De Malond Bandung, Sajikan Sensasi Kelezatan Hidangan Manuk Londo
loading...
A
A
A
BANDUNG - Para penikmat kuliner tentunya sudah tidak asing lagi dengan sajian daging ayam atau bebek yang menggugah selera. Namun, bagaimana dengan kelezatan daging manuk londo?
Manuk londo atau yang lebih dikenal dengan sebutan malon itu kini mulai dikenal sebagai hidangan istimewa. Selain memiliki tekstur daging yang lebih lembut, malon pun menawarkan sensasi lain saat menikmatinya.
Meski begitu, tidak banyak resto yang khusus menawarkan hidangan spesial tersebut. Bahkan, sebagai salah satu kiblat kuliner Tanah Air, Bandung sekalipun belum memiliki resto yang khusus menyajikan kelezatan daging malon.
Di lain sisi, masyarakat mulai banyak yang memburu daging hasil persilangan burung puyuh lokal dan buruh puyuh asal Prancis yang dikenal dengan nama french quail itu. Peluang itulah yang kemudian dilirik oleh De Malond.
Berlokasi di Jalan Bengawan, Cihapit, Kota Bandung, De Malond bisa disebut sebagai pelopor hidangan daging malon di Bandung. Bahkan, De Malond menawarkan beragam menu daging malon yang lezat.
Sedikitnya 10 menu daging malon dihadirkan, mulai dari malon geprek, malon cabai garam, malon bakar, malon lada hitam, hingga malon salted egg, dan lainnya.
"Masyarakat memang banyak yang menyukai daging ayam atau bebek, tapi untuk resto yang menyajikan ayam dan bebek sudah banyak. Kalau daging malon kan belum ada di Bandung," ungkap Yovita Liza, owner Malond Resto, Sabtu (1/5).
Apalagi, lanjut Liza, masyarakat kini sudah mulai banyak yang memburu kelezatan daging malon. Selain menawarkan sensasi lain saat menikmatinya, kata Liza, daging malon lebih empuk. Bahkan, daging malon lebih menyehatkan karena rendah kolesterol.
"Sebelum membuka De Malond, kita memang buka resto Sunda di rest area dan daging malon jadi salah satu menunya. Ternyata, banyak masyarakat yang suka, akhirnya kita putuskan untuk buka resto yang khusus menyajikan daging malon," kata Liza.
Meski terbilang nekat membuka usaha resto di tengah pandemi yang belum berakhir, namun dengan kelezatan dan sensasi yang dimiliki daging malon, Liza optimistis hidangan daging malonnya bakal diterima warga Bandung, termasuk wisatawan yang berkunjung ke Bandung.
Liza menambahkan, restonya baru sebulan dibuka. Namun, antusiasme pecinta kuliner untuk menikmati kelezatan daging malon cukup menggembirakan, baik yang datang langsung ke restonya maupun melalui pesanan online.
"Harganya relatif terjangkau. Pecinta ayam atau bebek yang sudah bosan bisa beralih menikmati daging malon yang empuk dan rendah kolesterol ini," ujar Liza.
Sementara itu, Chef De Malond, Nanang mengungkapkan, tidak semua orang bisa mengolah daging malon. Restonya, Nanang menjelaskan, memiliki cara khusus untuk mengolah daging malon menjadi hidangan yang lezat dan tentunya tanpa bau amis.
Menurutnya, untuk mendapatkan daging malon yang empuk tanpa bau amis, daging malon harus direbus terlebih dahulu sebelum dibumbui. Setelah selesai direbus, daging malon kemudian diungkep kembali bersama bumbu dan rempah-rempah dan diolah sesuai menu pilihan.
"Kalau tidak bisa mengolahnya dengan baik, daging akan tercium bau amis atau alot," jelas Nanang.
Manuk londo atau yang lebih dikenal dengan sebutan malon itu kini mulai dikenal sebagai hidangan istimewa. Selain memiliki tekstur daging yang lebih lembut, malon pun menawarkan sensasi lain saat menikmatinya.
Meski begitu, tidak banyak resto yang khusus menawarkan hidangan spesial tersebut. Bahkan, sebagai salah satu kiblat kuliner Tanah Air, Bandung sekalipun belum memiliki resto yang khusus menyajikan kelezatan daging malon.
Di lain sisi, masyarakat mulai banyak yang memburu daging hasil persilangan burung puyuh lokal dan buruh puyuh asal Prancis yang dikenal dengan nama french quail itu. Peluang itulah yang kemudian dilirik oleh De Malond.
Berlokasi di Jalan Bengawan, Cihapit, Kota Bandung, De Malond bisa disebut sebagai pelopor hidangan daging malon di Bandung. Bahkan, De Malond menawarkan beragam menu daging malon yang lezat.
Sedikitnya 10 menu daging malon dihadirkan, mulai dari malon geprek, malon cabai garam, malon bakar, malon lada hitam, hingga malon salted egg, dan lainnya.
"Masyarakat memang banyak yang menyukai daging ayam atau bebek, tapi untuk resto yang menyajikan ayam dan bebek sudah banyak. Kalau daging malon kan belum ada di Bandung," ungkap Yovita Liza, owner Malond Resto, Sabtu (1/5).
Apalagi, lanjut Liza, masyarakat kini sudah mulai banyak yang memburu kelezatan daging malon. Selain menawarkan sensasi lain saat menikmatinya, kata Liza, daging malon lebih empuk. Bahkan, daging malon lebih menyehatkan karena rendah kolesterol.
"Sebelum membuka De Malond, kita memang buka resto Sunda di rest area dan daging malon jadi salah satu menunya. Ternyata, banyak masyarakat yang suka, akhirnya kita putuskan untuk buka resto yang khusus menyajikan daging malon," kata Liza.
Meski terbilang nekat membuka usaha resto di tengah pandemi yang belum berakhir, namun dengan kelezatan dan sensasi yang dimiliki daging malon, Liza optimistis hidangan daging malonnya bakal diterima warga Bandung, termasuk wisatawan yang berkunjung ke Bandung.
Liza menambahkan, restonya baru sebulan dibuka. Namun, antusiasme pecinta kuliner untuk menikmati kelezatan daging malon cukup menggembirakan, baik yang datang langsung ke restonya maupun melalui pesanan online.
"Harganya relatif terjangkau. Pecinta ayam atau bebek yang sudah bosan bisa beralih menikmati daging malon yang empuk dan rendah kolesterol ini," ujar Liza.
Sementara itu, Chef De Malond, Nanang mengungkapkan, tidak semua orang bisa mengolah daging malon. Restonya, Nanang menjelaskan, memiliki cara khusus untuk mengolah daging malon menjadi hidangan yang lezat dan tentunya tanpa bau amis.
Menurutnya, untuk mendapatkan daging malon yang empuk tanpa bau amis, daging malon harus direbus terlebih dahulu sebelum dibumbui. Setelah selesai direbus, daging malon kemudian diungkep kembali bersama bumbu dan rempah-rempah dan diolah sesuai menu pilihan.
"Kalau tidak bisa mengolahnya dengan baik, daging akan tercium bau amis atau alot," jelas Nanang.
(dra)