Ini Tips Mengelola Keuangan Keluarga di Tengah Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
Apakah Indonesia mengalami great depression? Mengambil kutipan pemenang Nobel bidang ekonomi yaitu Robert Shiller mengatakan jika kondisi pandemi tidak akan bertahan selama 10 tahun, berbeda dengan depresi besar tahun 1930. Kondisi ini akan berakhir dalam satu atau dua tahun dan bisa dihindari melalui kebijakan fiskal dan moneter di semua negara.
“Ada empat sektor yang tertekan akibat COVID-19 yaitu rumah tangga, UMKM, korporasi, dan keuangan. Berdasarkan data kementerian ketenagakerjaan, lebih dari 1,5 juta orang telah kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19. Sedangkan sebanyak 10,6% diantaranya atau sekitar 160.000 orang kehilangan pekerjaannya karena PHK dan 89,4% lainnya dirumahkan.
"Namun, jika situasi masyarakat terus seperti ini dengan gaji yang mengalami penurunan, PHK besar-besaran, tidak ada THR dan aktivitas masyarakat berhenti total maka daya beli akan menurun dan berdampak pada ekonomi Indonesia,” ungkap dia.
Saat ini yang dapat menopang kondisi ekonomi Indonesia adalah pemerintah melalui kebijakan yang dibuat untuk meringankan beban masyarakat. Ada berbagai program pemerintah yang dapat digunakan masyarakat seperti program jaring pengaman sosial berupa kartu pra kerja, kartu sembako, program keluarga harapan, padat karya tunai perdesaan, dan bantuan langsung tunai. Program yang diberikan pemerintah merupakan salah satu cara yang bisa digunakan dalam mengelola keuangan keluarga di tengah pandemi COVID-19.
Ada tujuh cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mengelola keuangan di masa pandemi. Pertama, lakukan financial check-up dengan melihat kondisi kesehatan keuangan dari pendapatan dan pengeluaran yang ada saat ini. Kedua, buat prioritas keuangan dan pangkas kebutuhan yang dirasa tidak perlu. Keluarga dapat mencari produk substitusi atau mengganti produk yang lebih murah namun memiliki fungsi yang sama dalam menghemat pengeluaran.
Ketiga, jika memiliki utang bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) lakukan restrukturisasi selama satu tahun. Keempat, atur pola hidup keluarga agar lebih efisien selama masa pandemi. Kelima, pahami yang menjadi hak masyarakat seperti adanya potongan subsidi bagi keluarga yang menggunakan listrik 900 Watt, minta kartu prakerja, dan yang lain. Tips keenam adalah cari penghasilan alternatif atau membuka peluang bisnis baru.
“Saat ini kita dimudahkan dengan adanya handphone dan internet, mulai dari situ bisa dimanfaatkan untuk berjualan online atau menawarkan jasa. Bagi yang memiliki sedikit dana bisa investasi di saham atau reksadana. Tips ketujuh adalah selalu berpikiran positif karena sumber utama melemahnya imunitas adalah dari pikiran. Kesehatan itu penting, jadi ikuti anjuran pemerintah untuk stay at home dan ubah gaya hidup lebih hemat,” pungkas Werner.
“Ada empat sektor yang tertekan akibat COVID-19 yaitu rumah tangga, UMKM, korporasi, dan keuangan. Berdasarkan data kementerian ketenagakerjaan, lebih dari 1,5 juta orang telah kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19. Sedangkan sebanyak 10,6% diantaranya atau sekitar 160.000 orang kehilangan pekerjaannya karena PHK dan 89,4% lainnya dirumahkan.
"Namun, jika situasi masyarakat terus seperti ini dengan gaji yang mengalami penurunan, PHK besar-besaran, tidak ada THR dan aktivitas masyarakat berhenti total maka daya beli akan menurun dan berdampak pada ekonomi Indonesia,” ungkap dia.
Saat ini yang dapat menopang kondisi ekonomi Indonesia adalah pemerintah melalui kebijakan yang dibuat untuk meringankan beban masyarakat. Ada berbagai program pemerintah yang dapat digunakan masyarakat seperti program jaring pengaman sosial berupa kartu pra kerja, kartu sembako, program keluarga harapan, padat karya tunai perdesaan, dan bantuan langsung tunai. Program yang diberikan pemerintah merupakan salah satu cara yang bisa digunakan dalam mengelola keuangan keluarga di tengah pandemi COVID-19.
Ada tujuh cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mengelola keuangan di masa pandemi. Pertama, lakukan financial check-up dengan melihat kondisi kesehatan keuangan dari pendapatan dan pengeluaran yang ada saat ini. Kedua, buat prioritas keuangan dan pangkas kebutuhan yang dirasa tidak perlu. Keluarga dapat mencari produk substitusi atau mengganti produk yang lebih murah namun memiliki fungsi yang sama dalam menghemat pengeluaran.
Ketiga, jika memiliki utang bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) lakukan restrukturisasi selama satu tahun. Keempat, atur pola hidup keluarga agar lebih efisien selama masa pandemi. Kelima, pahami yang menjadi hak masyarakat seperti adanya potongan subsidi bagi keluarga yang menggunakan listrik 900 Watt, minta kartu prakerja, dan yang lain. Tips keenam adalah cari penghasilan alternatif atau membuka peluang bisnis baru.
“Saat ini kita dimudahkan dengan adanya handphone dan internet, mulai dari situ bisa dimanfaatkan untuk berjualan online atau menawarkan jasa. Bagi yang memiliki sedikit dana bisa investasi di saham atau reksadana. Tips ketujuh adalah selalu berpikiran positif karena sumber utama melemahnya imunitas adalah dari pikiran. Kesehatan itu penting, jadi ikuti anjuran pemerintah untuk stay at home dan ubah gaya hidup lebih hemat,” pungkas Werner.
(nth)