Era Baru Konser Virtual

Sabtu, 17 Oktober 2020 - 06:01 WIB
loading...
Era Baru Konser Virtual
Konser virtual menjadi solusi para musisi untuk terus berkarya dan para pekerja di sektor pertunjukan (event) terus menyambung hidup. Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Situasi pandemi corona (Covid-19) membuat semua industri harus kreatif, salah satunya industri musik. Penonton tak lagi bisa berkerumun dalam satu tempat guna menikmati konser atau pertunjukan musik. Namun para pencinta musik atau pertunjukan lain seperti drama dan pentas seni kini bisa menikmatinya dari rumah.

Di awal pandemi, konser drive-in dengan penonton berada di dalam mobil sempat menjadi tren. Namun pesonanya mulai pudar karena terbatasnya jumlah lahan parkir kendaraan. Hal ini membuat penyelenggara tak bisa maksimal dalam melakukan pengelolaan konser.



Popularitas pertemuan secara virtual seperti rapat dan seminar memunculkan ide bagi penyelenggara konser musik, termasuk para musisi. Konser virtual menjadi solusi para musisi untuk terus berkarya dan para pekerja di sektor pertunjukan (event) terus menyambung hidup. (Baca: Inilah 10 Adab Bicara Agar Lisan Terjaga)

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Rizki Handayani mengatakan, konser virtual bisa menjadi solusi terbaik dan dapat membantu para musisi untuk berkarya di tengah pandemi. Kemenparekraf terus mendorong dan mendukung event musik dan lainnya, baik itu secara virtual maupun offline.

"Musisi harus tetap produktif dan tidak boleh berhenti berkarya agar aktivitas ekonomi kreatif di Tanah Air terus bergerak," ucapnya.

Indonesia memiliki segudang potensi di bidang industri kreatif yang sebagian besar digerakkan generasi muda. Oleh karena itu Rizki berharap generasi muda selalu mengasah kreativitasnya untuk menciptakan karya dan produk yang menarik.

“Yang penting jangan berhenti berkarya. Memang di Indonesia ini kita punya DNA kreatif dan kita punya banyak generasi muda potensial. Terus berkarya, jangan menyerah, dengan kreativitas kita lawan Covid-19,” ujar Rizki. (Baca juga: Kemendikbud akan Kembangkan SMK untuk Bangun Desa)

Konser virtual ini dapat menjangkau semua kalangan karena harga tiket yang murah. Bahkan dapat lebih menghemat pengeluaran di tengah pandemi karena tiket dapat dibeli secara patungan bersama teman.

Misalnya Onic (30) seorang penggemar BTS, boyband fenomenal dunia asal Korea Selatan. Dia dan tiga temannya membeli patungan tiket seharga Rp626.000. Bukan hanya karena lebih hemat, tetapi keseruan menonton konser pun diciptakan Onic dan teman-temannya. Mereka menonton bersama, menggunakan layar besar agar lebih puas menonton idola mereka dan bernyanyi bersama.

BTS, menurutnya, tidak pernah gagal mengadakan konser virtual mulai dari Bang Bang Con: The Live Pas pada Juni hingga kemudian Map of The Soul One yang menjadi konser virtual besarnya pada Oktober ini.

"Semua penampilan mulai dari yang grup sampai solo bener-bener bikin takjub. Sampai saya terpana dengan setiap wardrobe yang digunakan mereka. Panggungnya besar sekali, properti dan CGI-nya juga mind-blowing banget. Bener-bener memanfaatkan teknologi secara penuh," ungkap Onic. (Baca juga: Perkuat Imunitas agar tetap Sehat Selama Pandemi)

Meskipun hanya melalui streaming, suasana layaknya konser sungguhan tetap bisa dinikmati. Sebab ada beberapa Army (sebutan fans BTS) yang terpilih dari seluruh dunia ditampilkan gambar dan suaranya pada saat konser berlangsung. “Di situ terdengar suara asli mereka teriak dan nyanyi bareng. Itu bikin merinding," sambungnya.

Onic dan teman-temannya juga para Army di seluruh dunia sangat puas dan terkesan, sebab pertunjukan tersebut bisa ditonton ulang. Tentu itu menjadi hiburan pada saat jenuh dengan kondisi sekarang.

Di Indonesia, sudah banyak musisi yang membuat konser virtual. Untuk pertunjukan besar kelas internasional yang mengundang banyak artis baru akan diselenggarakan akhir Oktober ini, yakni Prambanan Jazz Virtual Festival. (Baca juga: Kejagung Dalami Dugaan Kasus korupsi Maryono)

Karena berlangsung saat pandemi, hanya musisi lokal yang tampil pada festival tahunan ini. Pada hari pertama konser, akan unjuk gigi penyanyi Tulus, Isyana Sarasvati, Tompi, Joko in Berlin, Pusakata, dan Fourtwnty. Pada hari kedua, yang akan tampil adalah Andmesh, Ardhito Pramono, The EveryDay Band, Nadin Amizah, Pamungkas, Sinten Remen hingga Yura Yunita.

Anas Syahrul Alimi, pendiri Prambanan Jazz Festival, mengatakan konser virtual ini akan mengeksplorasi candi dengan sistem pencahayaan modern ditambah teknologi multimedia yang canggih agar terlihat memukau saat dinikmati secara virtual.

"Candi akan kami sorot dengan lighting standar broadcast sehingga membuat yang di rumah menonton seperti berada di dekat Candi Prambanan," ungkap Anas. (Baca juga: Hilirasi Tambang Harus Memperhitungkan Hak Rakyat)

Prambanan Jazz Virtual Festival ini dapat disaksikan melalui platform digital, aplikasi i-Konser, dengan membeli tiket. Hingga saat ini 20.000 tiket sudah terjual dan masih mungkin terus dibuka hingga hari pelaksanaan.

Para musisi tetap berpartisipasi mengerahkan seluruh tim, tetapi tidak menggunakan sound system layaknya konser offline. Sebab para musisi tidak membutuhkan suara di venue, tetapi hanya di saluran siaran. Sementara untuk pencahayaan tetap sama dengan konser offline, bahkan lebih kuat agar tampilan lebih bagus.

Konser virtual sejatinya harus terus hadir meskipun nantinya konser secara langsung kembali dibuka. Sebagai seorang promotor konser, Anas sudah punya konsep konser virtual sejak 2018. Dia membuat platform digital khusus menonton konser bagi siapa pun dan di mana pun seperti menonton film yang kini sudah banyak dilakukan. (Baca juga: Didesak Mundur Puluhan Ribu Demonstran, PM Thailand Bertahan)

Menurut Anas, dia menyadari betul penggemar artis itu banyak kelasnya. Tidak semua dari mereka mampu membeli tiket konser seharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Mereka hanya bisa menonton di Youtube sehingga akhirnya dia terpikir untuk membuat konser yang bisa dibayar murah, bahkan dapat dibayar menggunakan pulsa.

Anas merasa berkewajiban memberi pengalaman baru kepada penonton seolah-olah mereka sedang menonton langsung. Karenanya artis wajib tetap berada di panggung megah, bukan di rumah atau studio. "Harus benar-benar di tempat sesungguhnya seperti di depan Candi Prambanan untuk Prambanan Jazz Virtual Festival. Konser virtual Tulus juga dilakukan di Istora Senayan," sambungnya.

Anas sudah memiliki konser virtual selanjutnya. Dalam 16 minggu ke depan sudah ada konser per bulan. Konser dapat dinikmati gratis bagi pelanggan aplikasi i-Konser. (Baca juga: Akui Bisa Sembuhkan Covid-19, Dukum Cabul Dibekuk Polisi)

Konser virtual berbayar ini juga harus fokus untuk menggaet penonton sehingga dibutuhkan konten berbeda dalam setiap konser. Hal itu disadari Rudy Wanandar, Head of Trinity Artist Management. Menurutnya, setiap Trinity akan mengadakan konser virtual, konsep konser harus dipersiapkan secara matang. Mulai dari gimmick hingga bintang tamu yang akan menjadi magnet bagi penonton.

Misalnya saat menggelar konser virtual penyanyi pendatang baru Mawar Eva de Jong. Gimmick konser sudah diberi tahu sejak awal. Para penggemar Mawar ditawari tampil bernyanyi bersama. Caranya cukup mengirimkan video ala duet dengan Mawar. Jika beruntung, beberapa orang terpilih akan ditampilkan saat konser.

"Otomatis orang tersebut harus menonton konser dan tentu beli tiket. Untuk tahu apakah dia yang dipilih untuk bernyanyi bersama Mawar," jelas Rudy. (Lihat videonya: Pernyataan Bank Dunia Mengenai Undang-undang Cipta Kerja)

Begitu juga saat konser virtual The Baldys, keluarga penyanyi cilik Naura dan Nola B3. Konser yang bekerja sama dengan Merah Putih Production ini pun menghadirkan Afgan sebagi bintang tamu. (Ananda Nararya)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1676 seconds (0.1#10.140)