Berbeda dengan Maag, GERD Bisa Bikin Dada Panas

Jum'at, 08 Januari 2021 - 23:03 WIB
loading...
Berbeda dengan Maag, GERD Bisa Bikin Dada Panas
Berbeda dengan maag, GERD menyebabkan rasa panas di dada. Sementara, maag lebih menyerang ulu hati. Tapi bisa saja seseorang memiliki keluhan maag dan GERD sekaligus. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Pernahkah Anda merasakan rasa panas di dada yang bahkan membuat seperti tercekik? Kondisi ini disertai dengan mulut pahit. Ketahuilah bahwa itu adalah gejala utama Penderita Gastroesophageal Reflux Disease ( GERD ).

Berbeda dengan maag, GERD menyebabkan rasa panas di dada. Sementara, maag lebih menyerang ulu hati. Tapi bisa saja seseorang memiliki keluhan maag dan GERD sekaligus. (Baca juga: Rutin Minum Obat yang Diberikan Dokter, Gerd Bisa Sembuh Total )

GERD terjadi ketika asam lambung naik kembali ke esofagus (kerongkongan). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada esofagus. GERD dengan komplikasi bahkan bisa mengalami gejala suara serak, sesak napas, gigi ngilu, dan disertai gangguan telinga berdengung.

"Stres bisa memicu produksi asam lambung. Termasuk pada pasien gangguan kecemasan yang bisa timbulkan peluang kekambuhan dan memperparah gejala GERD," kata Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP terkait penyakit sistem pencernaan kronik ini.

GERD merupakan penyakit menahun dan sudah berulang. Ketika GERD kambuh, Prof. Ari mengatakan agar tidak cemas dan panik sebab cemas malah akan menambah produksi asam lambung meningkat.

"Segera konsumsi Antasida (antacid) untuk menetralkan kadar asam di dalam lambung," saran spesialis penyakit dalam konsultan Hepatologi Gastro Entero ini.

Asam lambung yang naik juga bisa membuat sesak napas atau terasa tercekik. Dikatakan Prof. Ari, penyakit ini erat kaitannya dengan gaya hidup. Selain stres, kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung lemak seperti cokelat dan keju yang mengakibatkan pengosongan lambung menjadi terganggu. (Baca juga: Dihubungi Istana, Raffi Ahmad Dapat Jatah Vaksin Covid-19 )

Kebiasaan makan besar sesaat sebelum tidur di malam hari dan merokok. Karenanya Prof. Ari menyarankan untuk mengendalikan stres, mendekatkan diri kepada agama, menghindari makanan cokelat, keju, berlemak, asam, pedas, dan memberi jarak dua jam sehabis makan guna mencegah kambuhnya GERD.

Diagnosa penyakit ini bisa dilakukan lewat aplikasi GERDQ. Aplikasi ini berisikan kuesioner, yang dilengkapi oleh pasien dan dalam pengawasan dokter untuk identifikasi dan manajemen pasien dengan GERD. Kuesioner terdiri atas empat pertanyaan mengenai gejala, dan dua pertanyaan pada dampak yang dialami pasien.

Bagi yang mengalami keluhan berat badan turun, BAB berdarah, anemia, harus dipastikan apakah itu GERD dengan endoskopi. (Baca juga: Isolasi Mandiri, Begini Cara Irfan Hakim Sembuh dari Covid-19 )

"Harus diteropong ada luka atau tidak, kalau hasilnya normal maka dilanjutkan monitoring pH," kata tutur Prof. Ari.

GERD harus diobati, jangan dibiarkan. Sebab, kerongkongan yang terus terpapar asam lambung bisa akibatkan luka dan terjadi perubahan struktur. Dalam jangka panjang dapat terjadi kanker, apalagi diperparah dengan kebiasaan merokok.

Obesitas dan diabetes juga masuk dalam faktor risiko GERD. Maka itu, modifikasi gaya hidup adalah kunci pengobatan penyakit pencernaan ini. Pasien juga harus konsumsi obat untuk menekan produksi asam lambung. Obat disini berguna untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Dengan modifikasi gaya hidup dan rutin minum obat, pasien GERD pun dapat sembuh.
(tdy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1714 seconds (0.1#10.140)