Banyak Kasus Patah Tulang, Jamaah Haji Indonesia Diminta Waspada

Rabu, 31 Juli 2019 - 11:30 WIB
Banyak Kasus Patah Tulang, Jamaah Haji Indonesia Diminta Waspada
Banyak Kasus Patah Tulang, Jamaah Haji Indonesia Diminta Waspada
A A A
MEKKAH - Kasus fraktur atau patah tulang pada jemaah haji menjadi kasus penyakit kedua terbanyak yang ditangani oleh Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah. Jumlah kasusnya pada tahun 2019 cenderung meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Faktor usia, kelelahan dan lingkungan diduga menjadi penyebab utama peningkatan kasus fraktur yang dialami jemaah haji Indonesia.

Berdasarkan data yang dimiliki KKHI Mekkah, hingga 28 Juli 2019, terdapat 21 jenis kasus fraktur yang telah ditangani. Jenis fraktur yang terbanyak adalah fraktur colles, sebanyak 15 kasus. Fraktur ini adalah patah tulang pada bagian pergelangan tangan. Kemudian diikuti oleh fraktur collum femur atau patah tulang paha sebanyak 5 kasus dan 1 kasus lainnya fraktur proximal pada tulang ulna atau tulang hasta lengan bagian bawah.

Penyebab patah tulang utamanya karena terjadi trauma atau cedera akibat benturan. Penyebab ini dipicu oleh faktor risiko yang dialami oleh jemaah haji Indonesia seperti dehidrasi, kelelahan dan lingkungan. Faktor risiko tersebut juga bisa berlaku pada jenis penyakit lainnya.

"Jadi karena faktor kelemahan tenaga yang udah kecapean lama berdiri, akhirnya terpeleset atau tersenggol sedikit jatuh," kata Direktur KKHI Mekkah dr. Ali Setiawan, Sp.B.

Faktor usia juga menjadi pemberat kasus fraktur. Mengingat jemaah haji Indonesia mayoritas berusia lanjut. Mereka pada umumnya sudah mengalami osteoporosis, kandungan kalsium tulangnya kurang. Sehingga rentan dengan cedera yang minor saja dapat mengakibatkan terjadinya fraktur. Itu yang terjadi pada jenis fraktur colles.

''Pasien traumanya terjatuh dengan posisi tangan menumpu. Dari 15 kasus, hampir 80% sampai 85% itu fraktur collesnya terjadi di tangan kiri,'' kata dr. Faisal Lukman, Sp.B.

Ali menyebutkan, dari hasil diagnosis tim KKHI, kasus patah tulang bisa terjadi di berbagai lokasi. Seperti halnya kasus yang terjadi di pondokan atau hotel dan bandara karena jemaah terpeleset di kamar mandi. Ali mengatakan, kejadian tersebut umumnya dipicu jemaah yang sedang sakit kepala atau penurunan kesadaran. Begitu juga yang terjadi ketika baru akan turun dari bus. Sementara ada juga kasus jemaah yang sedang salat di Masjidil Haram tiba-tiba terjatuh. Kasus-kasus tersebut akibat jemaah kehilangan keseimbangan tubuh. Umumnya lagi-lagi dipicu oleh kelelahan atau kekurangan cairan.

Penanganan kasus fraktur ada beberapa metode. Untuk fraktur colles, tim kesehatan KKHI akan melakukan reposisi fraktur tertutup dan pemasangan gips. Sedangkan untuk kasus-kasus yang membutuhkan intervensi operasi terbuka, seperti fraktur collum femur, KKHI akan merujuk ke salah satu rumah sakit Arab Saudi untuk dilakukan operasi.

Proses penyembuhan dan pemulihan kasus fraktur membutuhkan waktu tidak sebentar. Pada kasus ringan, umumnya dalam dua minggu pasien akan datang kembali ke KKHI. Sementara untuk yang pascaoperasi, tambah Faisal, mobilisasinya dilakukan bertahap. Proses pemulihan ini juga dikonsultasikan dengan dokter spesialis rehabilitasi medik yang ada di KKHI Mekkah. Oleh sebab itu Kepala Pusat Kesehatan, Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc meminta kepada para pasien agar bersabar dan tetap mengikuti proses pengobatan dari petugas kesehatan.

''Penanganan jemaah haji pascaoperasi akan memakan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu jemaah saya minta bersabar dengan kondisi ini,'' tutur Eka.

Jemaah haji yang sudah ditangani, baik yang hanya dipasang gips maupun yang harus dioperasi masih bisa melakukan prosesi ibadah haji, tetapi tentu dengan ditunjang alat bantu seperti tongkat atau kursi roda. Khusus untuk menjalankan rukun dan wajib haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina, kursi roda mutlak diperlukan karena aktivitas di tiga lokasi tersebut membutuhkan fisik yang prima.

Agar kasus-kasus fraktur tidak terjadi lagi kepada jemaah haji Indonesia, pemerintah mengimbau untuk bisa mengukur kemampuan dirinya sendiri. Kalau jemaah sudah kelelahan dan mengalami dehidrasi maka kondisi ini akan memicu timbulnya penyakit, termasuk risiko patah tulang. Jemaah juga diimbau menggunakan alat pelindung diri yang tepat. Penggunaan sandal jepit selain menyebabkan iritasi pada kaki juga berisiko untuk terpeleset.

''Jangan memaksakan diri untuk melakukan ibadah atau aktivitas lain secara berlebihan. Ukur kemampuan diri sendiri,'' ujar Ali.

Sementara, Faisal juga mengingatkan supaya jemaah haji Indonesia sebaiknya jangan memisahkan diri dengan mahram atau rombongannya. Dia juga menyarankan para jemaah haji untuk mencegah osteoporosis dengan cara mengonsumsi asupan makanan atau vitamin berkalsium tinggi.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8730 seconds (0.1#10.140)