Penyakit Kronis Para Diktator, Hitler Parkinson Mussolini Sifilis
loading...
A
A
A
SEORANG diktator lazimnya hidup serba kecukupan dan selalu mendapat pelayanan istimewa tak terkecuali dalam hal kesehatan . Namun faktanya seorang diktator juga manusia biasa yang tak kebal terhadap penyakit .
Meski bergelimang kekuasaan tak terbatas, pemimpin bertangan besi merupakan pribadi lemah ketika mengidap penyakit. Berikut penyakit-penyakit tak terduga yang menggerogoti para diktator.
1. Mao Zedong (Insomnia dan serangan jantung)*
Mao berusaha merahasiakan kesehatannya yang memburuk untuk mempertahankan cengkeramannya pada otoritas. Pada 1974, dokter mendiagnosisnya dengan amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Kelemahan ototnya memburuk. Ia pun kehilangan kemampuan untuk berbicara secara koheren sebelum kematinnya dua tahun kemudian.
Pemimpin Komunisme China itu dikenal kurang menjaga kebersihan. Ia menolak mandi (memilih meminta pelayannya menyeka dengan handuk panas) dan lebih memilih berkumur dengan teh daripada gosok gigi. Hal ini menyebabkan kerusakan pada giginya. Selain stress dan insomnia, serangan jantung juga dialami Mao hingga menjelang kematiannya pada 1976. (Baca juga: Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama )
2. Fidel Castro (Radang usus)
Lahir pada 1926, seorang pemimpin tertinggi seperti halnya Fidel Castro umumnya menikmati kesehatan yang baik dalam sebagian besar hidupnya. Namun, pada 2007 saat berusia 80 tahun, Castro didiagnosa menderita penyakit divertikulitis (radang usus) serius.
Meskipun relatif umum diderita orang lanjut usia, divertikulitis bisa sangat menyakitkan dan dapat menyebabkan komplikasi fatal. Castro menjalani beberapa operasi untuk menyembuhkan divertikulitis yang dideritanya. (Baca juga: 5 Bahan Rumahan untuk Atasi Sakit Akibat Radang Usus Buntu )
Konon satu operasi sempat gagal dan membutuhkan waktu lima bulan untuk pemulihan. Akibat hal itu, saudaranya Raul sempat menggantikan Castro sementara di tampuk pemerintahan Kuba. Masalah kesehatan Castro menjadi sangat parah sehingga ia pensiun dari pemerintahan pada 2008
3. Joseph Stalin (Pengerasan pembuluh darah otak)
Kesehatan Joseph Stalin mulai menurun pada 1945. Para sejarawan menyakini hal itu disebabkan penyakit stroke dan serangan jantung yang diidapnya. Keadaan mentalnya juga memburuk, dan ia menjadi semakin paranoid.
Dokter yang merawat Stalin tak lama sebelum wafatnya pada 1953 mengklaim bahwa diktator Soviet itu menderita atherosclerosis, atau pengerasan pembuluh darah otaknya yang dideritanya selama bertahun-tahun.
4. Adolf Hitler (Parkinson)
Kesehatan fisik Adolf Hitler telah menjadi pusat perdebatan sejarah selama bertahun-tahun. Banyak pihak mencurigai pemimpin Nazi itu memiliki sejumlah penyakit sepanjang hidupnya. (Baca juga: Menelusuri Jejak Hitler di Indonesia )
Para peneliti memperkirakan Hitler menderita Parkinson sekitar tahun 1933, ketika ia menjadi diktator di Jerman. Getaran tangannya yang sering terlihat bisa menjadi indikasi penyakit itu. Menurut sebuah penelitian, para peneliti menganalisa, Parkinson menyebabkan Hitler membuat keputusan militer yang buruk seperti serangan ke Uni Soviet yang gagal di PD I.
5. Vladimir Lenin (Sifilis)
Sejarawan Helen Rappaport mengklaim pemimpin revolusioner Uni Soviet itu menderita sifilis ketika ia berusia sekitar 32 tahun pada 1902. Beberapa dekade kemudian, Lenin diketahui menggunakan obat yang biasanya diresepkan untuk orang yang menderita penyakit kelamin itu.
Penyakit sifilis akhirnya dapat menyebabkan masalah neurologis pada Lenin. Sifilis diduga juga menyebabkan Lenin menderita gangguan mental pada tahun-tahun terakhir hidupnya.
Gangguan mental itu menyebabkan dirinya terlihat kejam pada oposisi. Bahkan beberapa pihak menduga penyakit sifilis memiliki andil dalam kematian Lenin pada 1924.
6. Napoleon Bonaparte (Kanker lambung)
Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte hidup beberapa tahun setelah kekalahan terakhirnya di Pertempuran Waterloo pada 1815. Napoleon kemudian diasingkan di Pulau St. Helena dan meninggal pada 1821.
Para sejarawan mempercayai Bonaparte menderita kanker perut sebelum kematiannya. Penyakit yang juga diderita sang ayam saat kematinnya pada 1785. Hal itu diperkuat dengan hasil autopsi yang dilakukan pada 1821 dimana ditemukan lesi di usus Bonaparte.
Peneliti meyakini perdarahan di usus menjadi bukti penyakit kanker di tubuh Napoleon selain juga penurunan berat badannya yang sangat drastis ketika dirinya di pengasingan. Pada tahun terakhir hidupnya, Bonaparte kehilangan sekitar 24 pound berat badannya.
7. Jenderal Franco (Parkinson)
Pemimpin fasis Jenderal Francisco Franco memerintah Spanyol selama beberapa dekade sebelum ia mulai menunjukkan tanda-tanda penyakit Parkinson. Pada awal 1960-an, gejala Parkinson Franco terlihat dari getaran tangan dan juga kelemahan otot di wajahnya.
Munculnya bisul di perut sang diktator diduga juga menjadi tanda penyakit Parkinson bersarang di tubuh Franco. Pada akhir 1960-an, kesehatan buruk sang diktator tampaknya telah mengurangi kekejamannya. Imbasnya angin reformasi di seluruh Spanyol mulai berhembus dan semakin mengkristal jelang kematinnya pada tahun 1975.
8. Ferdinand Marcos (Lupus)
Ferdinand Marcos, penguasa Filipina yang memerintah melalui darurat militer, mulai menunjukkan tanda-tanda penyakit lupus pada 1979 ketika ia berusia awal 60-an. Penyakit autoimun yang diidapnya mulai berkembang hingga Marcos menerima transplantasi ginjal pada 1983 dan 1984.
Seorang agen Amerika Serikat menduga penyakit lupus yang diderita Marcos membuat pemerintahannya lemah dan disebut-sebut banyak dikendalikan istrinya Imelda Marcos. Kedua pasangan suami istri itu akhirnya dipaksa angkat kaki pada 1986 hingga Matcos tutup usia tiga tahun kemudian di pengasingannya.
9. Benito Mussolini (Sifilis)
Penyakit sifilis yang diidap pemimpin fasis Italia Benito Mussolini diduga sudah ada saat ia mengajar di Italia utara pada 1906 dan 1907 ketika berusia 23 tahun. Akibat penyakitnya itu Musolini disebut-sebut mempertimbangkan untuk mengakhiri hidupnya sebelum seorang teman membujuknya untuk mencari pengobatan meski perawatan itu pada akhirnya tidak menyembuhkannya.
Sifilis akut memiliki efek serius pada otak dan ini mungkin bisa menjelaskan perilaku Mussolini pada 1940-an. Ia menjadi paranoid pada akhir Perang Dunia II. Keadaan mentalnya yang rapuh membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah sifilis mengganggu pikirannya.
10. Mobutu Sese Seko (Kanker prostat)
Pada 1965, Mobutu Sese Seko yang berusia 35 tahun mengambil alih kekuasaan di Zaire dengan bantuan Amerika Serikat (AS). Presiden AS Ronald Reagan menggambarkannya sebagai "suara yang masuk akal dan niat baik".
Namun ternyata Mobutu memerintah Zaire dengan kejam dan korup selama lebih dari tiga dekade. Adanya penyakit kanker prostat yang diderita Mobutu terungkap ke publik pada 1996 ketika ia yang saat itu berusia 60 tahun pergi ke Prancis untuk melakukan pengobatan.
Pengobatan yang dilakukan Mobutu di luar negeri dimanfaatkan pesaing politiknya di dalam negeri untuk melakukan kudeta. Kenyataan ini memaksa pemimpin yang suka mengenakan topi macan itu pergi ke pengasingannya di Maroko hingga kematiannya pada 1997.
11. Francois 'Papa Doc' Duvalier (Diabetes Kronis)
Diktator Haiti, Francois 'Papa Dic' Duvalier semasa hidupnya diketahui menderita diabetes, penyakit yang menghambat kemampuan tubuh untuk mengatur gula dalam darah. Tapi penyakit itu tidak membatasi ambisinya.
Duvalier menggunakan tradisi kepercayaan bangsa Haiti pada voodoo untuk meningkatkan kekuatan politik hingga terpilih sebagai Presiden pada 1957. Pada 1959, serangan jantung yang disebabkan oleh diabetes memaksa Duvalier koma selama sembilan jam.
Setelah bangun, Duvalier menjadi lebih paranoid dan kejam. Duvalier meninggal pada 1971 akibat komplikasi penyakit yang berhubungan dengan diabetes. Di masa pemerintahannya, sekitar 30.000 warga Haiti tewas.
*Penyakit yang diderita semasa hidupnya
Sumber: www.ranker.com
Meski bergelimang kekuasaan tak terbatas, pemimpin bertangan besi merupakan pribadi lemah ketika mengidap penyakit. Berikut penyakit-penyakit tak terduga yang menggerogoti para diktator.
1. Mao Zedong (Insomnia dan serangan jantung)*
Mao berusaha merahasiakan kesehatannya yang memburuk untuk mempertahankan cengkeramannya pada otoritas. Pada 1974, dokter mendiagnosisnya dengan amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Kelemahan ototnya memburuk. Ia pun kehilangan kemampuan untuk berbicara secara koheren sebelum kematinnya dua tahun kemudian.
Pemimpin Komunisme China itu dikenal kurang menjaga kebersihan. Ia menolak mandi (memilih meminta pelayannya menyeka dengan handuk panas) dan lebih memilih berkumur dengan teh daripada gosok gigi. Hal ini menyebabkan kerusakan pada giginya. Selain stress dan insomnia, serangan jantung juga dialami Mao hingga menjelang kematiannya pada 1976. (Baca juga: Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama )
2. Fidel Castro (Radang usus)
Lahir pada 1926, seorang pemimpin tertinggi seperti halnya Fidel Castro umumnya menikmati kesehatan yang baik dalam sebagian besar hidupnya. Namun, pada 2007 saat berusia 80 tahun, Castro didiagnosa menderita penyakit divertikulitis (radang usus) serius.
Meskipun relatif umum diderita orang lanjut usia, divertikulitis bisa sangat menyakitkan dan dapat menyebabkan komplikasi fatal. Castro menjalani beberapa operasi untuk menyembuhkan divertikulitis yang dideritanya. (Baca juga: 5 Bahan Rumahan untuk Atasi Sakit Akibat Radang Usus Buntu )
Konon satu operasi sempat gagal dan membutuhkan waktu lima bulan untuk pemulihan. Akibat hal itu, saudaranya Raul sempat menggantikan Castro sementara di tampuk pemerintahan Kuba. Masalah kesehatan Castro menjadi sangat parah sehingga ia pensiun dari pemerintahan pada 2008
3. Joseph Stalin (Pengerasan pembuluh darah otak)
Kesehatan Joseph Stalin mulai menurun pada 1945. Para sejarawan menyakini hal itu disebabkan penyakit stroke dan serangan jantung yang diidapnya. Keadaan mentalnya juga memburuk, dan ia menjadi semakin paranoid.
Dokter yang merawat Stalin tak lama sebelum wafatnya pada 1953 mengklaim bahwa diktator Soviet itu menderita atherosclerosis, atau pengerasan pembuluh darah otaknya yang dideritanya selama bertahun-tahun.
4. Adolf Hitler (Parkinson)
Kesehatan fisik Adolf Hitler telah menjadi pusat perdebatan sejarah selama bertahun-tahun. Banyak pihak mencurigai pemimpin Nazi itu memiliki sejumlah penyakit sepanjang hidupnya. (Baca juga: Menelusuri Jejak Hitler di Indonesia )
Para peneliti memperkirakan Hitler menderita Parkinson sekitar tahun 1933, ketika ia menjadi diktator di Jerman. Getaran tangannya yang sering terlihat bisa menjadi indikasi penyakit itu. Menurut sebuah penelitian, para peneliti menganalisa, Parkinson menyebabkan Hitler membuat keputusan militer yang buruk seperti serangan ke Uni Soviet yang gagal di PD I.
5. Vladimir Lenin (Sifilis)
Sejarawan Helen Rappaport mengklaim pemimpin revolusioner Uni Soviet itu menderita sifilis ketika ia berusia sekitar 32 tahun pada 1902. Beberapa dekade kemudian, Lenin diketahui menggunakan obat yang biasanya diresepkan untuk orang yang menderita penyakit kelamin itu.
Penyakit sifilis akhirnya dapat menyebabkan masalah neurologis pada Lenin. Sifilis diduga juga menyebabkan Lenin menderita gangguan mental pada tahun-tahun terakhir hidupnya.
Gangguan mental itu menyebabkan dirinya terlihat kejam pada oposisi. Bahkan beberapa pihak menduga penyakit sifilis memiliki andil dalam kematian Lenin pada 1924.
6. Napoleon Bonaparte (Kanker lambung)
Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte hidup beberapa tahun setelah kekalahan terakhirnya di Pertempuran Waterloo pada 1815. Napoleon kemudian diasingkan di Pulau St. Helena dan meninggal pada 1821.
Para sejarawan mempercayai Bonaparte menderita kanker perut sebelum kematiannya. Penyakit yang juga diderita sang ayam saat kematinnya pada 1785. Hal itu diperkuat dengan hasil autopsi yang dilakukan pada 1821 dimana ditemukan lesi di usus Bonaparte.
Peneliti meyakini perdarahan di usus menjadi bukti penyakit kanker di tubuh Napoleon selain juga penurunan berat badannya yang sangat drastis ketika dirinya di pengasingan. Pada tahun terakhir hidupnya, Bonaparte kehilangan sekitar 24 pound berat badannya.
7. Jenderal Franco (Parkinson)
Pemimpin fasis Jenderal Francisco Franco memerintah Spanyol selama beberapa dekade sebelum ia mulai menunjukkan tanda-tanda penyakit Parkinson. Pada awal 1960-an, gejala Parkinson Franco terlihat dari getaran tangan dan juga kelemahan otot di wajahnya.
Munculnya bisul di perut sang diktator diduga juga menjadi tanda penyakit Parkinson bersarang di tubuh Franco. Pada akhir 1960-an, kesehatan buruk sang diktator tampaknya telah mengurangi kekejamannya. Imbasnya angin reformasi di seluruh Spanyol mulai berhembus dan semakin mengkristal jelang kematinnya pada tahun 1975.
8. Ferdinand Marcos (Lupus)
Ferdinand Marcos, penguasa Filipina yang memerintah melalui darurat militer, mulai menunjukkan tanda-tanda penyakit lupus pada 1979 ketika ia berusia awal 60-an. Penyakit autoimun yang diidapnya mulai berkembang hingga Marcos menerima transplantasi ginjal pada 1983 dan 1984.
Seorang agen Amerika Serikat menduga penyakit lupus yang diderita Marcos membuat pemerintahannya lemah dan disebut-sebut banyak dikendalikan istrinya Imelda Marcos. Kedua pasangan suami istri itu akhirnya dipaksa angkat kaki pada 1986 hingga Matcos tutup usia tiga tahun kemudian di pengasingannya.
9. Benito Mussolini (Sifilis)
Penyakit sifilis yang diidap pemimpin fasis Italia Benito Mussolini diduga sudah ada saat ia mengajar di Italia utara pada 1906 dan 1907 ketika berusia 23 tahun. Akibat penyakitnya itu Musolini disebut-sebut mempertimbangkan untuk mengakhiri hidupnya sebelum seorang teman membujuknya untuk mencari pengobatan meski perawatan itu pada akhirnya tidak menyembuhkannya.
Sifilis akut memiliki efek serius pada otak dan ini mungkin bisa menjelaskan perilaku Mussolini pada 1940-an. Ia menjadi paranoid pada akhir Perang Dunia II. Keadaan mentalnya yang rapuh membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah sifilis mengganggu pikirannya.
10. Mobutu Sese Seko (Kanker prostat)
Pada 1965, Mobutu Sese Seko yang berusia 35 tahun mengambil alih kekuasaan di Zaire dengan bantuan Amerika Serikat (AS). Presiden AS Ronald Reagan menggambarkannya sebagai "suara yang masuk akal dan niat baik".
Namun ternyata Mobutu memerintah Zaire dengan kejam dan korup selama lebih dari tiga dekade. Adanya penyakit kanker prostat yang diderita Mobutu terungkap ke publik pada 1996 ketika ia yang saat itu berusia 60 tahun pergi ke Prancis untuk melakukan pengobatan.
Pengobatan yang dilakukan Mobutu di luar negeri dimanfaatkan pesaing politiknya di dalam negeri untuk melakukan kudeta. Kenyataan ini memaksa pemimpin yang suka mengenakan topi macan itu pergi ke pengasingannya di Maroko hingga kematiannya pada 1997.
11. Francois 'Papa Doc' Duvalier (Diabetes Kronis)
Diktator Haiti, Francois 'Papa Dic' Duvalier semasa hidupnya diketahui menderita diabetes, penyakit yang menghambat kemampuan tubuh untuk mengatur gula dalam darah. Tapi penyakit itu tidak membatasi ambisinya.
Duvalier menggunakan tradisi kepercayaan bangsa Haiti pada voodoo untuk meningkatkan kekuatan politik hingga terpilih sebagai Presiden pada 1957. Pada 1959, serangan jantung yang disebabkan oleh diabetes memaksa Duvalier koma selama sembilan jam.
Setelah bangun, Duvalier menjadi lebih paranoid dan kejam. Duvalier meninggal pada 1971 akibat komplikasi penyakit yang berhubungan dengan diabetes. Di masa pemerintahannya, sekitar 30.000 warga Haiti tewas.
*Penyakit yang diderita semasa hidupnya
Sumber: www.ranker.com
(poe)