Ibu Jangan Lupa Jaga Kesehatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seorang ibu umumnya selalu berupaya menjaga kesehatan keluarga. Sayangnya ibu terkadang lupa memperhatikan kesehatan dirinya. Padahal ibu tidak lepas dari risiko terinfeksi Covid-19 .
Menjaga kesehatan di masa pandemi ini mutlak dilakukan. Mulai dari mengonsumsi menu gizi seimbang, istirahat cukup, kelola stres, mengonsumsi vitamin, hingga menghindari rokok. (Baca: Amalan yang Dapat Mempercepat Datangnya Rezeki)
Malah, masa pandemi ini sebetulnya bisa dijadikan sebagai momen untuk mulai menjalankan hidup sehat. Bagi seorang ibu hendaknya juga memperhatikan kesehatan dirinya sendiri selain kesehatan anggota keluarga. Ibu yang sehat tentu akan lebih optimal dalam mengurus keluarga.
Nah, menjaga kesehatan tidak luput dari keharusan berolahraga. Menurut Rizky Teguh Riyanto, MD, PhD bidang kedokteran kardiovaskular, Menurut dr. Rizky, olahraga memberikan banyak faedah. Diantaranya tekanan darah dan denyut nadi lebih rendah bagi mereka yang aktif berolahraga. Sebab, jantung lebih efektif dalam memompa darah dan kapasitas paru-paru kita untuk menghirup udara yang dipenuhi oksigen akan lebih besar.
“Lebih banyak oksigen dan nutrisi dapat disebarkan ke seluruh tubuh sehingga energi sel tubuh kita lebih baik,” sebut dr. Rizky. Yang juga perlu menjadi perhatian adalah ibu hamil. (Baca juga: Masa Pendaftaran Beasiswa Unggulan Ditutup Hari Ini)
Ini adalah kelompok yang berisiko atau rentan mengalami komplikasi jika tertular Covid-19. Meski begitu dr. Arie Aldila Pratama Sp.OG, menegaskan bahwa belum ada satupun guidelines yang mengatakan bahwa ketika ibu hamil terkena Covid-19 , maka bayinya otomatis juga akan tertular.
Bahkan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang positif COVID-19, ada yang berstatus negatif COVID-19. Meskipun demikian, ibu hamil tetap perlu mewaspadai COVID-19. Wanita hamil terinfeksi COVID-19, berisiko mengalami gejala yang lebih berat, dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.
“Kehamilan merupakan faktor pemberat atau komorbid. Artinya kehamilan setara dengan lansia, diabetes, dan hipertensi. Ini berarti, dampak COVID-19 pada ibu hamil sama dengan dampaknya pada lansia dan orang yang memiliki penyakit kronis lainnya,” jelas spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RSIA Tambak ini.
Tapi tidak perlu khawatir berlebihan. Psikolog Adityana Kasandra Putranto mengatakan, perasaan cemas berlebihan berpotensi menurunkan imunitas dan berdampak negatif terhadap psikologis ibu hamil. “Hal ini bisa berakibat meningkatnya risiko terpapar virus,” kata Adityana. (Baca juga: Jangan Pernah Malas Pakai Masker karena Ini Alasannya)
Dijelaskan dr. Arie, di masa pandemi COVID-19 , frekuensi kontrol kehamilan sebaiknya dikurangi, cukup empat kali kontrol sepanjang masa kehamilan, selama kandungannya sehat.
Menurut dr. Arie, rekomendasi tersebut berlaku untuk ibu hamil yang tidak memiliki masalah kehamilan, seperti muntah-muntah hebat, perdarahan, kontraksi atau nyeri perut hebat, pecah ketuban, hipertensi, atau tidak merasakan gerak janin sama sekali.
“Kedua adalah menjalani protokol pencegahan penularan COVID-19. Ibu hamil harus memakai masker dan face shield setiap keluar rumah,” saran dr. Arie. Dari segi nutrisi, jika ibu hamil sudah memenuhi nutrisi kehamilan, maka hal tersebut sudah cukup untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan sistem imun.
Lansia pun tidak terlepas dari golongan yang paling berisiko. Mereka berisiko mengalami efek fatal jika terinfeksi COVID-19 terkhusus jika mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis.
Maka itu amat disarankan menjaga kesehatan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker dan tetap jaga jarak jika beraktivitas diluar rumah, olahraga ringan secara rutin, sebisanya tetap berada dan beraktivitas di rumah, membatasi berkumpul atau beraktivitas diluar rumah. (Lihat videonya: Lawan Covid-19, Pakai Masker Berfiltrasi Baik)
“Pastikan memperhatikan nutrisi makanan yang bergizi seimbang sehingga imunitas tubuh pada lansia tetap terjaga,” ujar dr. Lazuardhi Dwipa, Sp.PD-KGer. Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (covid.go.id), kelompok umur yang meninggal dunia paling tinggi di kelompok umur lebih dari 60 tahun, yaitu 44%, sedangkan kelompok umur 46-59 tahun sebanyak 40% dan pada umur 31-45 tahun sebanyak 11,6%.
Adapun ada empat tahapan usia lansia menurut WHO yaitu usia pertengahan (middle age) berusia 45-59 tahun, lanjut usia berusia 60-74 tahun, lanjut usia tua (gold) berusia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) berusia 90 tahun ke atas. (Sri Noviarni)
Menjaga kesehatan di masa pandemi ini mutlak dilakukan. Mulai dari mengonsumsi menu gizi seimbang, istirahat cukup, kelola stres, mengonsumsi vitamin, hingga menghindari rokok. (Baca: Amalan yang Dapat Mempercepat Datangnya Rezeki)
Malah, masa pandemi ini sebetulnya bisa dijadikan sebagai momen untuk mulai menjalankan hidup sehat. Bagi seorang ibu hendaknya juga memperhatikan kesehatan dirinya sendiri selain kesehatan anggota keluarga. Ibu yang sehat tentu akan lebih optimal dalam mengurus keluarga.
Nah, menjaga kesehatan tidak luput dari keharusan berolahraga. Menurut Rizky Teguh Riyanto, MD, PhD bidang kedokteran kardiovaskular, Menurut dr. Rizky, olahraga memberikan banyak faedah. Diantaranya tekanan darah dan denyut nadi lebih rendah bagi mereka yang aktif berolahraga. Sebab, jantung lebih efektif dalam memompa darah dan kapasitas paru-paru kita untuk menghirup udara yang dipenuhi oksigen akan lebih besar.
“Lebih banyak oksigen dan nutrisi dapat disebarkan ke seluruh tubuh sehingga energi sel tubuh kita lebih baik,” sebut dr. Rizky. Yang juga perlu menjadi perhatian adalah ibu hamil. (Baca juga: Masa Pendaftaran Beasiswa Unggulan Ditutup Hari Ini)
Ini adalah kelompok yang berisiko atau rentan mengalami komplikasi jika tertular Covid-19. Meski begitu dr. Arie Aldila Pratama Sp.OG, menegaskan bahwa belum ada satupun guidelines yang mengatakan bahwa ketika ibu hamil terkena Covid-19 , maka bayinya otomatis juga akan tertular.
Bahkan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang positif COVID-19, ada yang berstatus negatif COVID-19. Meskipun demikian, ibu hamil tetap perlu mewaspadai COVID-19. Wanita hamil terinfeksi COVID-19, berisiko mengalami gejala yang lebih berat, dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.
“Kehamilan merupakan faktor pemberat atau komorbid. Artinya kehamilan setara dengan lansia, diabetes, dan hipertensi. Ini berarti, dampak COVID-19 pada ibu hamil sama dengan dampaknya pada lansia dan orang yang memiliki penyakit kronis lainnya,” jelas spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RSIA Tambak ini.
Tapi tidak perlu khawatir berlebihan. Psikolog Adityana Kasandra Putranto mengatakan, perasaan cemas berlebihan berpotensi menurunkan imunitas dan berdampak negatif terhadap psikologis ibu hamil. “Hal ini bisa berakibat meningkatnya risiko terpapar virus,” kata Adityana. (Baca juga: Jangan Pernah Malas Pakai Masker karena Ini Alasannya)
Dijelaskan dr. Arie, di masa pandemi COVID-19 , frekuensi kontrol kehamilan sebaiknya dikurangi, cukup empat kali kontrol sepanjang masa kehamilan, selama kandungannya sehat.
Menurut dr. Arie, rekomendasi tersebut berlaku untuk ibu hamil yang tidak memiliki masalah kehamilan, seperti muntah-muntah hebat, perdarahan, kontraksi atau nyeri perut hebat, pecah ketuban, hipertensi, atau tidak merasakan gerak janin sama sekali.
“Kedua adalah menjalani protokol pencegahan penularan COVID-19. Ibu hamil harus memakai masker dan face shield setiap keluar rumah,” saran dr. Arie. Dari segi nutrisi, jika ibu hamil sudah memenuhi nutrisi kehamilan, maka hal tersebut sudah cukup untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan sistem imun.
Lansia pun tidak terlepas dari golongan yang paling berisiko. Mereka berisiko mengalami efek fatal jika terinfeksi COVID-19 terkhusus jika mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis.
Maka itu amat disarankan menjaga kesehatan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker dan tetap jaga jarak jika beraktivitas diluar rumah, olahraga ringan secara rutin, sebisanya tetap berada dan beraktivitas di rumah, membatasi berkumpul atau beraktivitas diluar rumah. (Lihat videonya: Lawan Covid-19, Pakai Masker Berfiltrasi Baik)
“Pastikan memperhatikan nutrisi makanan yang bergizi seimbang sehingga imunitas tubuh pada lansia tetap terjaga,” ujar dr. Lazuardhi Dwipa, Sp.PD-KGer. Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (covid.go.id), kelompok umur yang meninggal dunia paling tinggi di kelompok umur lebih dari 60 tahun, yaitu 44%, sedangkan kelompok umur 46-59 tahun sebanyak 40% dan pada umur 31-45 tahun sebanyak 11,6%.
Adapun ada empat tahapan usia lansia menurut WHO yaitu usia pertengahan (middle age) berusia 45-59 tahun, lanjut usia berusia 60-74 tahun, lanjut usia tua (gold) berusia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) berusia 90 tahun ke atas. (Sri Noviarni)
(ysw)