Pandemi Covid-19 Bikin Para Orang Tua Frustasi, Jangan Tumpahkan Emosi Pada Buah Hati!

Sabtu, 03 Juli 2021 - 10:32 WIB
loading...
Pandemi Covid-19 Bikin Para Orang Tua Frustasi, Jangan Tumpahkan Emosi Pada Buah Hati!
Depresi akibat pandemi Covid-19, sebaiknya orang tua tak tumpahkan emosi pada anak. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Kasus Covid-19 yang belakangan ini terus meningkat membuat tekanan hidup menjadi lebih tinggi, terutama kepada para orangtua. Bagaimana tidak, ekonomi yang anjlok mungkin membuat sebagian orangtua kehilangan pekerjaannya dan kesulitan mencari uang dengan jalan lain.

Selain itu, rencana sekolah yang akan kembali melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka pun kembali ditunda akibat kasus Covid-19 yang melonjak. Akibatnya, para orangtua pun harus kembali mendampingi anak-anak belajar setiap hari.

Hal ini tentunya menyisakan tekanan bagi para orangtua sehingga mudah stres. Terlebih bagi pasangan yang sering berselisih, ujung-ujungnya, sang anaklah yang menjadi sasaran omelan para ibu dan ayah.

Menemani anak belajar daring bukanlah tugas yang mudah bagi orangtua karena mereka tidak memiliki keahlian untuk mengajar layaknya guru di sekolah. Belum lagi ketika anak sulit diatur, duh tambah stres banget nih pasti bunda dan ayah.

Baca Juga : Pasien COVID-19 Berjatuhan, Produsen Oksigen Didorong Tingkatkan Produksi hingga 3 Kali Lipat

Karenanya, Head of Klinik Psikologi RS Melinda 2 Bandung Ifa Hanifah Misbach mengajak para orangtua untuk pandai mengelola emosi . Menurut data yang dikumpulkannya, ada 8 poin yang sering dikeluhkan para ibu, dan yang terbanyak adalah bahwa anak lebih suka main daripada mengerjakan tugas.

"Ini sudah masuk fase penerimaan bahwa dunia pendidikan kita sudah tidak sama lagi. Ini sudah bukan fase denial (terutama bagi mereka yang enggak percaya Covid-19). Karenanya stresnya bisa dikelola," ujar Ifa dalam acara Media Talk dengan tema Anak Sehat dan Bahagia Meski #DiRumahAja, Jumat (2/7/2021).

Adapun penyebab orangtua menjadi lebih emosian ketika membimbing anak saat belajar daring adalah karena orangtua menaruh harapan agar anaknya langsung mau belajar ketika disuruh, langsung paham ketika dijelaskan, bisa mengerjakan soal, serta tidak banyak menawar atau menunda tugas.

Padahal, realitanya tidak seperti itu. Anak lebih suka menunda untuk mengerjakan tugas, harus dinasehati terlebih dahulu baru mau menyelesaikan tugas, mudah bosan, serta hasil pekerjaan rumahnya yang ternyata tidak sesuai ekspetasi.

"Jika sudah demikian, maka orangtua pun akan memberikan reaksi emosi negatif seperti marah, jengkel, ngomel, memaki, berteriak, menyalahkan, atau bahkan mendiamkan anak," tuturnya.

Baca Juga : Kasus Melonjak, Kota Bekasi Telusuri Kemungkinan Covid-19 Varian Baru

Ifa mengatakan, ketika anak selalu membangkang, perlu diperhatikan juga apakah orangtua sudah berhasil membangun ikatan emosional dengan sang anak? Apakah anak sudah nyaman secara emosional untuk berinteraksi dengan orangtua?

"Karenanya bonding itu sangat diperlukan. Bermainlah bersama anak, tetapi bukan orangtua duduk bersama dengan anak kemudian orangtuanya sibuk main handphone dan anaknya main masak-masakan ya! Itu sih namanya sibuk sendiri-sendiri," tukasnya.
(wur)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1288 seconds (0.1#10.140)