Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget

Kamis, 15 Oktober 2020 - 12:16 WIB
loading...
Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget
Belajar di rumah menuntut anak untuk menatap layar gawai hampir setiap hari. Hal ini dapat mengganggu kesehatan mata. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Belajar di rumah menuntut anak untuk menatap layar gawai hampir setiap hari. Hal ini dapat mengganggu kesehatan mata .

Menyiasati hal ini dr. Anissa Nindhyatriayu Witjaksono, BMedSc (Hons), Sp.M menyarankan untuk menjalankan metode 20-20-20. “Metode 20-20-20 yaitu 20 menit melihat gadget (hp atau laptop) dan 20 detik istirahat melihat atap langit-langit atau benda jauh sekitar 6 meter (20 kaki),” kata dr. Anissa dari RSUI. (Baca: 7 Amalan Setelah Wudhu dan Keutamaannya)

Ia merekomendasikan penggunaan gadget pada anak di masa pandemi hanya difokuskan untuk keperluaan sekolah dan untuk akti vitas hiburan harus dialihkan dengan kegiatan lain. Sebenarnya penggunaan gawai pada anak tidak menjadi masalah, karena gadget (HP/Laptop) tidak berdampak secara langsung pada mata anak (menjadi minus).

Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget


Namun harus diperhatikan jarak penggunaannya. Sebab near-work activity mempengaruhi perkembangan miopia, dimana anak-anak memiliki kecenderungan untuk melihat benda, termasuk gadget, dalam jarak terlalu dekat.

“Penggunaan gadget tidak menjadi masalah sepanjang penggunaan tersebut tidak berlangsung lama. Namun jika terlalu lama akibatnya dapat membuat mata cenderung menjadi lelah.
Hal ini dikarenakan biasanya anak-anak menatap gadget, membuat frekuensi berkedip berkurang,” terangnya.

Pada keadaan normal mata manusia normalnya berkedip 15 kali per menit. Dengan cahaya gadget ini, menyebabkan orang hanya berkedip 5-7 kali per menit jadi hal inilah yang membuat mata menjadi lelah.

Pada kesempatan itu ia juga menyinggung soal tentang kelainan refraksi. Menurutnya, kelainan refraksi adalah kondisi dimana gambaran benda yang masuk ke dalam mata tidak dapat difokuskan dengan tepat di retina. Hal ini membuat bayangan benda terlihat buram atau tidak tajam. Kelainan refraksi dibagi menjadi tiga yaitu rabun jauh (miopi), rabun dekat (hiperopia) dan astigmatisma (mata silinder). (Baca juga: Prioritas Pemberian Vaksin kepada Tenaga Pendidik Diapresiasi)

Kelainan refraksi merupakan kelainan mata terbanyak di masyarakat, tak terkecuali dengan anak-anak. Ada beberapa gejala kelainan refraksi pada anak yang dapat menjadi acuan orang tua yaitu pandangan buram, mengernyitkan dahi saat melihat, mendekatkan mata saat membaca dan prestasi di sekolah menurun.

“Jika anak-anak mengalami salah satu gejala tersebut tentunya orangtua harus segera mewaspadai.” ujar dr. Anissa.

Lebih lanjut, dr. Anissa menjelaskan bahwa kelainan refraksi disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan/kebiasaan. Pada faktor lingkungan/kebiasaan dipengaruhi oleh aktivitas luar, jarak baca dan pencahayaan saat membaca.

Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang memiliki waktu 40 menit bermain diluar per hari dapat mengurangi resiko progresivitas miopia (rabun jauh). (Lihat videonya: Sejumlah Aktivis dan Petinggi KAMI Ditangkap Polisi)

Nah, sekarang orangtua tidak perlu khawatir kebiasaan anak menatap layar gadget selama Covid-19 dengan menjalankan anjuran yang diberikan dr. Anissa. (Sri Noviarni)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0825 seconds (0.1#10.140)