Dokter Tirta Ungkap Sisi Gelap di Lingkungan Profesinya: Sengsara

Rabu, 21 Agustus 2024 - 22:56 WIB
loading...
Dokter Tirta Ungkap...
Menurut Dokter Tirta, dokter merupakan profesi yang sengsara. Terlebih jika tidak menjadi dokter spesialis dan tak ditugaskan di area yang ‘strategis’. Foto/Tangkapan Layar YouTube Feni Rose Official
A A A
JAKARTA - Isu terkait dunia kedokteran belakangan tengah mencuat. Bahkan, sisi gelap terkait profesi ini satu per satu mulai terungkap.

Hal itu menyusul hebohnya kasus bunuh diri seorang dokter muda sekaligus peserta PPDS Anestesi Undip Semarang karena dugaan aksi perundungan. Kasus tersebut lantas membuat Dokter Tirta teringat akan sisi gelap dari profesi yang terkenal dengan ‘image’ bergaji tinggi tersebut.

Padahal, menurut Dokter Tirta, faktanya dokter merupakan sebuah profesi yang sengsara. Terlebih jika tidak menjadi dokter spesialis dan tak ditugaskan di area yang ‘strategis’.



“Justru saat itu (setelah masuk kuliah kedokteran) aku baru tahu, ternyata jadi dokter kalau nggak jadi spesialis itu sengsara. Dan kalaupun jadi spesialis, kalau nggak di lahan basah itu juga sengsara," ujar Dokter Tirta dalam podcast bersama Feni Rose, melansir dari kanal YouTube Feni Rose Official, Rabu (21/8/2024).

Dokter Tirta menyebut, proses menjadi dokter spesialis juga tidak mudah. Butuh perjuangan yang sangat keras. Mulai dari masa kuliah yang lama hingga harus dibayar murah saat pertama kali menjalani profesi.

Bahkan jika tidak memiliki ‘networking’ alias jalur ‘ordal’, Dokter Tirta menyebut, di awal-awal karier, profesi dokter akan banyak memiliki tantangan karena bisa ditugaskan di daerah yang jauh dari keluarga dan penuh dengan lingkungan tidak sehat.

“Prosesnya tuh kaya maraton. Kuliahnya lama banget dan proses juga lama. Setelah lulus dokter umum harus internship. Setelah internship gajinya pas-pasan dan harus berjuang keras lima tahun lagi untuk jadi spesialis,” ungkapnya.

“Setelah lima tahun kalau punya networking bagus akan kerja di lahan basah. Jadi lahan basah tuh deket keluarga, masih di Pulau Jawa. Tapi kalau ingin tantangan bisa ke daerah tiga T yang mana sangat stressful dan jauh dari keluarga,” lanjut dokter yang juga kreator konten itu.

Dokter lulusan Universitas Gadjah Mada itu lantas mencontohkan perjuangannya ketika menjalani koas (co-ass) pada tahun 2014, tepatnya pada saat program BPJS Kesehatan di Indonesia perdana diberlakukan. Saat itu, Dokter Tirta sempat mengira, perjuangannya telah selesai usai menjadi dokter umum.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1752 seconds (0.1#10.140)