Berhenti Merokok Bukan Hal Mudah, Konsep Pengurangan Bahaya Bisa Jadi Solusi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Konsep pengurangan bahaya (harm reduction)dianggap mampu untuk menekan dampak bahaya rokok di tengah tingginya prevalensi merokok di Indonesia.
Baca juga: Perpaduan Habbatussauda dan Madu Disebut Efektif Percepat Pemulihan Pasien Covid-19
Hal tersebut dinilai dapat membantu dalam menciptakan perbaikan kualitas kesehatan publik , terutama perokok dewasa.
Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR), Dedek Prayudi memaparkan, konsep pengurangan bahaya bisa menjadi alternatif bagi para perokok yang menginginkan perbaikan kualitas kesehatan. Pasalnya, berhenti merokok secara langsung tidaklah mudah.
"Perubahan yang begitu radikal itu biasanya ongkosnya mahal. Ongkos yang saya maksud ini bukan hanya ongkos uang," kata pria yang akrab disapa Uki itu kepada wartawan, Sabtu (28/8).
Untungnya, saat ini sudah terdapat beragam produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, snus, dan kantung tembakau, yang menerapkan konsep pengurangan bahaya sehingga meminimalisasi dampaknya terhadap kesehatan.
Public Health England mengungkapkan bahwa produk tembakau alternatif mengurangi risiko 90%-95% dibanding rokok.
Oleh karenanya, kendati tidak 100% bebas dari potensi risiko, produk ini bisa dijadikan sebagai alternatif bagi yang masih kesulitan berhenti merokok. Bagi perokok, justru risiko kesehatan melalui penggunaan produk alternatif tersebut jauh berkurang dibandingkan dengan rokok konvensional.
"Saya pikir ini bisa menjadi alternatif buat masyarakat sekaligus menjadi pelengkap dari solusi penanggulangan masalah rokok," kata dia.
Meskipun begitu, Uki mengingatkan bahwa keberadaan dan pemanfaatan produk-produk ini harus disertai dengan regulasi tersendiri. Dengan begitu produk ini akan cukup efektif dalam menurunkan prevalensi merokok sekaligus mencegah potensi penyalahgunaan.
Uki mencontohkan Inggris yang berhasil menekan prevalensi merokok melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif yang disertai dengan regulasi terpisah. "Kalau produk ini menjadi liar, tidak ada regulasi, maka tujuannya untuk me-reduce harm itu tidak akan terjadi," ungkapnya.
Untuk itu, Uki pun berharap seluruh pemangku kepentingan tidak lagi terjebak dikotomi antara kesehatan dan ekonomi. Pemerintah diharapkan bertindak cepat seperti yang dilakukan Inggris dan beberapa negara lain dalam menyikapi kehadiran produk tembakau alternatif di tengah tingginya prevalensi merokok.
Walaupun pengguna produk tembakau alternatif telah berkembang, namun belum ada aturan khusus yang fokus mengatur produk ini. Misalnya ketentuan dalam produksi, konsumsi, dan hal lainnya.
Baca juga: Gejala Diabetes Tipe 2, Bentuk Jari Kaki Tanda Gula Darah Tinggi
"Lihat sajalah success story-nya. Maksudnya, pergeseran transisi orang merokok. Seperti tren rokok elektrik atau apapun jenisnya, saya pikir itu adalah sesuatu yang harus didorong sih," tuntasnya.
Baca juga: Perpaduan Habbatussauda dan Madu Disebut Efektif Percepat Pemulihan Pasien Covid-19
Hal tersebut dinilai dapat membantu dalam menciptakan perbaikan kualitas kesehatan publik , terutama perokok dewasa.
Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR), Dedek Prayudi memaparkan, konsep pengurangan bahaya bisa menjadi alternatif bagi para perokok yang menginginkan perbaikan kualitas kesehatan. Pasalnya, berhenti merokok secara langsung tidaklah mudah.
"Perubahan yang begitu radikal itu biasanya ongkosnya mahal. Ongkos yang saya maksud ini bukan hanya ongkos uang," kata pria yang akrab disapa Uki itu kepada wartawan, Sabtu (28/8).
Untungnya, saat ini sudah terdapat beragam produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, snus, dan kantung tembakau, yang menerapkan konsep pengurangan bahaya sehingga meminimalisasi dampaknya terhadap kesehatan.
Public Health England mengungkapkan bahwa produk tembakau alternatif mengurangi risiko 90%-95% dibanding rokok.
Oleh karenanya, kendati tidak 100% bebas dari potensi risiko, produk ini bisa dijadikan sebagai alternatif bagi yang masih kesulitan berhenti merokok. Bagi perokok, justru risiko kesehatan melalui penggunaan produk alternatif tersebut jauh berkurang dibandingkan dengan rokok konvensional.
"Saya pikir ini bisa menjadi alternatif buat masyarakat sekaligus menjadi pelengkap dari solusi penanggulangan masalah rokok," kata dia.
Meskipun begitu, Uki mengingatkan bahwa keberadaan dan pemanfaatan produk-produk ini harus disertai dengan regulasi tersendiri. Dengan begitu produk ini akan cukup efektif dalam menurunkan prevalensi merokok sekaligus mencegah potensi penyalahgunaan.
Uki mencontohkan Inggris yang berhasil menekan prevalensi merokok melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif yang disertai dengan regulasi terpisah. "Kalau produk ini menjadi liar, tidak ada regulasi, maka tujuannya untuk me-reduce harm itu tidak akan terjadi," ungkapnya.
Untuk itu, Uki pun berharap seluruh pemangku kepentingan tidak lagi terjebak dikotomi antara kesehatan dan ekonomi. Pemerintah diharapkan bertindak cepat seperti yang dilakukan Inggris dan beberapa negara lain dalam menyikapi kehadiran produk tembakau alternatif di tengah tingginya prevalensi merokok.
Walaupun pengguna produk tembakau alternatif telah berkembang, namun belum ada aturan khusus yang fokus mengatur produk ini. Misalnya ketentuan dalam produksi, konsumsi, dan hal lainnya.
Baca juga: Gejala Diabetes Tipe 2, Bentuk Jari Kaki Tanda Gula Darah Tinggi
"Lihat sajalah success story-nya. Maksudnya, pergeseran transisi orang merokok. Seperti tren rokok elektrik atau apapun jenisnya, saya pikir itu adalah sesuatu yang harus didorong sih," tuntasnya.
(nug)