Apa yang Perlu Dipersiapkan saat Anak Kembali ke Sekolah?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan keputusan untuk mengizinkan kegiatan tatap muka di sekolah dimulai pada Januari 2021. Mengacu keputusan tersebut, tentunya diperlukan kesiapan yang matang bagi semua pihak untuk mempersiapkan secara menyeluruh aspek kesehatan yang dibutuhkan, khususnya bagi pelajar yang akan memulai kegiatan tatap muka di sekolah.
(Baca juga: Teh Hijau dan Cokelat Hitam Membantu Mencegah Infeksi Covid-19 )
Banyak kekhawatiran yang muncul bagi masyarakat, dan menjadi pertanyaan adalah apakah kita sudah siap untuk mengirim kembali anak kita ke sekolah ? Apa yang perlu dipersiapkan? Bagaimana sekolah tatap muka jika vaksin belum juga ditemukan?
Beberapa hal menjadi pertimbangan, khususnya para orang tua yang harus kembali melepas anaknya berangkat sekolah, lalu bersosialisasi kembali dengan para siswa lainnya, guru, dan banyak lagi orang lain di luar keluarga yang biasa dijumpainya, dan kelompok teraman saat ini. Semua kekhawatiran itu diulas lebih jauh pada acara WeTheHealth yang diadakan apotek digital Lifepack bersama platform rekomendasi suplemen dan multivitamin, Jovee.
Dalam kegiatan bertema "Wacana Sekolah Tatap Muka pada 2021, Apa yang Perlu disiapkan?" itu dihadirkan dr. Ajeng Indriastari, Sp.A, dokter spesialis anak yang bergabung dalam aplikasi Lifepack, sebagai narasumber. Acara ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan bagi masyarakat khususnya pelajar yang akan melakukan kegiatan tatap muka di sekolah. Pasalnya, sejauh ini Covid-19 belum juga mengalami penurunan.
Berdasarkan data Worldometers, hingga Jumat (4/12) sore, total kasus Covid-19 di dunia telah mencapai 65.793.975 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 563.680 kasus terdapat di Indonesia. Tren kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan, namun pembukaan sekolah secara tatap muka sudah diberi izin oleh pemerintah.
Dokter Ajeng mengungkapkan perlunya banyak pertimbangan dan persiapan matang sebelum memutuskan sekolah tatap muka. "Memang banyak sekali pro dan kontra yang bermunculan mengenai isu sekolah tatap muka pada 2021," ujarnya.
"Di satu sisi, pembelajaran jarak jauh sudah mulai membuat anak-anak jenuh serta bisa dikatakan hanya efektif pada 15 menit pertama pembelajaran dimulai, selebihnya anak-anak akan terdistraksi dengan kegiatan lainnya. Namun, di sisi lain, orang tua merasa aman sekolah di rumah untuk menghindari virus corona karena penyebaran virus ini tidak main-main dan sangat mengkhawatirkan," paparnya.
Berdasarkan data terkini dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), proporsi anak-anak terinfeksi virus corona sebesar 11,3 persen. Selain itu, jurnal dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan risiko anak terkena virus corona lebih rendah 20 kali dari kelompok usia tua. "Walaupun risiko anak terkena virus corona lebih rendah, bukan berarti kewaspadaan terhadap hal tersebut hilang. Karena anak-anak tetap memiliki risiko terinfeksi dan menginfeksi," kata dr. Ajeng.
Lebih jauh, dr. Ajeng mengutarakan, banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai sekolah tatap muka. Pertama, komitmen seluruh pihak untuk memutus rantai penularan. "Pemerintah, khususnya pemerintah daerah harus menyiapkan aturan protokol kesehatan yang ketat untuk sekolah dengan menyiapkan regulasi bahwa tingkat pendidikan sekolah apa yang akan dibuka. Jika tingkat pendidikan SMA hingga Universitas mungkin bisa diterapkan aturan dengan baik. Justru yang mengkhawatirkan adalah jika dibukanya tatap muka untuk tingkat SD dan SMP," jelasnya.
(Baca juga: Teh Hijau dan Cokelat Hitam Membantu Mencegah Infeksi Covid-19 )
Banyak kekhawatiran yang muncul bagi masyarakat, dan menjadi pertanyaan adalah apakah kita sudah siap untuk mengirim kembali anak kita ke sekolah ? Apa yang perlu dipersiapkan? Bagaimana sekolah tatap muka jika vaksin belum juga ditemukan?
Beberapa hal menjadi pertimbangan, khususnya para orang tua yang harus kembali melepas anaknya berangkat sekolah, lalu bersosialisasi kembali dengan para siswa lainnya, guru, dan banyak lagi orang lain di luar keluarga yang biasa dijumpainya, dan kelompok teraman saat ini. Semua kekhawatiran itu diulas lebih jauh pada acara WeTheHealth yang diadakan apotek digital Lifepack bersama platform rekomendasi suplemen dan multivitamin, Jovee.
Dalam kegiatan bertema "Wacana Sekolah Tatap Muka pada 2021, Apa yang Perlu disiapkan?" itu dihadirkan dr. Ajeng Indriastari, Sp.A, dokter spesialis anak yang bergabung dalam aplikasi Lifepack, sebagai narasumber. Acara ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan bagi masyarakat khususnya pelajar yang akan melakukan kegiatan tatap muka di sekolah. Pasalnya, sejauh ini Covid-19 belum juga mengalami penurunan.
Berdasarkan data Worldometers, hingga Jumat (4/12) sore, total kasus Covid-19 di dunia telah mencapai 65.793.975 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 563.680 kasus terdapat di Indonesia. Tren kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan, namun pembukaan sekolah secara tatap muka sudah diberi izin oleh pemerintah.
Dokter Ajeng mengungkapkan perlunya banyak pertimbangan dan persiapan matang sebelum memutuskan sekolah tatap muka. "Memang banyak sekali pro dan kontra yang bermunculan mengenai isu sekolah tatap muka pada 2021," ujarnya.
"Di satu sisi, pembelajaran jarak jauh sudah mulai membuat anak-anak jenuh serta bisa dikatakan hanya efektif pada 15 menit pertama pembelajaran dimulai, selebihnya anak-anak akan terdistraksi dengan kegiatan lainnya. Namun, di sisi lain, orang tua merasa aman sekolah di rumah untuk menghindari virus corona karena penyebaran virus ini tidak main-main dan sangat mengkhawatirkan," paparnya.
Berdasarkan data terkini dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), proporsi anak-anak terinfeksi virus corona sebesar 11,3 persen. Selain itu, jurnal dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan risiko anak terkena virus corona lebih rendah 20 kali dari kelompok usia tua. "Walaupun risiko anak terkena virus corona lebih rendah, bukan berarti kewaspadaan terhadap hal tersebut hilang. Karena anak-anak tetap memiliki risiko terinfeksi dan menginfeksi," kata dr. Ajeng.
Lebih jauh, dr. Ajeng mengutarakan, banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai sekolah tatap muka. Pertama, komitmen seluruh pihak untuk memutus rantai penularan. "Pemerintah, khususnya pemerintah daerah harus menyiapkan aturan protokol kesehatan yang ketat untuk sekolah dengan menyiapkan regulasi bahwa tingkat pendidikan sekolah apa yang akan dibuka. Jika tingkat pendidikan SMA hingga Universitas mungkin bisa diterapkan aturan dengan baik. Justru yang mengkhawatirkan adalah jika dibukanya tatap muka untuk tingkat SD dan SMP," jelasnya.