SKAMRT Temukan 7 dari 10 Rumah Tangga Konsumsi Air Minum Terkontaminasi

Kamis, 01 April 2021 - 22:02 WIB
loading...
SKAMRT Temukan 7 dari...
Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga di Indonesia menemukan bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi e-coli. / Foto: ist
A A A
JAKARTA - Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga di Indonesia menemukan bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi e-coli. Studi tersebut dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan .

Baca juga: Pernah Menganut Beberapa Agama, Marcell Siahaan Kini Mantap Memeluk Islam

Kepala Puslibtang UKS Kementerian Kesehatan, Doddy Izwardy mengatakan, studi yang dilakukan pada 2020 ini memperlihatkan, 31 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumi air isi ulang , 15,9 persen dari sumur gali terlindungi dan 14,1 persen dari sumur bor/pompa.

"SKAMRT 2020 juga memperlihatkan bahwa akses air minum layak mencapai 93 persen di mana 97 persen ada di perkotaan dan 87 persen di pedesaan. Sedangkan akses air minum aman hanya 11,9 persen di mana 15 persen di perkotaan dan 8 persen di pedesaan. Akses air minum layak dan aman ini merupakan dua indikator yang berbeda," jelas Doddy dalam diskusi virtual, Kamis (1/4).

Pelaksanaan Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) merupakan bentuk dukungan Kementerian Kesehatan untuk komitmen Indonesia untuk mencapai SDGs tujuan 6 dan RPJMN tahun 2030.

Doddy menambahkan, target penyediaan air minum berdasarkan RPJMN 2020-2024 dan SDG 2030 yaitu 100% akses air minum layak dan 15% akses air minum aman dan 2030 harus mencapai air minum aman adalah 45%.

"Dalam rangka tindaklanjut pelaksanaan, kita akan mengawal sampai seluruh kabupaten/kota untuk dapat melaksanakan pemantauan kualitas air minum yang dikonsumsi RT adalah sudah kita pastikan aman," kata Doddy.

"Penguatan survailans kualitas air minum di Rumah Tangga kita menargetkan sampai dengan 2024 kami harapkan 50% kabupaten/kota telah siap untuk melaksanakan secara mandiri sebagai bagian dari kinerja pengawasan kualitas air minum sampai dengan pengelolaan hilir dalam hal ini adalah rumah tangga. Sehingga pada 2024 ditargetkan adalah 15 % air minum aman dapat kita lampaui," jelasnya.

Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Vensya Sitohang mengatakan, akses air minum yang aman merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi, dan pemenuhan kualitas air minum yang tidak aman sangat berkorelasi dengan tingginya kejadian penyakit infeksi khususnya, termasuk stunting yang selanjutnya berdampak terhadap kesehatan masyarakat.

"Selaras dengan Tujuan Pembangunan RPJMN 2020-2024 dan Sustainable Development Goals (SDGs) target 6,1 pencapaian akses air minum yang aman pada 2030 dan terjangkau untuk semua masyarakat Indonesia harus kita capai," kata Vensya.

Vensya menambahkan, SKAMRT tahun 2020 merupakan kegiatan prioritas nasional sinergi antara Direktorat Kesling dan Badan Litbangkes serta Biro Pusat Statistik yang telah dilaksanakan di 34 provinsi dan 493 kabupaten/kota.

"Kami Ditjen Kesmas berkontribusi dalam persiapan yang sudah kita mulai dari 2019, dari peralatan uji sanitarian kit yang terkalibrasi, penetapan parameter uji, dan pada 2020 dukungan utama atas ketersediaan reagensia serta kesiapan tim daerah, provinsi dan kabupaten/kota serta sanitarian dalam pengawalan pelaksanaan sesuai standar mulai 30 November hingga akhir Desember 2020," jelasnya.

Menurutnya, hasil SKAMRT ini dapat digunakan sebagai baseline data kualitas air minum di rumah tangga Indonesia, untuk mendukung tugas semua institusi/pihak yang terlibat dalam melakukan program Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM). Sebagai tindak lanjutnya akan dilaksanakan Surveilans Kualitas Air Minum rumah tangga yang akan dilaksanakan setiap tahunnya sebagai baseline data kualitas air minum di kabupaten/kota.

"Diseminasi hasil ini akan diserahkan ke Bappenas untuk dapat ditindaklanjtui dalam kebijakan dan percepatan capaian tujuan Program Air Minum baik pusat daerah dan seluruh pelaku pelaksana penyelenggara air minum, mitra dan masyarakat sehingga mendapatkan hasil yang membawa manfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia," tambah Vensya.

Technical Officer, Joint Monitoring Programme (JMP) – WHO, Rick Johnston memuji SKAMRT 2020 yang dilakukan Kementerian Indonesia. Menurut dia, studi yang dilakukan oleh Kemenkes ini merupakan yang terbesar di dunia.

Johnston mengaku terkesan dengan komitmen yang telah ditunjukkan oleh Pemerintah Indonesia, untuk menanggapi secara serius tantangan pemantauan air, sanitasi dan kebersihan dalam konteks SDGs untuk mengidentifikasi dan mengisi kesenjangan data dan menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan layanan air dan sanitasi jika diperlukan.

Johnston juga memuji Pemerintah Indonesia yang memiliki keberanian dan integritas untuk meluncurkan laporan ini, meskipun beberapa temuan bukanlah kabar baik.

Baca juga: Raffi Ahmad Pilih Burung Phoenix Jadi Lambang Rans Cilegon FC, Ini Alasannya!

"Kami mengetahui bahwa puluhan juta orang di Indonesia mengakses air minum yang tidak aman untuk diminum. Di beberapa negara, setelah survei seperti ini selesai, butuh waktu bertahun-tahun agar hasilnya dipublikasikan. Dan dalam beberapa kasus, hasilnya tidak pernah dibagikan sama sekali," ujarnya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1920 seconds (0.1#10.140)