Si Kecil Masih Suka Mengompol? Coba Atasi dengan Terapi Alarm Ini!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nokturnal enuresis adalah ketidakmampuan mengontrol pengeluarin urin selama tidur yang terjadi pada anak-anak dengan usia lebih dari lima tahun atau perkembangan yang setara setidaknya tiga bulan. Dalam bahasa awam dikenal dengan mengompol pada malam hari.
Jika tidak diikuti dengan gejala berkemih lain, maka disebut sebagai monosimtomatik enuresis (MNE). Sedangkan jika terdapat gejala lainnya, seperti buang air kecil terputus-putus atau nyeri saat berkemih dan gejala lainnya, maka disebut sebagai non MNE.
Baca juga : Merawat Penderita COVID-19 Tanpa Khawatir Tertular, Ini Tipsnya!
Adapun istilah MNE primer jika anak mengompol sejak lahir tanpa adanya periode kering atau bebas dari mengompol. Jika seorang anak kembali mengompol setelah periode kering sekurang-kurangnya enam bulan maka disebut sebagai MNE sekunder.
Dikatakan Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K), Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM ada beberapa cara untuk mengatasi kebiasaan ngompol ini. Salah satunya adalah dengan terapi alarm. “Terapi alarm memiliki tingkat keberhasilan yang hampir sama dengan pemberian obat, dimana saat celana anak basah akibat mengompol, maka alarm akan berbunyi yang menyebabkan anak akan terbagun dan harus pergi ke kamar mandi,” ungkap dr. Irfan.
Tentunya peran orang tua sangat penting pada terapi ini. Terapi dianggap berhasil jika anak tidak mengompol selama satu bulan tanpa pemaikaian alarm. Menurut dr. Irfan, kebanyakan dari terapi ini akan membuahkan hasil yang baik setelah 3-4 bulan terapi. Yang juga perlu dilakukan adalah memperbaiki gaya hidup.
Baca juga : Bawang Putih Ternyata Ampuh Mengobati Pilek
Yakni dengan menghindari konsumsi cairan berlebih pada malam hari, menghindari minuman/ makanan mengandung kafein, memastikan konsumsi cairan yang cukup sepanjang hari, menghindari diet tinggi protein/ garam pada malam hari, dan mengingatkan anak untuk berkemih sebelum tidur dengan posisi buang air kecil yang baik dan benar.
Dokter menyarankan agar orangtua memberi penghargaan jika anak tidak mengompol. Dr. Irfan mengatakan, selain terapi alarm, masih ada pilihan lain antara lain uroterapi, diuretik, antikolonergik hingga penggunaan obat seperti desmopressin untuk mengatasi anak mengompol pada malam hari.
Lebih jauh, angka kejadian dari masalah mengompol ini bervariasi, yakni 4%-19% pada populasi anak diseluruh dunia. Kejadian ini akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia anak.
Adapun faktor penyebab nokturnal enuresis bersifat multifaktorial yakni kondisi genetik, konstipasi, infeksi saluran kemih, kapasitas kandung kemih yang kecil, ansietas, gangguan tidur, dan diabetes. Diagnosis enuresis dilakukan setelah anak berusia lima tahun.
Baca juga : Covid-19 Bisa Sebabkan Disfungsi Ereksi? Ini Kata Ahli
Usai membicarakan gejala yang dialaminya dan melakukan pemeriksaan fisik pasien, dokter juga perlu menemukan kondisi yang membuat pasien mengompol.
Pencarian penyebab tersebut dapat dilakukan dengan tes urine (urinalisis) yang bertujan mengidentifikasi terjadinya infeksi, diabetes, atau konsumsi obat yang menimbulkan efek samping enuresis serta pencitraan jika dibutuhkan untuk melihat kondisi anatomi dari sistem saluran kemih bila diperlukan.
Lihat Juga: Pengendali Saham KB Bank Sponsori Operasi Jantung Gratis 10 Anak Indonesia di Korea Selatan
Jika tidak diikuti dengan gejala berkemih lain, maka disebut sebagai monosimtomatik enuresis (MNE). Sedangkan jika terdapat gejala lainnya, seperti buang air kecil terputus-putus atau nyeri saat berkemih dan gejala lainnya, maka disebut sebagai non MNE.
Baca juga : Merawat Penderita COVID-19 Tanpa Khawatir Tertular, Ini Tipsnya!
Adapun istilah MNE primer jika anak mengompol sejak lahir tanpa adanya periode kering atau bebas dari mengompol. Jika seorang anak kembali mengompol setelah periode kering sekurang-kurangnya enam bulan maka disebut sebagai MNE sekunder.
Dikatakan Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K), Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM ada beberapa cara untuk mengatasi kebiasaan ngompol ini. Salah satunya adalah dengan terapi alarm. “Terapi alarm memiliki tingkat keberhasilan yang hampir sama dengan pemberian obat, dimana saat celana anak basah akibat mengompol, maka alarm akan berbunyi yang menyebabkan anak akan terbagun dan harus pergi ke kamar mandi,” ungkap dr. Irfan.
Tentunya peran orang tua sangat penting pada terapi ini. Terapi dianggap berhasil jika anak tidak mengompol selama satu bulan tanpa pemaikaian alarm. Menurut dr. Irfan, kebanyakan dari terapi ini akan membuahkan hasil yang baik setelah 3-4 bulan terapi. Yang juga perlu dilakukan adalah memperbaiki gaya hidup.
Baca juga : Bawang Putih Ternyata Ampuh Mengobati Pilek
Yakni dengan menghindari konsumsi cairan berlebih pada malam hari, menghindari minuman/ makanan mengandung kafein, memastikan konsumsi cairan yang cukup sepanjang hari, menghindari diet tinggi protein/ garam pada malam hari, dan mengingatkan anak untuk berkemih sebelum tidur dengan posisi buang air kecil yang baik dan benar.
Dokter menyarankan agar orangtua memberi penghargaan jika anak tidak mengompol. Dr. Irfan mengatakan, selain terapi alarm, masih ada pilihan lain antara lain uroterapi, diuretik, antikolonergik hingga penggunaan obat seperti desmopressin untuk mengatasi anak mengompol pada malam hari.
Lebih jauh, angka kejadian dari masalah mengompol ini bervariasi, yakni 4%-19% pada populasi anak diseluruh dunia. Kejadian ini akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia anak.
Adapun faktor penyebab nokturnal enuresis bersifat multifaktorial yakni kondisi genetik, konstipasi, infeksi saluran kemih, kapasitas kandung kemih yang kecil, ansietas, gangguan tidur, dan diabetes. Diagnosis enuresis dilakukan setelah anak berusia lima tahun.
Baca juga : Covid-19 Bisa Sebabkan Disfungsi Ereksi? Ini Kata Ahli
Usai membicarakan gejala yang dialaminya dan melakukan pemeriksaan fisik pasien, dokter juga perlu menemukan kondisi yang membuat pasien mengompol.
Pencarian penyebab tersebut dapat dilakukan dengan tes urine (urinalisis) yang bertujan mengidentifikasi terjadinya infeksi, diabetes, atau konsumsi obat yang menimbulkan efek samping enuresis serta pencitraan jika dibutuhkan untuk melihat kondisi anatomi dari sistem saluran kemih bila diperlukan.
Lihat Juga: Pengendali Saham KB Bank Sponsori Operasi Jantung Gratis 10 Anak Indonesia di Korea Selatan
(wur)