Peneliti Temukan Virus Corona Baru Bisa Sebabkan Diabetes

Rabu, 21 Oktober 2020 - 22:44 WIB
loading...
Peneliti Temukan Virus...
Peneliti menunjukkan untuk pertama kalinya bagaimana enterovirus coxsackievirus tipe B4 (CVB4) dapat menyebabkan diabetes. Foto Ilustrasi/Medical News Today
A A A
JAKARTA - Infeksi oleh beberapa enterovirus atau genus virus yang umumnya menyebabkan penyakit dengan berbagai tingkat keparahan diketahui berpotensi memicu diabetes , meskipun efek langsungnya "in vivo" serta mekanisme kerjanya pada tingkat molekuler tidak diketahui.

Tim peneliti dari Growth Factors, Nutrients and Cancer Group yang dipimpin oleh Nabil Djouder di Spanish National Cancer Research Center (CNIO) menunjukkan untuk pertama kalinya di Cell Reports Medicine bagaimana enterovirus coxsackievirus tipe B4 (CVB4) dapat menyebabkan diabetes.

( )

Temuan ini bisa menjadi langkah fundamental untuk membuka jalan bagi pencarian strategi terapeutik baru. Para peneliti juga menunjukkan bahwa temuan itu relevan dengan pandemi COVID-19, karena informasi klinis menunjukkan kemungkinan hubungan antara infeksi virus SARS-CoV-2 dengan diabetes.

Dilansir dari laman Medical Xpress, Rabu (21/10), Djouder dan timnya menyarankan, karena reseptor SARS-CoV-2 diekspresikan dalam pankreas endokrin, ia dapat beroperasi dan menyebabkan diabetes dengan cara yang sama seperti yang dilakukan CVB4, terlepas dari reaksi kekebalan.

Coxsackievirus termasuk dalam keluarga enterovirus yang juga mencakup virus polio dan echovirus, serta dapat menyebabkan penyakit seperti flu ringan hingga penyakit yang lebih serius seperti miokarditis, perikarditis, meningitis, atau pankreatitis. Virus ini diduga dapat menyebabkan diabetes pada manusia, namun mekanisme molekulernya belum diketahui.

Dengan tujuan menemukan dan mendeskripsikan mekanisme ini, para peneliti CNIO bekerja dengan model hewan yang dibuat dengan sel pankreas manusia yang terinfeksi oleh CVB4, serta sel penghasil insulin manusia dan tikus, yang juga terinfeksi virus ini. Apa yang mereka amati adalah bahwa infeksi CVB4 menyebabkan deregulasi URI, protein yang mengatur fungsi normal berbagai aktivitas seluler.

"Dalam kasus ini, penurunan regulasi URI memicu serangkaian peristiwa molekuler yang mengarah ke modifikasi genom melalui hipermetilasi dan pembungkaman Pdx1. Ini adalah gen yang penting untuk identitas dan fungsi sel beta yang ada di pankreas endokrin, disebut Islets of Langerhans, serta bertanggung jawab atas produksi dan sekresi insulin, hormon yang menurunkan kadar glukosa darah," jelas Djouder, penulis utama karya yang diterbitkan di Cell Reports Medicine.

"Pembungkaman PDX1 menyebabkan hilangnya identitas dan fungsi sel beta, yang menjadi lebih seperti sel alfa, yang bertugas meningkatkan kadar glukosa darah, dan karenanya menyebabkan hiperglikemia serta diabetes berikutnya, terlepas dari reaksi kekebalan apapun," lanjutnya.

Para peneliti mendemonstrasikan temuan mereka dengan menggunakan berbagai model tikus rekayasa genetika dan studi genom. Mereka menunjukkan bahwa hilangnya URI pada pancreata tikus mengubah identitas dan fungsi sel beta, yang menyebabkan diabetes. Lebih lanjut, mereka mengamati bahwa tikus diabetes yang mengekspresikan URI secara berlebihan dalam sel beta lebih toleran terhadap glukosa.

Akhirnya, mereka menunjukkan di beberapa pancreata dari pasien diabetes bahwa ekspresi URI, PDX1, dan partikel virus berkorelasi dalam sel beta, menyoroti hubungan sebab akibat antara infeksi enterovirus dan diabetes pada manusia. Hasil CNIO dapat membantu memajukan pengetahuan tentang efek patologis virus yang menyebabkan pandemi saat ini.

"Serupa dengan penyelidikan kami pada enterovirus, beberapa pengamatan klinis baru-baru ini telah mengaitkan SARS-CoV-2, virus yang bertanggung jawab atas COVID-19 , dengan diabetes pada pasien yang terinfeksi," jelas Djouder.

( )

"Karena reseptor SARS-Co-V2 hadir dalam sel beta, akan menarik untuk mempelajari apakah virus ini juga mengubah fungsi URI dan membungkam ekspresi PDX1 untuk memengaruhi fungsi sel beta, mempromosikan diabetes," sambungnya.

Para peneliti juga menyarankan bahwa, mengikuti hasil ini, kemungkinan strategi pencegahan dan terapi akan digunakan, dalam kombinasi dengan terapi antivirus, penghambat terhadap DNA metilase transferase, protein yang bertanggung jawab atas hipermetilasi genom dan pembungkaman Pdx1.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1321 seconds (0.1#10.140)