Inovasi Sains Diperkenalkan Dua Perempuan Muda
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dua ilmuwan perempuan muda mendapat penghargaan L’Oréal -UNESCO For Women in Science (FWIS) National Fellowship 2020. Mereka mengembangkan inovasi menghadapi masalah pandemi.
Keduanya mendapat penghargaan tersebut setelah melewati penjurian dari tim juri yakni Melanie Masriel, Communications, Public Affairs and Sustainability Director, L’Oréal Indonesia; Prof. Dr. Arief Rachman, Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Prof. Dr. Endang Sukara, Ketua Dewan Juri L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS), dan kedua ilmuwan perempuan penerima fellowship.
Baca juga : Ini Tas Kipling Modern Fungsional untuk Kaum Urban
“Dunia sains tidak pernah berhenti, bahkan di saat dunia dilanda pandemi sekalipun, sains justru dirasa semakin penting perannya dalam berinovasi, mencari solusi akan berbagai tantangan dunia baik masa sekarang maupun masa depan. Demikian juga dengan L’Oreal yang tidak berhenti memberikan dukungan dan apresiasi tinggi kepada ilmuwan perempuan Indonesia melalui program sains kami yang sudah berjalan selama 17 tahun.
Dengan landasan “dunia butuh sains, dan sains membutuhkan perempuan” program L’Oréal-UNESCO For Women in Science merupakan inti dari apa yang kami percayai sebagai perusahaan kecantikan berbasis sains,” jelas Melanie Masriel, Communications, Public Affairs and Sustainability Director, L’Oréal Indonesia.
Prof. Dr. Arief Rachman, Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan, “Dua ilmuwan yang tahun ini dianugerahkan fellowship L’Oréal-UNESCO FWIS, tidak hanya berfokus pada permasalahan yang sedang terjadi, namun juga memikirkan berbagai tantangan lain di dunia medis. Dari dampak lanjutan pada pasien Covid-19, hingga pemanfaatan robotik dalam tindakan rehabilitasi dan operasi,’’ jelasnya.
Pemenang Dr. Anggia Prasetyoputri, M.Sc., Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menciptakan Deteksi Koinfeksi Bakteri pada Pasien COVID-19 melalui Metode Sekuensing dari Sampel Swab.
Anggia Prasetyoputri memiliki ketertarikan dalam dunia sains sejak dahulu, dilatar belakangi oleh sang ibunda yang juga seorang peneliti di bidang kesehatan lingkungan. Ia menyadari bahwa ada kemungkinan pasien COVID-19 terjangkit bakteri dan virus lain selain SARS-CoV-2.
Adanya koinfeksi atau infeksi simultan oleh bakteri dapat terjadi karena bakteri memiliki sifat oportunis yang bisa masuk saat tubuh sedang lemah, dan diketahui dapat memperparah kondisi sebagian pasien COVID-19. Dengan metode pengurutan basa nukleotida atau sekuensing dari sampel swab, Ia berharap dapat membantu tenaga medis dalam mengidentifikasi ada tidaknya bakteri patogen di dalam tubuh pasien COVID-19 dalam waktu singkat, dan juga dapat membantu memberikan informasi kepada dokter untuk memberikan antibiotik yang tepat kepada pasien.
Lalu, pemenang lainnya yakni Latifah Nurahmi, MSc, PhD, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Robot Operasi Reduksi Fraktur Sebagai Teknik Bedah Invasif Minimal. Terinspirasi dari kedua orang tua yang berkarir di bidang akademis, Latifah memilih karier sebagai peneliti dan pengajar.
Keduanya mendapat penghargaan tersebut setelah melewati penjurian dari tim juri yakni Melanie Masriel, Communications, Public Affairs and Sustainability Director, L’Oréal Indonesia; Prof. Dr. Arief Rachman, Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Prof. Dr. Endang Sukara, Ketua Dewan Juri L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS), dan kedua ilmuwan perempuan penerima fellowship.
Baca juga : Ini Tas Kipling Modern Fungsional untuk Kaum Urban
“Dunia sains tidak pernah berhenti, bahkan di saat dunia dilanda pandemi sekalipun, sains justru dirasa semakin penting perannya dalam berinovasi, mencari solusi akan berbagai tantangan dunia baik masa sekarang maupun masa depan. Demikian juga dengan L’Oreal yang tidak berhenti memberikan dukungan dan apresiasi tinggi kepada ilmuwan perempuan Indonesia melalui program sains kami yang sudah berjalan selama 17 tahun.
Dengan landasan “dunia butuh sains, dan sains membutuhkan perempuan” program L’Oréal-UNESCO For Women in Science merupakan inti dari apa yang kami percayai sebagai perusahaan kecantikan berbasis sains,” jelas Melanie Masriel, Communications, Public Affairs and Sustainability Director, L’Oréal Indonesia.
Prof. Dr. Arief Rachman, Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan, “Dua ilmuwan yang tahun ini dianugerahkan fellowship L’Oréal-UNESCO FWIS, tidak hanya berfokus pada permasalahan yang sedang terjadi, namun juga memikirkan berbagai tantangan lain di dunia medis. Dari dampak lanjutan pada pasien Covid-19, hingga pemanfaatan robotik dalam tindakan rehabilitasi dan operasi,’’ jelasnya.
Pemenang Dr. Anggia Prasetyoputri, M.Sc., Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menciptakan Deteksi Koinfeksi Bakteri pada Pasien COVID-19 melalui Metode Sekuensing dari Sampel Swab.
Anggia Prasetyoputri memiliki ketertarikan dalam dunia sains sejak dahulu, dilatar belakangi oleh sang ibunda yang juga seorang peneliti di bidang kesehatan lingkungan. Ia menyadari bahwa ada kemungkinan pasien COVID-19 terjangkit bakteri dan virus lain selain SARS-CoV-2.
Adanya koinfeksi atau infeksi simultan oleh bakteri dapat terjadi karena bakteri memiliki sifat oportunis yang bisa masuk saat tubuh sedang lemah, dan diketahui dapat memperparah kondisi sebagian pasien COVID-19. Dengan metode pengurutan basa nukleotida atau sekuensing dari sampel swab, Ia berharap dapat membantu tenaga medis dalam mengidentifikasi ada tidaknya bakteri patogen di dalam tubuh pasien COVID-19 dalam waktu singkat, dan juga dapat membantu memberikan informasi kepada dokter untuk memberikan antibiotik yang tepat kepada pasien.
Lalu, pemenang lainnya yakni Latifah Nurahmi, MSc, PhD, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Robot Operasi Reduksi Fraktur Sebagai Teknik Bedah Invasif Minimal. Terinspirasi dari kedua orang tua yang berkarir di bidang akademis, Latifah memilih karier sebagai peneliti dan pengajar.