Tingkatkan Imunitas dengan Berpikir Positif

Selasa, 17 November 2020 - 12:15 WIB
loading...
Tingkatkan Imunitas dengan Berpikir Positif
Semasa pandemi masyarakat dianjurkan untuk tetap berpikiran positif untuk mendongkrak imunitas. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Semasa pandemi masyarakat dianjurkan untuk tetap berpikiran positif. Hal ini dapat mendongkrak imunitas tubuh yang bisa menjauhkan dari Covid-19.

Tingkatkan Imunitas dengan Berpikir Positif


Dibeberkan oleh CEO dan Founder Sekolah Otak Indonesia Dr. dr. Taufiq Pasiak MKes M.Pd. cara meningkatkan imunitas tubuh manusia juga bisa melalui cara menanamkan pikiran positif. “Pikiran positif akan menimbulkan sikap tenang dalam menghadapi sesuatu. Dalam kondisi tenang, hormon endorfin akan muncul,” jelas dr. Taufiq dalam diskusi virtual yang diadakan Jurnalis Peduli Kesehatan Masyarakat (JPKM). (Baca: Nasihat yang Paling Baik adalah Kematian)

Ia melanjutkan, di dalam tubuh manusia sudah terdapat hormon endorfin yang bisa memberikan energi positif. Hormon endorfin dapat dipicu dalam kondisi tenang. Endorfin adalah zat kimia seperti morfin yang dapat dihasilkan secara alami oleh tubuh dan memiliki peran dalam membantu mengurangi rasa sakit saat memicu perasaan positif. Hormon endorfin diproduksi oleh kelenjar pituari dan sistem saraf pusat manusia.

“Banyak berbagai cara untuk meningkatkan imunitas . Selain bersikap tenang dan waspada, tapi rileks agar tidak muncul kepanikan. Lalu, kita juga berusaha meningkatkan imunitas berdasarkan prosedur kesehatan. Misalnya, tidur cukup, mengonsumsi makanan bergizi, dan olahraga, untuk meningkatkan imunitas,” jelas dr Taufiq.

Sebaliknya, apabila panik, kata dr Taufiq, akan menimbulkan hormon stres. Saat mengalami stres, tertekan, atau terancam, area di otak yang disebut hipotalamus yang bertindak sebagai alarm, akan ini mengeluarkan sejumlah perintah yang dirancang bagi tubuh untuk bersiap-siap melawan atau menghindar dikenal sebagai respons fight or flight.

Bagian pertama yang menerima sinyal ini adalah kelenjar adrenal yang lalu mengeluarkan hormon adrenalin. Selanjutnya, hormon ini membuat jantung berdebar dan frekuensi napas meningkat. (Baca juga: Banyak Klaster Baru, Siswa Masuk Sekolah Diusulkan Setelah Vaksinasi)

Gejala lain yang muncul akibat peningkatan adrenalin yakni kaku otot di area leher, bahu, dan rahang. Keringat tiba-tiba bercucuran, timbul sakit kepala, dan gangguan saluran cerna seperti mual, nyeri ulu hati, diare, konstipasi, perubahan selera makan (baik meningkat maupun menurun), munculnya jerawat dan rasa gatal di tubuh, rasa lelah yang tak biasa, terdapat gangguan tidur, gangguan haid, hingga gairah seksual yang menurun.

Selain adrenalin, tubuh juga mengeluarkan hormon kortisol sebagai respons terhadap stres. Hormon ini memicu peningkatan kadar gula darah. Di otak, kortisol terikat dengan sel-sel saraf serta memengaruhi proses berpikir, termasuk bagaimana situasi-situasi yang membuat stres direkam dalam ingatan.

Keberadaan hormon ini dapat menjelaskan mengapa seseorang mampu mengingat situasi yang amat traumatis atau emosional dengan sangat jelas. “Penderita Covid-19 biasanya panik. Rasa panik akan memicu hormon stressor yang menimbulkan kepanikan. Akibatnya, akan memicu berbagai macam penyakit,” kata dr. Taufik.

Kepanikan biasanya termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti saling curiga. Begitu pula seperti saat sebelum Covid-19. Pada awal pandemi, orang bingung karena tidak tahu petunjuk, tidak tahu jalan keluar. Sebenarnya yang harus dimaksimalkan adalah komunikasi. Tapi, komunikasi tidak maksimal akhirnya muncul kepanikan. (Baca juga: Tips Mudah Mengelola Hipertensi)

Dalam keadaan stres, orang akan mudah mengalami gangguan imunitas dan menimbulkan penyakit lain. Pada kesempatan terpisah dr. Junuda RAF, Sp.KJ mengatakan, pada dasarnya, pengelolaan stress tergantung dari nilai-nilai luhur dalam diri kita. "Sehingga menanggapi pandemi covid -19 ini, stres perlu diarahkan pada hal-hal yang positif sehingga kita bisa tetap produktif," ujar Psikiater RSUD Bahtermas Kendari ini.

Dr. Junuda mencontohkan pengalaman pasiennya yang bertambah stres sehingga mengalami gangguan jiwa berat. Sebaliknya, ada tetangganya seorang penjahit. Karena stres di tengah covid-19 ia justru mampu membuat APD dan masker. "Karena itu pendapatannya justru meningkat. Nah, itu respon yang kita harapkan, yang positif. Hal inilah yang perlu kita lakukan,” pungkasnya. (Sri Noviarni)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1638 seconds (0.1#10.140)