virus rubela dengan memberikan vaksin MR kepada anak.
Memberikan vaksinasi kepada anak memang pilihan orang tua. Seperti Dian, 51, yang melewatkan beberapa vaksin untuk anak kelimanya. Benzema, putra bungsu Dian yang kini berusia 2 tahun baru dua kali dikasih vaksin. "Sebelum enam bulan hanya vaksin DPT dan BCG saja sekalian check up ke bidan, setelah itu vaksin lainnya lupa," ucap Dian santai.
Memiliki lima anak memang membuatnya lebih tenang, termasuk melakukan vaksin. Baginya sesuai pengalaman anak-anak sebelumnya yang terpenting ialah memberi asupan sesuai usia dan gizi seimbang. (Lihat videonya: Polisi Tangkap Anggota Geng Motor Sadis di Jakarta Timur)
Dian mengakui melewatkan beberapa vaksin , namun kegiatan posyandu seperti pemberian vitamin A dan vaksin MR tetap rajin dilakukannya. Menurutnya, dia tidak melakukan vaksinasi bagi anak kelimanya bukan sengaja melewatkan. Dia tetap melakukan vaksin wajib atau yang disubsidi pemerintah karena harga yang terjangkau.
"Untuk anak segalanya, namun tetap sesuai pilihan saya. Menurut pengalaman saya dengan empat anak lain vaksin yang saya lakukan hanya DPT, BCG, polio, dan MR. Bagi saya itu sudah cukup," ucapnya. (Ananda Nararya)
Lihat Juga: Pengendali Saham KB Bank Sponsori Operasi Jantung Gratis 10 Anak Indonesia di Korea Selatan
(ysw)