Desa Les Jadi Destinasi Unggulan di Bali Utara, Masuk ADWI 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Desa wisata Les merupakan salah satu destinasi unggulan di Bali Utara. Desa wisata ini memiliki beberapa daya tarik seperti Air Terjun Yeh Mampeh, Trekking Bukit Yangudi, Tempat Melukat Yeh Anakan dengan air yang langsung mengalir dari mata air alami, serta wisata alam bawah laut dengan keindahan terumbu karang yang sangat dijaga dan dipelihara oleh kelompok pemerhati karang laut terumbu karang.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno pun melakukan visitasi dan meresmikan Desa Wisata Les, Kabupaten Buleleng sebagai salah satu desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.
"Saya mengucapkan apresiasi dan selamat kepada Desa Wisata Les yang bisa menjadi bagian dari keluarga besar Anugerah Desa Wisata Indonesia," ujar Sandi saat berkunjung ke Desa Wisata Les, Sabtu 31 Agustus 2024.
Desa Wisata Les juga terkenal akan sentra pembuatan garam organik di pantai. Garam dari Desa Les juga dikenal dengan garam palungan karena proses pembuatannya yang menggunakan cara tradisional dengan bidang jemur berupa palungan atau batang kelapa.
Dengan cara ini dapat dihasilkan garam yang sehat, tanpa pemutih, tanpa yodium, sehingga sudah diakui dunia sebagai salah satu garam menyehatkan dan berpotensi untuk menembus pasar ekspor dunia.
Garam ini dipasarkan dengan cara menjualnya langsung ke pengepul. Selain itu juga dipasarkan oleh BUMDes setempat dengan pemasaran yang sudah merambah hingga ke luar Bali bahkan ke luar negeri.
BUMDes juga mendorong petani garam untuk berinovasi dengan membuat produk garam aneka rasa. Ada rasa rosemary, rasa garlic, rasa pedas, dan rasa daun kelor. Sehingga menarik untuk menjadi buah tangan otentik dari Desa Wisata Les.
Garam ini juga jadi salah satu yang menarik perhatian Menparekraf Sandi saat meninjau UMKM ekraf di Desa Wisata Les. Sandiaga pun membeli produk tersebut.
BUMDes juga mendorong petani garam untuk berinovasi dengan membuat produk garam aneka rasa. Ada rasa rosemary, rasa garlic, rasa pedas, dan rasa daun kelor. Sehingga menarik untuk menjadi buah tangan otentik dari Desa Wisata Les.
Garam ini juga jadi salah satu yang menarik perhatian Menparekraf Sandi saat meninjau UMKM ekraf di Desa Wisata Les. Sandiaga pun membeli produk tersebut.
"Branding-nya ini sudah ditetapkan dalam indikasi geografis sebagai Garam Tejakula (lokasi kecamatan Desa Wisata Les). Kalau begitu kita beli dulu untuk oleh-oleh," ujar dia.
Mantan Ketua Kadin itu optimistis pengembangan desa wisata ke depan akan mendukung pengembangan ekonomi nasional. Desa wisata menjadi daya ungkit bagi ekonomi desa dan sebagai wahana promosi untuk menunjukkan potensi desa-desa wisata di Indonesia.
"Desa wisata sudah menjadi andalan kita. Membangun desa adalah cara kita untuk melestarikan Indonesia jaya, karena menurut saya bukan Indonesia yang membangun desa tapi desa yang membangun Indonesia," tuturnya.
Sementara, Pj. Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana, menyampaikan apresiasi atas dukungan Kemenparekraf dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Les.
"Terima kasih karena telah memberikan satu dorongan yang positif dalam pengembangan desa wisata pada serangkaian ADWI, di mana Desa Les masuk dalam 50 besar ADWai nasional. Tentunya ini jadi satu dorongan pariwisata di Buleleng khususnya pariwisata berbasis komunitas," ujar Ketut.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno pun melakukan visitasi dan meresmikan Desa Wisata Les, Kabupaten Buleleng sebagai salah satu desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.
"Saya mengucapkan apresiasi dan selamat kepada Desa Wisata Les yang bisa menjadi bagian dari keluarga besar Anugerah Desa Wisata Indonesia," ujar Sandi saat berkunjung ke Desa Wisata Les, Sabtu 31 Agustus 2024.
Desa Wisata Les juga terkenal akan sentra pembuatan garam organik di pantai. Garam dari Desa Les juga dikenal dengan garam palungan karena proses pembuatannya yang menggunakan cara tradisional dengan bidang jemur berupa palungan atau batang kelapa.
Dengan cara ini dapat dihasilkan garam yang sehat, tanpa pemutih, tanpa yodium, sehingga sudah diakui dunia sebagai salah satu garam menyehatkan dan berpotensi untuk menembus pasar ekspor dunia.
Garam ini dipasarkan dengan cara menjualnya langsung ke pengepul. Selain itu juga dipasarkan oleh BUMDes setempat dengan pemasaran yang sudah merambah hingga ke luar Bali bahkan ke luar negeri.
BUMDes juga mendorong petani garam untuk berinovasi dengan membuat produk garam aneka rasa. Ada rasa rosemary, rasa garlic, rasa pedas, dan rasa daun kelor. Sehingga menarik untuk menjadi buah tangan otentik dari Desa Wisata Les.
Garam ini juga jadi salah satu yang menarik perhatian Menparekraf Sandi saat meninjau UMKM ekraf di Desa Wisata Les. Sandiaga pun membeli produk tersebut.
BUMDes juga mendorong petani garam untuk berinovasi dengan membuat produk garam aneka rasa. Ada rasa rosemary, rasa garlic, rasa pedas, dan rasa daun kelor. Sehingga menarik untuk menjadi buah tangan otentik dari Desa Wisata Les.
Garam ini juga jadi salah satu yang menarik perhatian Menparekraf Sandi saat meninjau UMKM ekraf di Desa Wisata Les. Sandiaga pun membeli produk tersebut.
"Branding-nya ini sudah ditetapkan dalam indikasi geografis sebagai Garam Tejakula (lokasi kecamatan Desa Wisata Les). Kalau begitu kita beli dulu untuk oleh-oleh," ujar dia.
Mantan Ketua Kadin itu optimistis pengembangan desa wisata ke depan akan mendukung pengembangan ekonomi nasional. Desa wisata menjadi daya ungkit bagi ekonomi desa dan sebagai wahana promosi untuk menunjukkan potensi desa-desa wisata di Indonesia.
"Desa wisata sudah menjadi andalan kita. Membangun desa adalah cara kita untuk melestarikan Indonesia jaya, karena menurut saya bukan Indonesia yang membangun desa tapi desa yang membangun Indonesia," tuturnya.
Sementara, Pj. Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana, menyampaikan apresiasi atas dukungan Kemenparekraf dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Les.
"Terima kasih karena telah memberikan satu dorongan yang positif dalam pengembangan desa wisata pada serangkaian ADWI, di mana Desa Les masuk dalam 50 besar ADWai nasional. Tentunya ini jadi satu dorongan pariwisata di Buleleng khususnya pariwisata berbasis komunitas," ujar Ketut.
(tdy)