Berisiko Tinggi, Kenapa Operasi Jantung Ulang Tetap Harus Dilakukan?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seorang pasien yang pernah melakukan operasi jantung , berpotensi mengalami gangguan lain pada jantungnya seperti kerusakan katup aorta pada jantung.
Untuk mengatasi hal tersebut, pasien diharuskan mendapat penanganan lagi berupa operasi jantung ulang dan rekonstruksi.
Dokter Spesialis Bedah Jantung, Thoraks dan Vaskular Heartology Cardiovascular Center, Dr Dicky Aligheri Wartono mengatakan bahwa operasi jantung ulang sangat umum dilakukan pada pasien yang berumur panjang.
Baca juga: 7 Artis yang Berperan Jadi Orang Korea Utara di Film dan Drakor, Ada Hyun Bin
Pasalnya, keberhasilan operasi jantung terdahulu atau karena diperlukan untuk memperbaiki kondisi jantung atau penggantian katup yang mengalami kerusakan.
Operasi jantung ulang yang umum adalah perbaikan katup jantung, operasi bypass, perbaikan aneurisma, atau terjadinya peradangan pada katup jantung.
Operasi dapat dilakukan melalui tiga metode. Pertama adalah operasi terbuka dengan sayatan panjang di dada untuk membuka tulang dada. Kedua, metode invasif minimal melalui tiga atau empat lubang kecil di dada.
"Ketiga, metode perkutaneus, yaitu penggunaan kateter. Pemilihan metode bergantung pada kondisi pasien, faktor risiko dan tingkat keparahan," ucap dr Dicky dalam Media Gathering virtual Heartology Cardiovascular Center, Senin, 15 November 2021.
Dia memaparkan bahwa heartology telah melakukan beberapa operasi rekonstruksi antara lain rekonstruksi perbaikan aneurisma dan operasi jantung ulang.
Menurut dr Dicky, aneurisma sendiri dikenal sebagai penyakit yang progresif, artinya pasien akan mengalami perburukan dari waktu ke waktu.
"Pasien dengan aneurisma mempunyai risiko mengalami perburukan jantung. Operasi rekonstruksi yang dilakukan mencakup perbaikan aneurisma dan area sekitarnya yang terdampak," ungkapnya.
Sementara untuk operasi ulang, sedapat mungkin dihindari karena tingkat kesulitan yang tinggi dan risiko komplikasi pasca operasi. Namun sayangnya, kadangkala sulit dihindarkan karena berisiko mengancam nyawa.
Dr Dicky memaparkan bahwa operasi jantung ulang atau rekonstruksi merupakan jenis operasi berisiko tinggi. Maka diperlukan perpaduan keahlian tim dokter multidisplin pada tahap sebelum, saat hingga pasca operasi dan dilakukan di rumah sakit yang memiliki peralatan lengkap.
Tim dokter jantung sendiri harus terdiri dari berbagai subspesialisasi jantung untuk memastikan hasil klinis yang terbaik untuk pasien.
Baca juga: Banyaknya Lansia yang Emoh Divaksin Sumbang Tingginya Angka Kematian di Singapura
"Walaupun risikonya tinggi, operasi ini bermanfaat bagi pasien karena dapat memperpanjang usia harapan hidup, lebih energik, tidak mudah lelah dan nyeri dada minimum," tutup dr. Dicky.
Untuk mengatasi hal tersebut, pasien diharuskan mendapat penanganan lagi berupa operasi jantung ulang dan rekonstruksi.
Dokter Spesialis Bedah Jantung, Thoraks dan Vaskular Heartology Cardiovascular Center, Dr Dicky Aligheri Wartono mengatakan bahwa operasi jantung ulang sangat umum dilakukan pada pasien yang berumur panjang.
Baca juga: 7 Artis yang Berperan Jadi Orang Korea Utara di Film dan Drakor, Ada Hyun Bin
Pasalnya, keberhasilan operasi jantung terdahulu atau karena diperlukan untuk memperbaiki kondisi jantung atau penggantian katup yang mengalami kerusakan.
Operasi jantung ulang yang umum adalah perbaikan katup jantung, operasi bypass, perbaikan aneurisma, atau terjadinya peradangan pada katup jantung.
Operasi dapat dilakukan melalui tiga metode. Pertama adalah operasi terbuka dengan sayatan panjang di dada untuk membuka tulang dada. Kedua, metode invasif minimal melalui tiga atau empat lubang kecil di dada.
"Ketiga, metode perkutaneus, yaitu penggunaan kateter. Pemilihan metode bergantung pada kondisi pasien, faktor risiko dan tingkat keparahan," ucap dr Dicky dalam Media Gathering virtual Heartology Cardiovascular Center, Senin, 15 November 2021.
Dia memaparkan bahwa heartology telah melakukan beberapa operasi rekonstruksi antara lain rekonstruksi perbaikan aneurisma dan operasi jantung ulang.
Menurut dr Dicky, aneurisma sendiri dikenal sebagai penyakit yang progresif, artinya pasien akan mengalami perburukan dari waktu ke waktu.
"Pasien dengan aneurisma mempunyai risiko mengalami perburukan jantung. Operasi rekonstruksi yang dilakukan mencakup perbaikan aneurisma dan area sekitarnya yang terdampak," ungkapnya.
Sementara untuk operasi ulang, sedapat mungkin dihindari karena tingkat kesulitan yang tinggi dan risiko komplikasi pasca operasi. Namun sayangnya, kadangkala sulit dihindarkan karena berisiko mengancam nyawa.
Dr Dicky memaparkan bahwa operasi jantung ulang atau rekonstruksi merupakan jenis operasi berisiko tinggi. Maka diperlukan perpaduan keahlian tim dokter multidisplin pada tahap sebelum, saat hingga pasca operasi dan dilakukan di rumah sakit yang memiliki peralatan lengkap.
Tim dokter jantung sendiri harus terdiri dari berbagai subspesialisasi jantung untuk memastikan hasil klinis yang terbaik untuk pasien.
Baca juga: Banyaknya Lansia yang Emoh Divaksin Sumbang Tingginya Angka Kematian di Singapura
"Walaupun risikonya tinggi, operasi ini bermanfaat bagi pasien karena dapat memperpanjang usia harapan hidup, lebih energik, tidak mudah lelah dan nyeri dada minimum," tutup dr. Dicky.
(nug)