KAMP Pictures Akan Filmkan Romantika Sejarah Tan Peng Nio
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak yang tidak tahu, bahkan mungkin masih asing ketika mendengar nama Tan Peng Nio. Padahal, tokoh perempuan etnis Tionghoa itu merupakan seorang pejuang. Berdasarkan sejarah yang ditulis oleh beberapa sejarawan, tokoh Tan Peng Nio memang tidak masuk dalam sejarah arsip negara.
(Baca juga: Raih Penghargaan di Luar Negeri, Perempuan Tanah Jahanam Teruskan Tradisi Prestasi di FFI )
Dengan minimnya data dan informasi yang ada, akhirnya sejarah tokoh ini pun coba diungkap melalui sebuah film . Apabila data sejarah ini benar-benar diangkat, tentunya film ini akan menjadi sangat menarik.
Sebelumnya, Hollywood melalui Disney sudah lebih dulu membuat karakter Mulan, yang perjuangannya memiliki kemiripan. Maka akan lebih menarik lagi jika "Mulan Van Java" dibuat dalam sebuah mahakarya yang lebih totalitas secara nasional bahkan internasional.
Dewi Susilo Budihardjo dan Kamp Pictures berencana menggarap kisah Tan Peng Nio. Dewi Susilo, yang merupakan executive producer sekaligus penggagas ide untuk mengangkat tokoh ini mengungkapkan hal tersebut dalam Forum Discussion Group Sinopsis Film Tan Peng Nio, "Peristiwa Sejarah, Tokoh dan Lanskap Kebudayaan Tionghoa abad ke 17". Acara itu berlangsung di Kantor Kamp Pictures di Kawasan Jakarta Selatan, belum lama ini.
"Saat ini kami, dan Kamp Pictures tengah mempersiapkan segala hal terkait pembuatan film Tan Peng Nio ini, salah satunya adalah mengumpulkan data dan materi, bertemu sekaligus wawancara beberapa sejarawan tentang Tionghoa-Jawa dan ziarah ke makam Tan Peng Nio," papar Dewi Susilo seperti dikutip dari pernyataan tertulisnya, Senin (9/11).
Gagasan membuat film ini didasari adanya keterlibatan etnis Tionghoa dalam memperjuangkan negara ini pada saat melawan VOC. "Sudah saatnya masyarakat tahu akan pentingnya sejarah, bahwa etnis Tionghoa ikut terlibat pada masa itu dalam memperjuangkan jauh sebelum negara ini berdiri. Di sekitar tahun 1740 etnis Tionghoa ikut angkat senjata melawan VOC," paparnya.
"Bisa anda bayangkan, pada tahun itu zaman kerajaan dan Tan Peng Nio seorang pejuang wanita Tionghoa ikut berjuang melawan VOC. Kebenaran sejarah dan romantika sejarah ini yang akan menjadi dasar ide kami dalam Mahakarya ini," ujar Dewi Susilo.
Lebih jauh, Dewi Susilo mengatakan bahwa film perjuangan Tan Peng Nio ini berbeda dengan film-film perjuangan yang lainnya. Film ini bukan film sejarah, melainkan romantika sejarah.
(Baca juga: Joko Anwar Ingin Film Horor Indonesia Naik Kasta )
Sementara itu, acara Forum Group Discussion yang lalu, hadir juga sejumlah narasumber dan sejarawan, seperti Ahli Sejarah Tionghoa Indonesia, Didi Kwartanada; Braindilog Sosiologi dan Founder Historical Study Trips, Teguh Hindarto; dan Hendra Ishanders, kurator lanskap dan ekosistem kebudayaan kontemporer.
Lihat Juga: Sukses di Bioskop, Film Lampir Sabet Penghargaan Internasional! Streaming di Vision+ Sekarang
(Baca juga: Raih Penghargaan di Luar Negeri, Perempuan Tanah Jahanam Teruskan Tradisi Prestasi di FFI )
Dengan minimnya data dan informasi yang ada, akhirnya sejarah tokoh ini pun coba diungkap melalui sebuah film . Apabila data sejarah ini benar-benar diangkat, tentunya film ini akan menjadi sangat menarik.
Sebelumnya, Hollywood melalui Disney sudah lebih dulu membuat karakter Mulan, yang perjuangannya memiliki kemiripan. Maka akan lebih menarik lagi jika "Mulan Van Java" dibuat dalam sebuah mahakarya yang lebih totalitas secara nasional bahkan internasional.
Dewi Susilo Budihardjo dan Kamp Pictures berencana menggarap kisah Tan Peng Nio. Dewi Susilo, yang merupakan executive producer sekaligus penggagas ide untuk mengangkat tokoh ini mengungkapkan hal tersebut dalam Forum Discussion Group Sinopsis Film Tan Peng Nio, "Peristiwa Sejarah, Tokoh dan Lanskap Kebudayaan Tionghoa abad ke 17". Acara itu berlangsung di Kantor Kamp Pictures di Kawasan Jakarta Selatan, belum lama ini.
"Saat ini kami, dan Kamp Pictures tengah mempersiapkan segala hal terkait pembuatan film Tan Peng Nio ini, salah satunya adalah mengumpulkan data dan materi, bertemu sekaligus wawancara beberapa sejarawan tentang Tionghoa-Jawa dan ziarah ke makam Tan Peng Nio," papar Dewi Susilo seperti dikutip dari pernyataan tertulisnya, Senin (9/11).
Gagasan membuat film ini didasari adanya keterlibatan etnis Tionghoa dalam memperjuangkan negara ini pada saat melawan VOC. "Sudah saatnya masyarakat tahu akan pentingnya sejarah, bahwa etnis Tionghoa ikut terlibat pada masa itu dalam memperjuangkan jauh sebelum negara ini berdiri. Di sekitar tahun 1740 etnis Tionghoa ikut angkat senjata melawan VOC," paparnya.
"Bisa anda bayangkan, pada tahun itu zaman kerajaan dan Tan Peng Nio seorang pejuang wanita Tionghoa ikut berjuang melawan VOC. Kebenaran sejarah dan romantika sejarah ini yang akan menjadi dasar ide kami dalam Mahakarya ini," ujar Dewi Susilo.
Lebih jauh, Dewi Susilo mengatakan bahwa film perjuangan Tan Peng Nio ini berbeda dengan film-film perjuangan yang lainnya. Film ini bukan film sejarah, melainkan romantika sejarah.
(Baca juga: Joko Anwar Ingin Film Horor Indonesia Naik Kasta )
Sementara itu, acara Forum Group Discussion yang lalu, hadir juga sejumlah narasumber dan sejarawan, seperti Ahli Sejarah Tionghoa Indonesia, Didi Kwartanada; Braindilog Sosiologi dan Founder Historical Study Trips, Teguh Hindarto; dan Hendra Ishanders, kurator lanskap dan ekosistem kebudayaan kontemporer.
Lihat Juga: Sukses di Bioskop, Film Lampir Sabet Penghargaan Internasional! Streaming di Vision+ Sekarang
(nug)