Terapi Seluler, Pilihan Pengobatan Baru untuk Pasien Leukemia Dewasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Angka kejadian leukemia atau kanker darah pada usia dewasa terus bertambah. Di Indonesia, tercatat jumlah pasien leukemia dari kelompok usia tersebut terus meningkat setiap tahun. Sementara angka harapan hidup pasien-pasien ini belum terlalu tinggi, meskipun telah menerima terapi.
Leukemia adalah kondisi yang ditandai dengan pertumbuhan sel darah abnormal di dalam sumsum tulang. Gejala yang paling sering dialami oleh pasien leukemia antara lain mudah memar atau mengalami perdarahan, pucat, mudah lelah, rentan mengalami infeksi berulang, penurunan berat badan drastis, dan peningkatan jumlah sel darah putih yang signifikan.
Pada dasarnya leukemia dapat terjadi pada semua lapisan usia, namun angka kejadiannya terus meningkat seiring dengan pertambahan usia. Di Indonesia, berdasarkan data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, pasien leukemia dewasa jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Sementara angka harapan hidup mereka belum terlalu tinggi, meskipun telah menerima terapi. Ditambah lagi pasien sering kali datang terlambat, sehingga menurunkan peluang untuk sembuh.
“Sampai saat ini, pilihan terapi utama yang tersedia untuk pasien leukemia dewasa adalah kemoterapi, di mana pasien diberikan infus obat-obatan yang bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh pasien,” jelas dr. Resti Mulya Sari, SpPD, KHOM, FINASIM dari bagian Hematologi Onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais melalui keterangan tertulis, Senin (8/11/2021).
Selain kemoterapi, terapi lain yang juga dapat membantu pasien leukemia adalah terapi seluler. Namun, terapi ini belum terlalu populer di Indonesia karena belum banyak rumah sakit yang dapat melakukannya.
“Terapi seluler biasanya dilakukan setelah kemoterapi, untuk menggantikan sel-sel yang rusak akibat kemoterapi dan juga memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa,” ujar dr. Resti.
Terapi seluler bagi pasien leukemia dewasa saat ini tersedia di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Terapi seluler yang diberikan berupa transplantasi sel punca atau transplantasi sumsum tulang, menggunakan sel yang berasal dari darah perifer.
Transplantasi dapat dilakukan menggunakan sel punca milik pasien (transplantasi autologus) ataupun yang berasal dari donor (transplantasi alogenik). Berdasarkan studi dan pengalaman di negara lain, transplantasi sel punca dapat meningkatkan peluang kesembuhan serta angka harapan hidup pasien leukemia jenis tertentu.
Selain transplantasi sel punca, pilihan terapi seluler lain yaitu donor lymphocyte infusion (DLI). Terapi ini berupa pemberian infus berisi limfosit yang berasal dari donor kepada pasien leukemia. Limfosit ini nantinya akan mengenali sel-sel kanker dan dapat menghancurkan sel-sel ganas tersebut.
Terapi DLI adalah terapi penyelamatan yang dilakukan jika pasien kembali mengalami kekambuhan paska menerima transplantasi. Terapi ini bisa menjadi pilihan di saat tidak ada lagi terapi yang dapat dilakukan.
Terapi seluler ini tidak sederhana. Pasien harus dinilai terlebih dulu oleh seorang ahli hematologi dan onkologi sebelum ditetapkan sebagai kandidat yang cocok untuk menerima terapi seluler.
"Tidak semua pasien dapat menerima transplantasi sel punca yang berasal dari dirinya sendiri, sehingga ia membutuhkan sel dari donor atau alogenik,” kata dr. Resti.
Kendala yang sering kali dihadapi dalam transplantasi alogenik maupun DLI adalah menemukan donor yang cocok dalam kurun waktu singkat. Namun, seiring kecanggihan teknologi, saat ini semuanya dapat dipersiapkan sejak jauh hari atau bahkan sebelum pasien diketahui membutuhkan terapi DLI.
Sel punca dan sel limfosit yang diberikan oleh donor dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu sebelum digunakan saat dibutuhkan.
Untuk melengkapi layanan terapi seluler ini, RS Kanker Dharmais juga memberikan layanan penyimpanan sel donor sebelum digunakan untuk transplantasi ataupun terapi DLI. Untuk layanan ini, Dharmais bekerja sama dengan PT Cordlife Persada, bank penyimpanan sel punca yang berbasis di Jakarta.
Penyimpanan sel donor ini akan dilakukan secara kriogenik serta dijaga dalam suhu beku -196 derajat celsius agar kondisi sel tetap baik dan siap digunakan kapan saja.
“Penyimpanan ini dapat dilakukan selama bertahun-tahun dan bermanfaat sebagai tabungan biologis bagi pasien, untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi kekambuhan. Pada prinsipnya Cordlife siap mendukung Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam memberikan layanan ini untuk membantu pasien-pasien yang membutuhkan terapi seluler,” pungkas dr. Meriana Virtin, Medical Advisor PT Cordlife Persada.
Leukemia adalah kondisi yang ditandai dengan pertumbuhan sel darah abnormal di dalam sumsum tulang. Gejala yang paling sering dialami oleh pasien leukemia antara lain mudah memar atau mengalami perdarahan, pucat, mudah lelah, rentan mengalami infeksi berulang, penurunan berat badan drastis, dan peningkatan jumlah sel darah putih yang signifikan.
Pada dasarnya leukemia dapat terjadi pada semua lapisan usia, namun angka kejadiannya terus meningkat seiring dengan pertambahan usia. Di Indonesia, berdasarkan data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, pasien leukemia dewasa jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Sementara angka harapan hidup mereka belum terlalu tinggi, meskipun telah menerima terapi. Ditambah lagi pasien sering kali datang terlambat, sehingga menurunkan peluang untuk sembuh.
“Sampai saat ini, pilihan terapi utama yang tersedia untuk pasien leukemia dewasa adalah kemoterapi, di mana pasien diberikan infus obat-obatan yang bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh pasien,” jelas dr. Resti Mulya Sari, SpPD, KHOM, FINASIM dari bagian Hematologi Onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais melalui keterangan tertulis, Senin (8/11/2021).
Selain kemoterapi, terapi lain yang juga dapat membantu pasien leukemia adalah terapi seluler. Namun, terapi ini belum terlalu populer di Indonesia karena belum banyak rumah sakit yang dapat melakukannya.
“Terapi seluler biasanya dilakukan setelah kemoterapi, untuk menggantikan sel-sel yang rusak akibat kemoterapi dan juga memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa,” ujar dr. Resti.
Terapi seluler bagi pasien leukemia dewasa saat ini tersedia di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Terapi seluler yang diberikan berupa transplantasi sel punca atau transplantasi sumsum tulang, menggunakan sel yang berasal dari darah perifer.
Transplantasi dapat dilakukan menggunakan sel punca milik pasien (transplantasi autologus) ataupun yang berasal dari donor (transplantasi alogenik). Berdasarkan studi dan pengalaman di negara lain, transplantasi sel punca dapat meningkatkan peluang kesembuhan serta angka harapan hidup pasien leukemia jenis tertentu.
Selain transplantasi sel punca, pilihan terapi seluler lain yaitu donor lymphocyte infusion (DLI). Terapi ini berupa pemberian infus berisi limfosit yang berasal dari donor kepada pasien leukemia. Limfosit ini nantinya akan mengenali sel-sel kanker dan dapat menghancurkan sel-sel ganas tersebut.
Terapi DLI adalah terapi penyelamatan yang dilakukan jika pasien kembali mengalami kekambuhan paska menerima transplantasi. Terapi ini bisa menjadi pilihan di saat tidak ada lagi terapi yang dapat dilakukan.
Terapi seluler ini tidak sederhana. Pasien harus dinilai terlebih dulu oleh seorang ahli hematologi dan onkologi sebelum ditetapkan sebagai kandidat yang cocok untuk menerima terapi seluler.
"Tidak semua pasien dapat menerima transplantasi sel punca yang berasal dari dirinya sendiri, sehingga ia membutuhkan sel dari donor atau alogenik,” kata dr. Resti.
Kendala yang sering kali dihadapi dalam transplantasi alogenik maupun DLI adalah menemukan donor yang cocok dalam kurun waktu singkat. Namun, seiring kecanggihan teknologi, saat ini semuanya dapat dipersiapkan sejak jauh hari atau bahkan sebelum pasien diketahui membutuhkan terapi DLI.
Sel punca dan sel limfosit yang diberikan oleh donor dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu sebelum digunakan saat dibutuhkan.
Untuk melengkapi layanan terapi seluler ini, RS Kanker Dharmais juga memberikan layanan penyimpanan sel donor sebelum digunakan untuk transplantasi ataupun terapi DLI. Untuk layanan ini, Dharmais bekerja sama dengan PT Cordlife Persada, bank penyimpanan sel punca yang berbasis di Jakarta.
Penyimpanan sel donor ini akan dilakukan secara kriogenik serta dijaga dalam suhu beku -196 derajat celsius agar kondisi sel tetap baik dan siap digunakan kapan saja.
“Penyimpanan ini dapat dilakukan selama bertahun-tahun dan bermanfaat sebagai tabungan biologis bagi pasien, untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi kekambuhan. Pada prinsipnya Cordlife siap mendukung Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam memberikan layanan ini untuk membantu pasien-pasien yang membutuhkan terapi seluler,” pungkas dr. Meriana Virtin, Medical Advisor PT Cordlife Persada.
(tsa)