Penelitian Temukan Demam Berdarah Dapat Beri Kekebalan terhadap COVID-19

Rabu, 23 September 2020 - 20:31 WIB
loading...
Penelitian Temukan Demam...
Studi menunjukkan paparan penyakit yang ditularkan nyamuk dapat memberikan beberapa tingkat kekebalan terhadap COVID-19. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Sebuah studi baru yang menganalisis wabah virus corona di Brasil telah menemukan hubungan antara penyebaran virus dan wabah demam berdarah di masa lalu. Di mana studi menunjukkan paparan penyakit yang ditularkan nyamuk dapat memberikan beberapa tingkat kekebalan terhadap COVID-19.

Studi yang belum dipublikasikan dan dipimpin oleh Miguel Nicolelis, seorang profesor di Duke University, serta dibagikan secara eksklusif kepada Reuters, membandingkan distribusi geografis kasus virus corona dengan penyebaran demam berdarah pada 2019 dan 2020. ( )

Nicolelis mengatakan, tempat-tempat dengan tingkat infeksi virus corona yang lebih rendah dan pertumbuhan kasus yang lebih lambat adalah lokasi-lokasi yang telah menderita wabah demam berdarah yang hebat tahun ini atau tahun terakhir.

“Temuan mengejutkan ini meningkatkan kemungkinan menarik dari reaktivitas silang imunologis antara serotipe flavivirus dengue dan SARS-CoV-2,” kata studi tersebut, mengacu pada antibodi virus dengue dan virus corona baru.

“Jika terbukti benar, hipotesis ini dapat berarti bahwa infeksi demam berdarah atau imunisasi dengan vaksin dengue yang manjur dan aman dapat menghasilkan beberapa tingkat perlindungan imunologis terhadap virus corona," tambahnya.

Nicolelis menjelaskan, hasil tersebut sangat menarik karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang dengan antibodi demam berdarah dalam darahnya dapat terbukti positif palsu untuk antibodi COVID-19, bahkan jika mereka tidak pernah terinfeksi oleh virus corona.

"Ini menunjukkan bahwa ada interaksi imunologis antara dua virus yang tidak dapat diduga oleh siapapun, karena kedua virus tersebut berasal dari keluarga yang sama sekali berbeda," jelas Nicolelis, seraya menambahkan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan hubungan tersebut.

Studi ini menyoroti korelasi yang signifikan antara insiden, kematian, dan tingkat pertumbuhan COVID-19 yang lebih rendah pada populasi di Brasil, di mana tingkat antibodi terhadap demam berdarah lebih tinggi. Brasil memiliki total infeksi COVID-19 tertinggi ketiga di dunia dengan lebih dari 4,4 juta kasus setelah Amerika Serikat dan India.

Di negara bagian seperti Parana, Santa Catarina, Rio Grande do Sul, Mato Grosso do Sul, dan Minas Gerais, dengan insiden demam berdarah yang tinggi tahun lalu dan awal tahun ini, COVID-19 membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai tingkat penularan komunitas yang tinggi dibandingkan ke negara bagian seperti Amapa, Maranhao dan Para yang memiliki lebih sedikit kasus demam berdarah.

Tim menemukan hubungan serupa antara wabah demam berdarah dan penyebaran COVID-19 yang lebih lambat di bagian lain Amerika Latin, serta Asia juga pulau-pulau di Pasifik dan Samudra Hindia.

Nicolelis dan timnya menemukan penemuan demam berdarah secara tidak sengaja, selama penelitian yang berfokus pada bagaimana COVID-19 telah menyebar ke seluruh Brasil. Di mana mereka menemukan bahwa jalan raya memainkan peran utama dalam distribusi kasus di seluruh negeri. ( )

Setelah mengidentifikasi titik bebas kasus tertentu di peta, tim mencari penjelasan yang mungkin. Terobosan datang ketika tim membandingkan penyebaran demam berdarah dengan virus corona.

“Itu sangat mengejutkan. Itu kecelakaan total. Dalam sains, hal itu terjadi, Anda menembak pada satu hal dan Anda mencapai target yang tidak pernah Anda bayangkan akan Anda capai," ujarnya.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2426 seconds (0.1#10.140)