Epidemiolog Sarankan 8 Poin untuk Antisipasi Klaster Lokasi Wisata
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah lokasi wisata baik di Jakarta maupun daerah dipadati masyarakat yang mau berlibur lebaran. Lautan manusia terlihat dari beberapa foto yang viral di media sosial.
Baca juga: Tradisi Mangalame Orang Mandailing dalam Rayakan Hari Raya Idul Fitri
Misalnya saja situasi Pantai Batukaras di Pangandaran, kerumunan orang di Ancol dan Taman Mini Indonesia Indah dengan jumlah pengunjung lebih dari 10 ribu orang, dan beberapa lokasi wisata lain yang ada di Indonesia.
Padahal, liburan kali ini masih dalam suasana pandemi yang artinya risiko penyebaran virus Covid-19 masih ada di masyarakat. Ketika protokol kesehatan abai dijalankan, maka kemungkinan terpapar virus bisa saja terjadi.
Ahli Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman menerangkan bahwa penyebaran virus corona di Indonesia sudah pada level terburuk. Artinya, risiko penyebaran sangat mungkin terjadi.
"Indonesia sudah pada level penularan di komunitas. Itu level terburuk. Indonesia sudah satu tahun ada di level tersebut menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Jadi, kalau sudah ada aktivitas seperti itu, ya, kemungkinan besar ada penularan," terang Dicky pada MNC Portal Indonesia, Sabtu (15/5).
Namun, dia menyayangkan bahwa upaya 3T (tracing, tracking, testing) Indonesia masih sangat rendah. Oleh karena itu, dia menyarankan pemerintah daerah yang memiliki tanggung jawab atas kondisi lokasi wisata yang dipenuhi masyarakat bisa melakukan tindakan antisipasi mencegah klaster lokasi wisata pasca lebaran yaitu dengan 8 poin yang sudah dia ramu.
Delapan poin tersebut dia harap dapat menekan angka penyebaran Covid-19 di setiap wilayah. Apa saja?
1. Respons cepat, kuat, dan terukur pada setiap level pemerintah dan sektor. Jadi, semua bersiap skenario terburuk.
2. Strategi komunikasi risiko dibangun dan dijaga kualitasnya untuk membangun persepsi risiko yang sama pada semua pihak.
3. Penguatan surveilans, khususnya pada fasilitas kesehatan, komunitas, dan genom harus diperbanyak.
4. Program deteksi kasus secara aktif di masyarakat (Community Outreach).
5. Penguatan sistem rujukan layanan faskes, memastikan ketersediaan alat kesehatan dengan baik, dan sumber daya manusia yang berkualitas.
6. Akselerasi vaksinasi terhadap kelompok lansia dan komorbid.
7. Literasi kenormalan baru yang mendukung 5M dengan pemberdayaan publik.
8. Penyiapan opsi PSBB Jawa-Bali dan luar Jawa terpilih.
"Kedelapan poin ini adalah langkah-langkah yang harus diambil pemerintah untuk antisipasi lonjakan kasus Covid-19. Ini harus dilakukan bersama, tak bisa dikerjakan sendiri oleh pemerintah pun harus dikerjakan oleh semua daerah," terang Dicky.
Untuk pengelola lokasi wisata, Dicky menegaskan jika tidak bisa menjamin pengerjaan protokol kesehatan dijalankan dengan disiplin, maka jalan satu-satunya adalah tutup.
Baca juga: Mengenal Gejala Infeksi Jamur Hitam yang Menyerang Pasien Covid-19 di India
"Kalau tidak bisa menjamin pembatasan pengunjung dan memastikan wisatawan menerapkan prokes dengan ketat atau tidak ada registrasi online walaupun lokasi wisatanya outdoor, ya tutup. Sebab, penyebaran Covid-19 bakal enggak terkendali," tambah Dicky.
Baca juga: Tradisi Mangalame Orang Mandailing dalam Rayakan Hari Raya Idul Fitri
Misalnya saja situasi Pantai Batukaras di Pangandaran, kerumunan orang di Ancol dan Taman Mini Indonesia Indah dengan jumlah pengunjung lebih dari 10 ribu orang, dan beberapa lokasi wisata lain yang ada di Indonesia.
Padahal, liburan kali ini masih dalam suasana pandemi yang artinya risiko penyebaran virus Covid-19 masih ada di masyarakat. Ketika protokol kesehatan abai dijalankan, maka kemungkinan terpapar virus bisa saja terjadi.
Ahli Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman menerangkan bahwa penyebaran virus corona di Indonesia sudah pada level terburuk. Artinya, risiko penyebaran sangat mungkin terjadi.
"Indonesia sudah pada level penularan di komunitas. Itu level terburuk. Indonesia sudah satu tahun ada di level tersebut menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Jadi, kalau sudah ada aktivitas seperti itu, ya, kemungkinan besar ada penularan," terang Dicky pada MNC Portal Indonesia, Sabtu (15/5).
Namun, dia menyayangkan bahwa upaya 3T (tracing, tracking, testing) Indonesia masih sangat rendah. Oleh karena itu, dia menyarankan pemerintah daerah yang memiliki tanggung jawab atas kondisi lokasi wisata yang dipenuhi masyarakat bisa melakukan tindakan antisipasi mencegah klaster lokasi wisata pasca lebaran yaitu dengan 8 poin yang sudah dia ramu.
Delapan poin tersebut dia harap dapat menekan angka penyebaran Covid-19 di setiap wilayah. Apa saja?
1. Respons cepat, kuat, dan terukur pada setiap level pemerintah dan sektor. Jadi, semua bersiap skenario terburuk.
2. Strategi komunikasi risiko dibangun dan dijaga kualitasnya untuk membangun persepsi risiko yang sama pada semua pihak.
3. Penguatan surveilans, khususnya pada fasilitas kesehatan, komunitas, dan genom harus diperbanyak.
4. Program deteksi kasus secara aktif di masyarakat (Community Outreach).
5. Penguatan sistem rujukan layanan faskes, memastikan ketersediaan alat kesehatan dengan baik, dan sumber daya manusia yang berkualitas.
6. Akselerasi vaksinasi terhadap kelompok lansia dan komorbid.
7. Literasi kenormalan baru yang mendukung 5M dengan pemberdayaan publik.
8. Penyiapan opsi PSBB Jawa-Bali dan luar Jawa terpilih.
"Kedelapan poin ini adalah langkah-langkah yang harus diambil pemerintah untuk antisipasi lonjakan kasus Covid-19. Ini harus dilakukan bersama, tak bisa dikerjakan sendiri oleh pemerintah pun harus dikerjakan oleh semua daerah," terang Dicky.
Untuk pengelola lokasi wisata, Dicky menegaskan jika tidak bisa menjamin pengerjaan protokol kesehatan dijalankan dengan disiplin, maka jalan satu-satunya adalah tutup.
Baca juga: Mengenal Gejala Infeksi Jamur Hitam yang Menyerang Pasien Covid-19 di India
"Kalau tidak bisa menjamin pembatasan pengunjung dan memastikan wisatawan menerapkan prokes dengan ketat atau tidak ada registrasi online walaupun lokasi wisatanya outdoor, ya tutup. Sebab, penyebaran Covid-19 bakal enggak terkendali," tambah Dicky.
(nug)