Review Film ‘Laskar Pelangi’: Tagore, Totto-Chan, juga Hirata
loading...
A
A
A
Sementara lewat "Gie", Riri mendapat konten yang sangat pas untuk mencereweti pemerintah yang kadung takut pada pemikiran pemuda yang berapi-api. (
)
Dan dalam "3 Hari Untuk Selamanya", ia juga masih melihat betapa sosok anak muda bisa begitu tak peduli pada keadaan sekitar,tapipada saat bersamaan juga mempertanyakan banyak hal tentang apa yang terjadi di sekitarnya.
Namun dengan meletakkan khittah-nya sebagai family movie, Riri memang tak bisa terlalu meletakkan kegelisahan di depan yang bisa menyusutkan tema utama "Laskar Pelangi" yang mengobarkan semangat melawan kemiskinan sistematis.
Ia harus berkompromi dengan itu, tapi bukan berarti harus menjadi ’pelacur’ yang menjual jiwanya pada setan. Riri, dengan integritasnya yang tak terbantahkan sebagai seorang kreator, mampu memadukan "Laskar Pelangi" sehingga tak perlu kering, tapi juga tak kehilangan pijakannya dengan niat menghibur keluarga Indonesia.
![Review Film ‘Laskar Pelangi’: Tagore, Totto-Chan, juga Hirata]()
Foto: Miles Films
Melalui Ikal (Zulfani, versi dewasanya dimainkan Lukman Sardi) dan kawan-kawannya yang bersemangat baja bersekolah di sebuah tempat bobrok, Riri sesungguhnya ingin mengkritik ketidakpedulian pemerintah untuk menjadikan pendidikan sebagai garda terdepan demi memajukan bangsa.
Ia juga mengecam kemiskinan yang menggerogoti Belitong, yang justru melimpah ruah sumber daya alamnya. Ironi, juga tragedi, dikemasnya sebagai tontonan yang tak menyesakkan, tapi meruapkan keinginan untuk bersyukur. Bersyukur di tengah keterbatasan dan mencoba menyiasati keterbatasan.
Seperti halnya tokohnya yang juga penting dalam film ini, Ibu Muslimah (Cut Mini). Sosok yang menjadi teladan bagi murid-muridnya dan juga bisa jadi bagi 4 juta penonton yang telah menonton film ini. (
)
Ia menolak melawan nasib yang seakan digariskan untuknya: menikah dengan laki-laki yang menjadi pilihan orang tuanya. Ia memilih mengabdikan diri bagi anak-anak yang membutuhkan bimbingan. Ibu Muslimah juga membangkitkan harapan pada mereka.
![Review Film ‘Laskar Pelangi’: Tagore, Totto-Chan, juga Hirata]()
Foto: Miles Films
Dan dalam "3 Hari Untuk Selamanya", ia juga masih melihat betapa sosok anak muda bisa begitu tak peduli pada keadaan sekitar,tapipada saat bersamaan juga mempertanyakan banyak hal tentang apa yang terjadi di sekitarnya.
Namun dengan meletakkan khittah-nya sebagai family movie, Riri memang tak bisa terlalu meletakkan kegelisahan di depan yang bisa menyusutkan tema utama "Laskar Pelangi" yang mengobarkan semangat melawan kemiskinan sistematis.
Ia harus berkompromi dengan itu, tapi bukan berarti harus menjadi ’pelacur’ yang menjual jiwanya pada setan. Riri, dengan integritasnya yang tak terbantahkan sebagai seorang kreator, mampu memadukan "Laskar Pelangi" sehingga tak perlu kering, tapi juga tak kehilangan pijakannya dengan niat menghibur keluarga Indonesia.

Foto: Miles Films
Melalui Ikal (Zulfani, versi dewasanya dimainkan Lukman Sardi) dan kawan-kawannya yang bersemangat baja bersekolah di sebuah tempat bobrok, Riri sesungguhnya ingin mengkritik ketidakpedulian pemerintah untuk menjadikan pendidikan sebagai garda terdepan demi memajukan bangsa.
Ia juga mengecam kemiskinan yang menggerogoti Belitong, yang justru melimpah ruah sumber daya alamnya. Ironi, juga tragedi, dikemasnya sebagai tontonan yang tak menyesakkan, tapi meruapkan keinginan untuk bersyukur. Bersyukur di tengah keterbatasan dan mencoba menyiasati keterbatasan.
Seperti halnya tokohnya yang juga penting dalam film ini, Ibu Muslimah (Cut Mini). Sosok yang menjadi teladan bagi murid-muridnya dan juga bisa jadi bagi 4 juta penonton yang telah menonton film ini. (
Ia menolak melawan nasib yang seakan digariskan untuknya: menikah dengan laki-laki yang menjadi pilihan orang tuanya. Ia memilih mengabdikan diri bagi anak-anak yang membutuhkan bimbingan. Ibu Muslimah juga membangkitkan harapan pada mereka.

Foto: Miles Films
Lihat Juga :