Perawatan Gigi Saat Pandemi, Bisa Kok 2 Tahun Sekali

Sabtu, 31 Oktober 2020 - 10:45 WIB
loading...
A A A
Meskipun tidak dilakukan setiap enam bulan sekali, pemeriksaan gigi berfungsi sebagai skrining kanker mulut. Kasus kanker mulut memiliki perkembangan yang cukup signifikan dan telah merenggut banyak nyawa di Inggris setiap tahunnya.

Para ahli di Dundee mengungkapkan, ada perdebatan di dunia internasional yang sudah berlangsung lama tentang frekuensi ideal pemeriksaan gigi . Secara tradisional, dokter gigi merekomendasikan kunjungan pasiennya untuk pemeriksaan dua kali setahun meskipun risiko penyakit gigi berbeda-beda untuk setiap individu.

Sejak 2004, Institut Perawatan dan Kesehatan Nasional Inggris (NICE) telah merekomendasikan interval pemeriksaan berdasarkan keadaan gigi setiap orang yang dikenal sebagai pemeriksaan berbasis risiko. Interval ini terjadi antara 3 hingga 24 bulan dengan mempertimbangkan risiko seseorang terkena penyakit gigi dan mulut.

Berbagai penelitian tentang interval waktu pemeriksaan tidak membuat para dokter menjadwalkan pemeriksaan setiap enam bulan. Dokter ingin memastikan agar permasalahan gigi dan gusi dapat diidentifikasi sedini mungkin.

Penasihat ilmiah Asosiasi Gigi Inggris, Profesor Damien Walmsley, mengatakan kepada MailOnline bahwa setiap pasien itu unik karena tidak semuanya memperhatikan masalah kesehatan mulut. Padahal penjadwalan yang rutin dapat meminimalkan risiko penyakit mulut.

“Pemeriksaan rutin memberi kesempatan kepada dokter gigi untuk mengatasi masalah umum sejak awal dan akan mendapatkan hasil yang lebih baik agar tidak terjadi pembusukan atau kanker di mulut,” katanya. (Baca juga: Bagi yang Lulus CPNS, Begini Langkah Pemberkasannya)

Para ahli di Dundee bekerja sama dengan Universitas Manchester dan organisasi Kesehatan Mulut Cochrane yang berbasis di London. Mereka menganalisis semua makalah penelitian untuk menilai frekuensi pemeriksaan terbaik dalam menjaga kesehatan mulut di perawatan primer.

Para peneliti menggunakan dua uji coba terkontrol secara acak yang melibatkan 1.736 pasien. Mereka melihat bagaimana interval pemeriksaan enam bulan sekali dan 2 tahun sekali terhadap tingkat kerusakan gigi dan berapa banyak permukaan gigi yang terpengaruh.

Hasil penelitian menemukan bahwa orang dewasa hanya mengalami sedikit perubahan atau tidak ada perbedaan yang mencolok antara pemeriksaan enam bulan dan dua tahun. Pemeriksaan berbasis risiko ini dilakukan dengan mendeteksi tingkat kerusakan permukaan gigi dan penyakit gusi setelah empat tahun.

Tidak adanya perbedaan antara interval pemeriksaan menunjukkan frekuensi pemeriksaan berbasis risiko dapat didukung karena tidak merusak kesehatan mulut dan dapat diterima oleh pasien,” kata Patrick. (Baca juga: Lockdown, Warga Prancis Eksodus Tinggalkan Paris)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1325 seconds (0.1#10.140)