Markis Kido Meninggal, Ini Penyebab Atlet Kolaps Saat Olahraga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Markis Kido meninggal dunia saat bermain bulu tangkis di Tangerang karena serangan jantung. Markis meninggal dunia pada hari ini, Senin (14/6).
Kejadian atlet tiba-tiba kolaps saat olahraga sering terjadi. Terbaru, adalah Christian Eriksen , pemain Tim Nasional (Timnas) Denmark yang bermain dalam laga Piala Eropa 2020.
Dia mengalami kolaps mendadak saat berhadapan dengan Timnas Finlandia. Eriksen yang tiba-tiba kolaps membuat banyak orang kaget hingga pertandingan pun terpaksa dihentikan sementara.
Dilansir dari Marshfieldclinic, Kardiologis dari Marshfield Clinic, John Hayes, M.D menjelaskan berbagai risiko yang menjadi penyebab atlet tiba-tiba mengalami kolaps.
Menurut Hayes, salah satu penyakit yang tidak terduga dan kerap dialami oleh atlet adalah henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest (SCA). Akibatnya, seorang atlet bisa saja ambruk secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan sebelumnya.
Fenomena SCA ini memang jarang terjadi. Diperkirakan kejadian ini hanya menimpa satu dari 200 ribu atlet per tahun. Kondisi ini bisa terjadi akibat adanya trauma atau heat stroke. Meski demikian, sebagian besar SCA disebabkan oleh penyakit kardiovaskular yang mendasarinya.
"Dengan tuntutan tenaga fisik yang intens, penyakit ini membuat jantung cenderung mengembangkan irama yang cepat dan kacau yang disebut fibrilasi ventrikel," terang Hayes.
Ritme jantung dapat dikembalikan normal dan kehidupan atlet hanya bisa diselamatkan apabila defibrilasi ekstrnal dilakukan dengan cepat. Banyak kondisi yang membuat atlet berisiko mengalami SCA.
Namun risiko tersebut dapat diketahui dengan pengamatan fisik saat olahraga. Terkadang pengujian diagnostik juga diperlukan. Adapun beberapa gejala yang bisa dikenali sejak awal di antaranya adalah nyeri dada saat beraktivitas.
Selain itu, sesak napas, pusing, pingsan hingga ensasi detak jantung cepat (Palpitasi). Jika seorang atlet memiliki gejala-gejaa seperti ini, maka membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Jika ditemukan hal yang tidak wajar seperti ini, seseorang juga tidak boleh ikut berpartisipasi dalam pertandingan kompetitif.
Selain itu orang tua juga wajib menyadari riwayat penyakit jantung secara turun-temurun, terlebih jika ada kerabat mereka yang meninggal mendadak pada usia muda.
Jika mengalami SCA, Resusitasi Kardio-pulmonal (PCR) harus segera dilakukan dan defibrilator eksternal otomatis (AED) juga harus dilakukan sesegera mungkin.
Kejadian atlet tiba-tiba kolaps saat olahraga sering terjadi. Terbaru, adalah Christian Eriksen , pemain Tim Nasional (Timnas) Denmark yang bermain dalam laga Piala Eropa 2020.
Dia mengalami kolaps mendadak saat berhadapan dengan Timnas Finlandia. Eriksen yang tiba-tiba kolaps membuat banyak orang kaget hingga pertandingan pun terpaksa dihentikan sementara.
Dilansir dari Marshfieldclinic, Kardiologis dari Marshfield Clinic, John Hayes, M.D menjelaskan berbagai risiko yang menjadi penyebab atlet tiba-tiba mengalami kolaps.
Menurut Hayes, salah satu penyakit yang tidak terduga dan kerap dialami oleh atlet adalah henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest (SCA). Akibatnya, seorang atlet bisa saja ambruk secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan sebelumnya.
Fenomena SCA ini memang jarang terjadi. Diperkirakan kejadian ini hanya menimpa satu dari 200 ribu atlet per tahun. Kondisi ini bisa terjadi akibat adanya trauma atau heat stroke. Meski demikian, sebagian besar SCA disebabkan oleh penyakit kardiovaskular yang mendasarinya.
"Dengan tuntutan tenaga fisik yang intens, penyakit ini membuat jantung cenderung mengembangkan irama yang cepat dan kacau yang disebut fibrilasi ventrikel," terang Hayes.
Ritme jantung dapat dikembalikan normal dan kehidupan atlet hanya bisa diselamatkan apabila defibrilasi ekstrnal dilakukan dengan cepat. Banyak kondisi yang membuat atlet berisiko mengalami SCA.
Namun risiko tersebut dapat diketahui dengan pengamatan fisik saat olahraga. Terkadang pengujian diagnostik juga diperlukan. Adapun beberapa gejala yang bisa dikenali sejak awal di antaranya adalah nyeri dada saat beraktivitas.
Selain itu, sesak napas, pusing, pingsan hingga ensasi detak jantung cepat (Palpitasi). Jika seorang atlet memiliki gejala-gejaa seperti ini, maka membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Jika ditemukan hal yang tidak wajar seperti ini, seseorang juga tidak boleh ikut berpartisipasi dalam pertandingan kompetitif.
Selain itu orang tua juga wajib menyadari riwayat penyakit jantung secara turun-temurun, terlebih jika ada kerabat mereka yang meninggal mendadak pada usia muda.
Jika mengalami SCA, Resusitasi Kardio-pulmonal (PCR) harus segera dilakukan dan defibrilator eksternal otomatis (AED) juga harus dilakukan sesegera mungkin.
(dra)