Apa Itu Child Grooming? Waspadai Tanda-tanda dan Dampaknya pada Psikologis Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Isu child grooming baru-baru ini ramai dibicarakan masyarakat Indonesia di media sosial. Hal ini menjadi sorotan setelah muncul pengakuan seorang artis Tanah Air berusia 34 tahun yang menjalani hubungan asmara dengan pemain sinetron pendatang baru dengan perbedaan usia 20 tahun.
Artinya, sang pemain sinetron tersebut merupakan anak di bawah umur. Dengan banyaknya pendapat dan perdebatan masyarakat di media sosial, tidak sedikit dari mereka yang mengatakan bahwa hubungan asmara tersebut termasuk dalam child grooming.
Di sisi lain, child grooming sendiri dapat menimbulkan dampak psikis kepada anak di bawah umur. Lantas apa itu child grooming? Berikut penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (27/9/2024).
Child grooming adalah suatu keadaan ketika seseorang mencoba membangun hubungan saling percaya dengan seorang anak di bawah umur, yang bukan keturunannya. Dengan membangun kepercayaan, sang pelaku memiliki tujuan untuk melakukan tindakan pelecehan seksual kepada anak tersebut.
Hal ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, dan dapat dilakukan siapa saja. Sebagai contoh, pelaku merupakan guru olahraga yang setiap hari bertemu dengan seorang anak. Karena itu, pelaku membangun kepercayaan yang akan menjadi pondasi untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan sang anak.
Setelah berhasil membangun hubungan saling percaya, pelaku dapat melakukan pelecehan seksual dengan anak tersebut di kemudian hari.
Artinya, sang pemain sinetron tersebut merupakan anak di bawah umur. Dengan banyaknya pendapat dan perdebatan masyarakat di media sosial, tidak sedikit dari mereka yang mengatakan bahwa hubungan asmara tersebut termasuk dalam child grooming.
Di sisi lain, child grooming sendiri dapat menimbulkan dampak psikis kepada anak di bawah umur. Lantas apa itu child grooming? Berikut penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (27/9/2024).
Apa Itu Child Grooming?
Mengenal Child Grooming
Child grooming adalah suatu keadaan ketika seseorang mencoba membangun hubungan saling percaya dengan seorang anak di bawah umur, yang bukan keturunannya. Dengan membangun kepercayaan, sang pelaku memiliki tujuan untuk melakukan tindakan pelecehan seksual kepada anak tersebut.
Hal ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, dan dapat dilakukan siapa saja. Sebagai contoh, pelaku merupakan guru olahraga yang setiap hari bertemu dengan seorang anak. Karena itu, pelaku membangun kepercayaan yang akan menjadi pondasi untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan sang anak.
Setelah berhasil membangun hubungan saling percaya, pelaku dapat melakukan pelecehan seksual dengan anak tersebut di kemudian hari.