Fakta Bisphenol A pada Galon AMDK untuk Kesehatan, Begini Kata Pakar

Rabu, 15 Januari 2025 - 07:29 WIB
loading...
Fakta Bisphenol A pada...
Bisphenol A (BPA) galon air minum sering kali menjadi perbincangan hangat masyarakat. Foto/ boltdns
A A A
JAKARTA - Bisphenol A (BPA) galon air minum sering kali menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Klaim berlebih bahwa BPA dapat bermigrasi dari galon plastik ke dalam air dan membahayakan kesehatan manusia sering terdengar di berbagai media sosial.

Namun, apakah BPA dalam galon berbahaya? Diketahui, BPA adalah senyawa kimia yang banyak digunakan dalam pembuatan plastik, terutama dalam produk-produk berbahan dasar polikarbonat, seperti botol minuman termasuk galon air.

BPA memungkinkan plastik menjadi lebih kuat dan transparan. Perlu diingat BPA pada galon hanya digunakan dalam jumlah yang sedikit dan di bawah ambang yang ditetapkan BPOM. Jadi bahaya BPA yang digembar-gemborkan menjadi rancu.

BPA juga dapat ditemukan dalam banyak produk plastik sehari-hari lainnya, seperti botol plastik, wadah makanan, kertas print, perangkat otomotif, tutup botol, CD, peralatan elektronik bahkan kemasan makanan kaleng dan sediaan medis dan lain-lain.

Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Dokter Ngabila Salama MKM menegaskan, meski BPA ditemukan di berbagai banyak benda, namun masih aman digunakan, termasuk pada galon. Artinya, masyarakat tidak perlu khawatir karena meminum air dari galon tersebut tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan.

"BPA aman, selama tidak bermigrasi ke manusia dalam jumlah tinggi melebihi ambang batas normal," kata Ngabila yang juga ahli kesehatan masyarakat.

Kepala Program Studi Kimia Universitas Islam Makassar (UIM) Endah Dwijayanti mengatakan, pemberitaan yang mempertanyakan keamanan air minum galon terkait adanya luruhan BPA dari kemasan membuat resah masyarakat. Penelitian terhadap galon air minum dalam kemasan tidak mendeteksi adanya migrasi BPA ke dalam air.

"Kami mengumpulkan beberapa sampel galon guna ulang dari lima titik di lima kecamatan, lalu kami uji kandungan BPA-nya. Setelah dianalisis dengan instrumen GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) hasilnya negatif, menunjukkan tidak ada kandungan BPA yang terdeteksi dalam air galon," katanya.

Sementara, Dosen Teknik Kimia UMI Makassar, Gusnawati menjelaskan ada penelitian serupa dengan judul "Analisis Migrasi Cemaran Bisphenol-A (BPA) Kemasan Plastik Polikarbonat (PC) pada produk air minum dalam kemasan galon di wilayah Kota Makassar," yang telah dipublikasikan di Jambura, Journal of Chemistry, Universitas Negeri Gorontalo.

Penelitian ini berfokus pada perbandingan kadar BPA antara merek galon nasional dan lokal. Instrumen atau alat ukur penelitian ini menggunakan spektrometer UV-Vis yang merupakan metode umum untuk melakukan pengujian analisis kandungan zat pada industri farmasi dan makanan.

"Dalam penelitian ini tidak ditemukan BPA pada galon polikarbonat dengan kode No.7 yang disimpan, baik di dalam maupun di luar ruangan selama 7 hari. Plastik polikarbonat tidak terurai pada suhu normal, sehingga tidak ada BPA yang terdeteksi berpindah ke permukaan galon atau ke air di dalamnya," katanya.

Dokter Gizi Klinis Karin Wiradarma M.Gizi, SpGK meminta masyarakat untuk lebih kritis dan tidak menelan secara utuh informasi yang didapat dari satu sumber sehingga harus mencari kebenaran lebih jauh. "Kita harus berpegang pada ilmu pengetahuan, harus mereview jurnal ilmiah dan jangan sampai cuma dengan dari sosmed yang asal sumbernya bisa dipertanyakan," katanya.
(tdy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0950 seconds (0.1#10.24)