Awali Karier sebagai Pengamen, Didi Kempot Terus 'Naik Kelas'
loading...
A
A
A
Nama Didi di genre musik campursari pun kian berkibar di era 2000an. Setiap lagu yang dia tulis dan rilis selalu mendapatkan sambutan luar biasa bagi para penikmat musik genre ini. Tiap kali tampil di panggung-panggung musik di daerah, penontonnya selalu menyemut. Mereka pun turut bernyanyi dan merasakan derita luar biasa dengan lagu-lagu patah hati yang menjadi ciri khasnya.
Kini, di era menjelang 2020, nama Didi pun kian meroket. Karya-karyanya kini tak hanya dinikmati mereka penyuka musik campursari dengan lagu yang berlirik bahasa Jawa. Generasi milenial masa kini pun mulai menyukai lagu-lagu Didi. Bahkan, mereka yang awalnya tidak paham bahasa Jawa, turut menyukai lagu-lagunya.
Ini membuat keberadaan Didi pun kian didambakan banyak orang. Didi kini tak lagi tampil di panggung biasa. Popularitasnya di kalangan milenial membuat Didi ‘naik kelas.’ Jika dulu tiket konsernya tergolong murah meriah, kini, tiket konsernya bisa mencapai jutaan rupiah.
Melihat itu semua, Didi pun sangat bersyukur. Pria berjuluk Lord Didi itu mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya saat ini, tidak hanya dirasakannya sendiri, tapi juga turut membuat bangga seniman tradisional seluruh Indonesia.
"Ya, ini kebangaan buat seniman tradisional seluruh Indonesia, ternyata kita dikasih kesempatan juga untuk bernyanyi di panggung semewah ini," kata Didi di Studio RCTI+, Kebon Jeruk, Jakarta, akhir tahun lalu.
Lebih lanjut, adik kandung pelawak Mamiek Prakoso dari Srimulat itu merasa beruntung sebagai penyanyi campursari, dirinya tetap bisa eksis dan semakin digemari banyak orang. "Ya, kalau sementara ini kan saya tetap eksis di dalam apa yang saya tekuni. Jadi buat kami ini suatu keberuntungan atau memang ini harus dikisahkan ke saya pada saat itu," kata dia.
Sebagai seniman, Didi tetap berkarya tanpa melihat tren atau zaman saat ini. Dirinya tidak mau berdiam diri. Karena itu, berkat kerja kerasnya, saat ini pria yang dipanggil sebagai Godfather of Broken Heart itu menjadi perbincangan banyak orang hingga digemari penikmat musik berbagai usia, khususnya anak muda. Penggemar Didi kini menyebut diri mereka sebagai Sobat Ambyar.
"Bahwa seni tidak ada batas umur kalau kita berkarya terus, Insya Allah pasti bisa diterima," tutur pelantun Sewu Kutha ini.
Penyanyi kelahiran Surakarta, 31 Desember 1966 ini pun berterima kasih pada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya penggemar Sobat Ambyar dan kalangan milenial yang begitu mengapresiasi karya-karyanya. Dia pun berharap konser ini menjadi wadah temu kangen dengan para penggemar yang setia mendukung untuk terus berkarya.
"Sepanjang saya berkarya, ada banyak momen tak terlupakan. Salah satunya adalah saat saya bernyanyi dan penonton ikut menyanyi, berjoget, bahkan menangis, menghayati lagu-lagu saya. Terima kasih buat apresiasi untuk 30 tahun karier saya," kata Didi.
Kini, di era menjelang 2020, nama Didi pun kian meroket. Karya-karyanya kini tak hanya dinikmati mereka penyuka musik campursari dengan lagu yang berlirik bahasa Jawa. Generasi milenial masa kini pun mulai menyukai lagu-lagu Didi. Bahkan, mereka yang awalnya tidak paham bahasa Jawa, turut menyukai lagu-lagunya.
Ini membuat keberadaan Didi pun kian didambakan banyak orang. Didi kini tak lagi tampil di panggung biasa. Popularitasnya di kalangan milenial membuat Didi ‘naik kelas.’ Jika dulu tiket konsernya tergolong murah meriah, kini, tiket konsernya bisa mencapai jutaan rupiah.
Melihat itu semua, Didi pun sangat bersyukur. Pria berjuluk Lord Didi itu mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya saat ini, tidak hanya dirasakannya sendiri, tapi juga turut membuat bangga seniman tradisional seluruh Indonesia.
"Ya, ini kebangaan buat seniman tradisional seluruh Indonesia, ternyata kita dikasih kesempatan juga untuk bernyanyi di panggung semewah ini," kata Didi di Studio RCTI+, Kebon Jeruk, Jakarta, akhir tahun lalu.
Lebih lanjut, adik kandung pelawak Mamiek Prakoso dari Srimulat itu merasa beruntung sebagai penyanyi campursari, dirinya tetap bisa eksis dan semakin digemari banyak orang. "Ya, kalau sementara ini kan saya tetap eksis di dalam apa yang saya tekuni. Jadi buat kami ini suatu keberuntungan atau memang ini harus dikisahkan ke saya pada saat itu," kata dia.
Sebagai seniman, Didi tetap berkarya tanpa melihat tren atau zaman saat ini. Dirinya tidak mau berdiam diri. Karena itu, berkat kerja kerasnya, saat ini pria yang dipanggil sebagai Godfather of Broken Heart itu menjadi perbincangan banyak orang hingga digemari penikmat musik berbagai usia, khususnya anak muda. Penggemar Didi kini menyebut diri mereka sebagai Sobat Ambyar.
"Bahwa seni tidak ada batas umur kalau kita berkarya terus, Insya Allah pasti bisa diterima," tutur pelantun Sewu Kutha ini.
Penyanyi kelahiran Surakarta, 31 Desember 1966 ini pun berterima kasih pada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya penggemar Sobat Ambyar dan kalangan milenial yang begitu mengapresiasi karya-karyanya. Dia pun berharap konser ini menjadi wadah temu kangen dengan para penggemar yang setia mendukung untuk terus berkarya.
"Sepanjang saya berkarya, ada banyak momen tak terlupakan. Salah satunya adalah saat saya bernyanyi dan penonton ikut menyanyi, berjoget, bahkan menangis, menghayati lagu-lagu saya. Terima kasih buat apresiasi untuk 30 tahun karier saya," kata Didi.