Di Tengah Pandemi Corona, Bara Seni Itu Tetap Menyala

Sabtu, 07 November 2020 - 07:45 WIB
loading...
Di Tengah Pandemi Corona, Bara Seni Itu Tetap Menyala
Penampilan teater tari Komunitas Seni Samardari Kudus, Jawa Tengah, yang berjudul RANANGGANA dalam rangkaian program #PentasDaringRuangKreatif, yang digelar Galeri Indonesia Kaya (GIK) secara daring. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 tak menyurutkan para pelaku kreatif di Tanah Air, dalam hal ini seniman untuk terus berkarya. Ratusan kegiatan dalam berbagai bentuk, mulai dari pementasan tari tradisional, pertunjukan musik, lokakarya budaya, festival kesenian, panggung teater, pameran seni rupa, pertunjukan bioskop, sampai latihan di sangar-sanggar seni dan lain-lain, yang di awal pandemi terpaksa ditunda bahkan ditiadakan, kini mulai berdenyut kembali.

Namun, kegiatan seni dan budaya yang dilakukan tetap tak bisa dalam skala besar, apalagi mendatangkan kerumunan massa seperti sebelum pandemi corona meski pemerintah sudah menerapkan tatanan kenormalan baru (new normal). Kegiatan yang dilakukan tetap harus dengan pembatasan sesuai standar ketat protokol kesehatan penanganan pandemi, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. (Baca: Di Manakah Tempat Sifat Ikhlas Itu?)

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Panduan Teknis Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Bidang Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif. Penerbitan SKB Kemendikbud dan Kemenparkeraf ini menjadi pegangan legal atau payung hukum yang jelas guna menghidupkan kembali kegiatan seni dan budaya serta ekonomi kreatif secara khusus.

Saat ini aktivitas yang paling mungkin dilakukan para pelaku seni salah satunya kegiatan belajar-mengajar di sanggar, yang tentunya dengan menerapkan aturan sesuai protokol kesehatan. Sesuai isi SKB tentang Panduan Teknis Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Bidang Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif, pelatihan diawali dengan pengecekan suhu tubuh, hanya diikuti 15 sampai 20 orang setiap latihan (separuh jumlah anak didik) untuk mencegah para peserta tidak berkerumun.

Para peserta/anak didik juga diharapkan bisa beradaptasi dengan penggunaan pelindung wajah (face shields) dan masker saat berlatih. Di ruang kreativitas diharapkan para kreator dapat mengeksplorasi bahasa tubuhnya tanpa harus mengurangi arti yang sesungguhnya. Demikian juga dengan aturan jaga jarak dalam pola koreografi yang mensyaratkan 1 sampai 2 meter antarorang. (Baca juga: Kampus Merdeka Siapkan Mahasiswa untuk Hadapi Tantangan Global)

Pentingnya protokol kesehatan bagi seniman pertunjukan karena panggung seni pertunjukan merupakan salah satu sektor yang mengalami dampak langsung pandemi Covid-19. Sementara para pelaku kreatif di panggung dalam hal ini seniman tidak bisa hanya menunggu sampai kapan pandemi ini berakhir.

“Sekarang ini rasanya kita perlu beradaptasi dan mengubah cara-cara yang selama ini kita gunakan untuk dapat terus berkarya, namun tanpa mengesampingkan bahwa faktor kesehatan dan keselamatanlah yang utama. Hal terpenting dalam menghadapi situasi ini adalah bagaimana kerja sama yang sinergis antara para pemangku kepentingan di bidang seni pertunjukan,” ungkap Direktur Direktorat Pengembangan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Kemendikbud Judi Wahjudin.

Tak hanya membuat aturan protokol kesehatan bagi seniman dan panggung pertunjukan, Direktorat PTLK juga menginisiasi Program Pemberian Layanan Pelindungan Pelaku Budaya terdampak Covid-19. Pembinaan tersebut dilaksanakan dengan mendorong para pelaku budaya untuk tetap berkarya dan memublikasikan hasil karya mereka melalui wahana virtual. (Baca juga: Perkuat Imunitas dengan Konsumsi Buah)

Patut dipahami, dengan tidak ada panggung pertunjukan selama pandemi, banyak seniman yang kehilangan mata pencariannya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Namun, kreativitas tidak boleh terhenti. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjaga api kesenian tetap menyala.

Pameran Daring ala GNI

Sementara itu, program Pameran Manifesto yang biasa rutin digelar setiap tahun oleh Galeri Nasional Indonesia (GNI) pada tahun ini terpaksa dilakukan secara daring. Pameran Daring Manifesto VII bertema “PANDEMI” yang telah disajikan kepada publik sejak 8 Agustus 2020 melalui laman https://galnasonline.id/ ini menampilkan 217 karya video dari 204 peserta yang berasal dari Indonesia dan mancanegara dengan berbagai latar belakang profesi.

Dibanding enam Pameran Manifesto sebelumnya, proyek kurasi Manifesto VII kali ini disuguhkan secara berbeda. Bukan hanya format karya yang tak biasa, yaitu ekspresi karya seni rupa dengan durasi waktu, tapi juga bentuk penyelenggaraan kegiatannya yang dilakukan secara daring.

Tema “PANDEMI” yang dipilih juga berkaitan dengan situasi sosial-kultural saat ini yang tengah berubah, termasuk perubahan format penyelenggaraan pameran seni rupa yang umumnya ramai menghidupkan arena pertemuan para seniman dengan publiknya. Format peserta yang terlibat dalam pameran ini pun berubah. Makanya tak heran jika sebagian pihak bertanya, kenapa publik juga disertakan? Jika begitu, siapa sebenarnya yang menjadi publik bagi pameran ini? (Baca juga: Kampanye Tatap Muka Meningkat, Kampanye Daring Turun)

Pertanyaan-pertanyaan lain yang juga muncul adalah perkara bagaimana gagasan kurator pameran ini disusun? Apa yang diharapkan dari keputusan kuratorial (curatorial judgement) “PANDEMI” ini? Apakah penyelenggaraan pamerannya mampu memenuhi harapan dari rencana kuratorial para kurator? Semua pertanyaan aneh itu telah dikupas tuntas di pameran daring Manifesto VII “PANDEMI”, yang di dalamnya juga sudah digelar beberapa program publik, yakni acara Kurator BicaraPameran Daring MANIFESTO VII “PANDEMI”.

Lalu, Bicara RupaGagasan Kuratorial Manifesto VII “PANDEMI”: Tentang Kemungkinan dan Ketidakmungkinannya. Terakhir, sebagai program publik yang ketiga dari pameran ini digelar Bicara Rupa dengan tajuk Ontologi Layar: Representasi dalam Praktik Seni dan Budaya Media di Tengah Pandemi, berlangsung via Zoom dan live Facebook Galeri Nasional Indonesia kemarin.

“Hasil diskusi dalam program ini diharapkan mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi publik untuk menemukan gagasan dan ekspresi seni baru yang mampu berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan, pengembangan, dan kemajuan seni rupa Indonesia,” kata Kepala GNI Pustanto.

Menurut Pustanto, pameran seni rupa memang menyuguhkan sajian visual untuk dinikmati. Namun, akan menjadi lebih hidup dan bermanfaat ketika sebuah pameran seni rupa direspons melalui diskusi-diskusi yang melibatkan para praktisi di berbagai bidang yang relevan.

Diskusi juga merupakan suatu upaya untuk mengembangkan pewacanaan sekaligus merumuskan kemungkinan-kemungkinan baru yang inovatif, terutama di masa pendemi sekarang ini. “Semoga acara ini menjadi diskusi yang membangun, menginspirasi, dan memotivasi berbagai pihak untuk terus semangat berkontribusi dalam mengembangkan dan memajukan seni rupa Indonesia,” pungkas Pustanto. (Baca juga: Gelaran ICTM Dorong Pertumbuhan Ekonomi)

Kontribusi Djarum Foundation

Tak hanya pemerintah yang mencari siasat baru dan membangun kepedulian atas keberlangsungan sektor seni dan budaya, pihak swasta dalam hal ini Bakti Budaya Djarum Foundation (BBDF) juga turut peduli atas keberlangsungan seni panggung kreatif yang terdampak pandemi. BBDF yang biasa rutin menggelar pertunjukan seni dan budaya di Galeri Indonesia Kaya, lantai 8 Plaza Indonesia, Jakarta, selama masa pandemi menyiasatinya dengan membuat program kreatif yang bisa dinikmati masyarakat dari rumah, melalui website www.indonesiakaya.com, serta channel YouTube IndonesiaKaya.

“Semoga sajian-sajian inspiratif dan edukatif yang kami suguhkan di tiap akhir pekan dapat menjadi angin segar dan diterima dengan baik oleh para penikmat seni di rumah masing-masing,” ujar Program Director BBDF Renitasari Adrian.

Selain itu, pihak BBDF melalui Indonesia Kaya juga bekerja sama dengan sejumlah seniman panggung, yakni Happy Salma, Butet Kartaredjasa, dan Ratna Riantiarno. Mereka mengajak penikmat seni ikut memberikan dukungan untuk para pekerja seni panggung budaya. Apalagi, musibah Covid-19 membuat banyak acara seni, khususnya seni pertunjukan panggung, mengalami pembatalan. Hal ini memberikan dampak yang keras bagi ribuan pekerja seni di Indonesia yang menjadikan seni panggung sebagai sumber penghasilan utama mereka. (Lihat videonya: Pemda DKI Jakarta berencana Perpanjang PSBB Transisi)

“Melalui kitabisa.com, kami ingin mengajak masyarakat untuk mendukung para pekerja seni panggung budaya yang kehilangan mata pencahariannya di saat yang kurang baik ini. Bantuan akan diberikan dalam bentuk dana ke para pekerja seni dan kami berharap bantuan ini dapat meringankan beban para pekerja seni sehingga mereka dapat berkarya lagi di kemudian hari,” ucap Renitasari. (Hendri Irawan)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2048 seconds (0.1#10.140)