Pentingnya Bijak Menyantap Kukis Lebihan Lebaran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Idul Fitri sudah lewat sepekan, tapi apakah di rumah Anda masih menyimpan lebihan kue kering? Kalau ya, sebaiknya Anda bersikap bijaksana dengan tidak memakannya secara berlebihan mengingat tingginya kalori yang terkandung di dalam kudapan tersebut.
Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK menyarankan, ketimbang ditaruh di meja, kue-kue tersebut lebih baik disimpan di lemari. Ambil secukupnya saja, dan makanlah maksimal tiga jenis kukis sebanyak satu buah per hari. ( )
Sehabis berpuasa, sebaiknya Anda mempertahankan pola makan sehat yang sudah diterapkan selama sebulan. Untuk itu, dr. Tirta merekomendasikan konsumsi alpukat, extra virgin olive oil, atau almon panggang. Jika tidak ada kontra indikasi, minumlah suplemen omega 3. Anda juga boleh mengonsumsi buah potong untuk mencukupi kebutuhan nutrisi.
"Minum yogurt, kefir water, air cuka apel, atau makanan fermentasi lain untuk menjaga kesehatan. Dan, meskipun di rumah saja, usahakan untuk tetap bergerak aktif," katanya.
Sementara itu Akademisi sekaligus Praktisi Klinis Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG mengingatkan beberapa risiko yang harus ditanggung jika kita mengonsumsi makanan Lebaran secara berlebihan, atau secara bersamaan.
"Risiko itu sebut saja peningkatan kadar kolesterol, kelebihan lemak, dan gangguan pencernaan," kata Prof. Ari.
Ketika berpuasa selama satu bulan penuh, tubuh mengalami perubahan metabolisme. Nah, ketika Lebaran tiba, perut lantas diisi dengan banyak makanan. Hal ini bisa memicu konstipasi.
"Pada saat Lebaran biasanya ada opor, rendang, ketupat, dan segalanya. Kalau semua dimakan, nanti isi perut campur aduk. Itu yang biasanya menyebabkan sembelit," terang Prof. Ari.
Saat Lebaran, orang terkadang melupakan konsumsi buah dan sayuran kaya serat. Sebaliknya, makanan tinggi lemak, karbohidrat, dan bersantan menjadi makanan yang selalu hadir dalam tiap perayaan Idul Fitri. Belum lagi aneka es dan camilan kue-kue yang tinggi gula. Maka, bisa dibilang pola makan ketika Lebaran pada masyarakat umumnya kurang sehat.
Di sisi lain, kualitas makanan yang buruk malah meningkatkan risiko diare. Hal ini terutama terjadi pada pemudik yang menempuh berjam-jam perjalanan sehingga harus makan dari sumber yang bisa saja terkontaminasi kuman.
"Kalau di rumah, biasanya karena makanannya sudah berhari-hari diangetin lagi, diangetin lagi. Jadi kualitasnya berkurang dan bisa menyebabkan diare,” terang Prof. Ari. (
)
Bagi Anda yang absen olahraga selama puasa, kembalilah berolahraga. Olahraga dengan intensitas ringan bisa dilakukan seperti jogging, misalnya. Lakukan olahraga rutin sebanyak tiga sampai lima kali dalam seminggu. Waktu yang idealnya setiap berolahraga adalah 30 menit.
Setelah tubuh sudah mulai terbiasa dengan olahraga, maka intensitas latihan bisa ditingkatkan menjadi sedang atau tinggi. Lakukan peningkatan secara bertahap, sesuai kemampuan tubuh. Tubuh memerlukan aktivitas fisik agar tetap sehat. Olahraga pun telah terbukti dapat mencegah berbagai penyakit tidak menular.
Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK menyarankan, ketimbang ditaruh di meja, kue-kue tersebut lebih baik disimpan di lemari. Ambil secukupnya saja, dan makanlah maksimal tiga jenis kukis sebanyak satu buah per hari. ( )
Sehabis berpuasa, sebaiknya Anda mempertahankan pola makan sehat yang sudah diterapkan selama sebulan. Untuk itu, dr. Tirta merekomendasikan konsumsi alpukat, extra virgin olive oil, atau almon panggang. Jika tidak ada kontra indikasi, minumlah suplemen omega 3. Anda juga boleh mengonsumsi buah potong untuk mencukupi kebutuhan nutrisi.
"Minum yogurt, kefir water, air cuka apel, atau makanan fermentasi lain untuk menjaga kesehatan. Dan, meskipun di rumah saja, usahakan untuk tetap bergerak aktif," katanya.
Sementara itu Akademisi sekaligus Praktisi Klinis Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG mengingatkan beberapa risiko yang harus ditanggung jika kita mengonsumsi makanan Lebaran secara berlebihan, atau secara bersamaan.
"Risiko itu sebut saja peningkatan kadar kolesterol, kelebihan lemak, dan gangguan pencernaan," kata Prof. Ari.
Ketika berpuasa selama satu bulan penuh, tubuh mengalami perubahan metabolisme. Nah, ketika Lebaran tiba, perut lantas diisi dengan banyak makanan. Hal ini bisa memicu konstipasi.
"Pada saat Lebaran biasanya ada opor, rendang, ketupat, dan segalanya. Kalau semua dimakan, nanti isi perut campur aduk. Itu yang biasanya menyebabkan sembelit," terang Prof. Ari.
Saat Lebaran, orang terkadang melupakan konsumsi buah dan sayuran kaya serat. Sebaliknya, makanan tinggi lemak, karbohidrat, dan bersantan menjadi makanan yang selalu hadir dalam tiap perayaan Idul Fitri. Belum lagi aneka es dan camilan kue-kue yang tinggi gula. Maka, bisa dibilang pola makan ketika Lebaran pada masyarakat umumnya kurang sehat.
Di sisi lain, kualitas makanan yang buruk malah meningkatkan risiko diare. Hal ini terutama terjadi pada pemudik yang menempuh berjam-jam perjalanan sehingga harus makan dari sumber yang bisa saja terkontaminasi kuman.
"Kalau di rumah, biasanya karena makanannya sudah berhari-hari diangetin lagi, diangetin lagi. Jadi kualitasnya berkurang dan bisa menyebabkan diare,” terang Prof. Ari. (
Baca Juga
Bagi Anda yang absen olahraga selama puasa, kembalilah berolahraga. Olahraga dengan intensitas ringan bisa dilakukan seperti jogging, misalnya. Lakukan olahraga rutin sebanyak tiga sampai lima kali dalam seminggu. Waktu yang idealnya setiap berolahraga adalah 30 menit.
Setelah tubuh sudah mulai terbiasa dengan olahraga, maka intensitas latihan bisa ditingkatkan menjadi sedang atau tinggi. Lakukan peningkatan secara bertahap, sesuai kemampuan tubuh. Tubuh memerlukan aktivitas fisik agar tetap sehat. Olahraga pun telah terbukti dapat mencegah berbagai penyakit tidak menular.
(tsa)