Film Yuni Ajak Penonton Temukan Kebebasannya Masing-Masing
loading...
A
A
A
JAKARTA - Permasalahan pernikahan dini menjadi salah satu hal yang menginspirasi cerita film Yuni . Sutradara Kamila Andini menilai film Yuni merepresentasikan pembebasan diri di tengah tekanan problem struktural dan budaya patriarki yang mengakar di masyarakat.
Dia juga mengatakan jika ide mengangkat isu tersebut muncul setelah berbincang-bincang dengan asisten rumah tangganya beberapa tahun lalu.
"Munculnya ide berawal dari obrolan sangat sederhana dengan seorang ibu, asisten rumah tangga saya, di suatu sore pada 2017, tentang anaknya menikah di usia yang sangat muda," ungkap Kamila usai konferensi pers di XXI Epicentrum Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Diabetes Tipe 2, Daun Salam Efektif Turunkan Gula Darah
Meski sangat sederhana, Kamila mengaku pembicaraan itu sangat melekat di pikirannya. Sehingga, dia pun berdiskusi lebih lanjut dengan produser Ifa Isfansyah. Pembicaraan sederhana ditambah diskusi dengan Ifa mengenai isu pernikahan dini ini pun menjadi cikal bakal pembuatan film ini.
"Kemudian setelah berjalan begitu lama, ternyata cerita ini tidak hanya sebuah film sederhana, saya juga banyak menemukan kebebasan diri di film ini," ucapnya.
Walaupun sarat akan nuansa lokali, namun film Yuni dapat terhubung dengan banyak orang di luar Indonesia atau belahan dunia yang lain. Pasalnya isu yang diangkat merupakan permasalahan universal.
"Saya memperlihatkan perempuan sebagai perempuan, dengan jujur apa adanya, bukan sesuatu yang kemudian heroik sekali. Dan ini ternyata sangat berelasi dengan banyak orang di luar (negeri) juga," bebernya.
Film Yuni ini sendiri mengisahkan tentang seorang remaja cerdas bernama Yuni yang memiliki impian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Namun, dia dihadapkan pada pilihan, antara memenuhi kehendak sosial untuk segera menikah di usia muda atau tetap mengejar impiannya.
Kamila berharap jika film Yuni sudah resmi tayang di Indonesia, nantinya penonton bisa merefleksikan pengalaman dan menemukan makna kebebasan versi masing-masing.
Baca juga: Sentra Vaksinasi MNC Peduli Sediakan Vaksin Pfizer dan Sinovac untuk Usia 12 Tahun
"Jadi, saya sangat berharap setelah menonton film ini, orang-orang akan menemukan kebebasannya sendiri-sendiri kita bebaskan diri, suara, pikiran dan pilihan kita," pungkasnya.
Dia juga mengatakan jika ide mengangkat isu tersebut muncul setelah berbincang-bincang dengan asisten rumah tangganya beberapa tahun lalu.
"Munculnya ide berawal dari obrolan sangat sederhana dengan seorang ibu, asisten rumah tangga saya, di suatu sore pada 2017, tentang anaknya menikah di usia yang sangat muda," ungkap Kamila usai konferensi pers di XXI Epicentrum Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Diabetes Tipe 2, Daun Salam Efektif Turunkan Gula Darah
Meski sangat sederhana, Kamila mengaku pembicaraan itu sangat melekat di pikirannya. Sehingga, dia pun berdiskusi lebih lanjut dengan produser Ifa Isfansyah. Pembicaraan sederhana ditambah diskusi dengan Ifa mengenai isu pernikahan dini ini pun menjadi cikal bakal pembuatan film ini.
"Kemudian setelah berjalan begitu lama, ternyata cerita ini tidak hanya sebuah film sederhana, saya juga banyak menemukan kebebasan diri di film ini," ucapnya.
Walaupun sarat akan nuansa lokali, namun film Yuni dapat terhubung dengan banyak orang di luar Indonesia atau belahan dunia yang lain. Pasalnya isu yang diangkat merupakan permasalahan universal.
"Saya memperlihatkan perempuan sebagai perempuan, dengan jujur apa adanya, bukan sesuatu yang kemudian heroik sekali. Dan ini ternyata sangat berelasi dengan banyak orang di luar (negeri) juga," bebernya.
Film Yuni ini sendiri mengisahkan tentang seorang remaja cerdas bernama Yuni yang memiliki impian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Namun, dia dihadapkan pada pilihan, antara memenuhi kehendak sosial untuk segera menikah di usia muda atau tetap mengejar impiannya.
Kamila berharap jika film Yuni sudah resmi tayang di Indonesia, nantinya penonton bisa merefleksikan pengalaman dan menemukan makna kebebasan versi masing-masing.
Baca juga: Sentra Vaksinasi MNC Peduli Sediakan Vaksin Pfizer dan Sinovac untuk Usia 12 Tahun
"Jadi, saya sangat berharap setelah menonton film ini, orang-orang akan menemukan kebebasannya sendiri-sendiri kita bebaskan diri, suara, pikiran dan pilihan kita," pungkasnya.
(nug)