Berkunjung dan Mengenal Lebih Dekat Sejarah Museum Lawang Sewu

Rabu, 16 Desember 2020 - 14:20 WIB
loading...
Berkunjung dan Mengenal...
PT Kereta Api Indonesia (KAI) kembali membuka tempat wisata Museum Lawang Sewu di Semarang dengan protokol kesehatan yang ketat. / Foto: ist
A A A
SEMARANG - Setelah sempat ditutup akibat pandemi Covid-19, Museum Lawang Sewu akhirnya kembali dibuka untuk umum. PT Kereta Api Indonesia (KAI) kembali membuka tempat wisata ini dengan protokol kesehatan yang ketat. Pengunjung yang datang wajib menerapkan 3M yakni menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

(Baca juga: Berselisih, Dua Anggota Super Junior Ini Pernah Adu Jotos )

Penerapan protokol kesehatan ini terlihat sejak pintu masuk. Terdapat petugas yang berjaga untuk memeriksa suhu tubuh setiap pengunjung yang datang ke museum ini. Kemudian, pengunjung diminta untuk mencuci tangan di tempat-tempat yang sudah disediakan.

Berkunjung dan Mengenal Lebih Dekat Sejarah Museum Lawang Sewu


Hal tersebut sebagaimana juga dilakukan oleh rombongan Program Perjalanan Wisata Pengenalan Destinasi Prioritas Pasar Domestik Nusantara kerjasama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Garuda Indonesia, beberapa waktu lalu.

Selain itu, guna menekan potensi penyebaran virus corona baru , PT KAI juga mengupayakan transaksi pembelian tiket secara non-tunai. Di sisi lain, agar pengunjung tetap aman dan nyaman, PT KAI berlakukan pembatasan jumlah pengunjung sehingga tidak terjadi penumpukan dan pengunjung tetap menjaga jarak.

Tidak hanya pada pengunjung, petugas Lawang Sewu juga wajib menerapkan protokol kesehatan. Lawang Sewu merupakan gedung bersejarah milik PT KAI (Persero) yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Lawang Sewu dibangun secara bertahap di atas lahan seluas 18.232 m2.

Berkunjung dan Mengenal Lebih Dekat Sejarah Museum Lawang Sewu


Bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Sedangkan bangunan tambahan dibangun sekitar 1916 dan selesai 1918. "Di sini masih ada kamar kecil peninggalan Belanda. Masih asli. Wastafel dari Belanda. Identik bangunan ini ada bata cokelat. Semua bahan bangunan Lawang Sewu dari Belanda. Lantai masih asli dari Belanda," ungkap seorang pemandu wisata Hariyono.

Dirancang Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam, saat ini Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan beragam koleksi dari masa ke masa perkeretaapian di Indonesia. Koleksi yang dipamerkan antara lain koleksi alkmaar, mesin edmonson, mesin hitung, mesin tik, replika lokomotif uap, surat berharga dan lain-lain.

Berkunjung dan Mengenal Lebih Dekat Sejarah Museum Lawang Sewu


Lawang Sewu pun menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri dari foto, video, dan material restorasi. Mendekati pintu keluar, terdapat perpustakaan berisikan buku-buku tentang kereta api. "Bangunan ini murni gedung PT KAI. Ada 114 ruangan dan ruangannya berhubungan biar bisa berkomunikasi," kata Hariyono.

(Baca juga: 5 Hal yang Layak Diketahui dari Film Wonder Woman 1984 )

Protokol kesehatan ini sejalan dengan program yang diusung Kemenparekraf /Barekraf, yakni CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment). Adapun di masa pendemi diharapkan masyarakat tetap menjadi pahlawan di negeri sendiri dengan berwisata #DiIndonesiaAja untuk menikmati #WonderfulIndonesia serta tetap menerapkan protokol kesehatan 3M.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1284 seconds (0.1#10.140)