Viral di Hari Batik, Lagu Sehelai Batik Miranti Serad Bertutur soal Cintanya pada Wastra Nusantara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lagu “Sehelai Batik” yang ditampilkan melalui video berdurasi empat menit menjadi viral tanggal 2 Oktober lalu.
Hari Jumat (2/10) lalu memang diperingati sebagai Hari Batik Nasional di mana Unesco mengeluarkan pernyataan bahwa batik adalah warisan tak benda asal Indonesia.
Adalah Miranti Serad yang menciptakan lagu itu. Kecintaannya pada batik sudah dirasakannya sejak masih kanak-kanak karena begitu banyak koleksi ibu dan nenek yang menurutnya sangat luar biasa. Lebih dari itu, Miranti yang sempat membina batik Kudus sejak 2008 merasakan bahwa batik adalah tumpahan rasa dari pembuatnya. ( )
“Tiap titik lilin yang dipakai untuk membentuk motif tertentu, mempunyai cerita tentang perjalanan hidup pembuatnya. Ini tidak berlebihan karena rasa itulah yang terungkap di tiap lembaran batik,” kata Miranti, yang bertekad melestarikan keberadaan batik dengan berbagai cara.
Filosofi yang terekam di desain batik , ujarnya, memiliki makna yang dalam. Miranti menceritakan, seminggu yang lalu ibunya memberi beberapa helai kain yang konon merupakan pemberian almarhum eyang putrinya yang suka berdagang batik.
Salah satu kesayangan ibundanya adalah batik bercorak “Tambal Pamiluto” yang bermakna Pulut Perekat tersebut dihiasi parang dan truntum dan berbagai motif flora di dalamnya.
Siapapun yang memakainya, ujar Miranti, akan mempunyai daya tarik tersendiri. Selain itu, motif tersebut dipercaya memiliki kemampuan untuk menolak bala. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, lanjutnya, mereka yang sedang menderita suatu penyakit diibaratkan bagai kain yang sobek untuk menyembuhkan kembali, maka kain itu harus direkat dengan segala doa yang tertuang dalam motif-motif di kain tersebut.
Dari situlah Miranti menuliskan lagu tersebut. Miranti tidak sendiri. Ia dibantu rekan-rekannya dari Melati Chamber Musik dalam proses penggarapan lagu. Selain itu, lagu tersebut bisa dikenal lebih luas juga karena peran Ketua Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga yang merilisnya bertepatan dengan Hari Batik Nasional.
“Saat ini kesadaran kita tentang pelestarian alam juga terus meningkat dan menjadi semacam keharusan untuk terlibat di dalamnya, berapapun sumbangsih yang dapat diberitan,” ujar Miranti.
Hari Jumat (2/10) lalu memang diperingati sebagai Hari Batik Nasional di mana Unesco mengeluarkan pernyataan bahwa batik adalah warisan tak benda asal Indonesia.
Adalah Miranti Serad yang menciptakan lagu itu. Kecintaannya pada batik sudah dirasakannya sejak masih kanak-kanak karena begitu banyak koleksi ibu dan nenek yang menurutnya sangat luar biasa. Lebih dari itu, Miranti yang sempat membina batik Kudus sejak 2008 merasakan bahwa batik adalah tumpahan rasa dari pembuatnya. ( )
“Tiap titik lilin yang dipakai untuk membentuk motif tertentu, mempunyai cerita tentang perjalanan hidup pembuatnya. Ini tidak berlebihan karena rasa itulah yang terungkap di tiap lembaran batik,” kata Miranti, yang bertekad melestarikan keberadaan batik dengan berbagai cara.
Filosofi yang terekam di desain batik , ujarnya, memiliki makna yang dalam. Miranti menceritakan, seminggu yang lalu ibunya memberi beberapa helai kain yang konon merupakan pemberian almarhum eyang putrinya yang suka berdagang batik.
Salah satu kesayangan ibundanya adalah batik bercorak “Tambal Pamiluto” yang bermakna Pulut Perekat tersebut dihiasi parang dan truntum dan berbagai motif flora di dalamnya.
Siapapun yang memakainya, ujar Miranti, akan mempunyai daya tarik tersendiri. Selain itu, motif tersebut dipercaya memiliki kemampuan untuk menolak bala. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, lanjutnya, mereka yang sedang menderita suatu penyakit diibaratkan bagai kain yang sobek untuk menyembuhkan kembali, maka kain itu harus direkat dengan segala doa yang tertuang dalam motif-motif di kain tersebut.
Dari situlah Miranti menuliskan lagu tersebut. Miranti tidak sendiri. Ia dibantu rekan-rekannya dari Melati Chamber Musik dalam proses penggarapan lagu. Selain itu, lagu tersebut bisa dikenal lebih luas juga karena peran Ketua Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga yang merilisnya bertepatan dengan Hari Batik Nasional.
“Saat ini kesadaran kita tentang pelestarian alam juga terus meningkat dan menjadi semacam keharusan untuk terlibat di dalamnya, berapapun sumbangsih yang dapat diberitan,” ujar Miranti.