4 Film Jepang Paling Kontroversial, yang Terakhir Ditolak di Banyak Negara dan Festival
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film Jepang salah satu yang paling bersinar di Asia dan menyimpan histori panjang di dalamnya.
Seperti industri film Hollywood, Hong Kong, Korea, atau China, film-film Jepang yang hadir dalam genre yang bervariasi juga ada beberapa di antaranya yang mengundang kontroversi karena adegan-adegan yang ditampilkan, atau tema besar yang disajikan sebagai alur cerita.
Penasaran apa saja film Jepang yang disebut-sebut sebagai film paling kontroversial? Merangkum Tasteofcinema dan Vancouver Asian Film Festival, Rabu (22/12/2021), yuk intip ulasan singkat lima film Jepang paling kontroversial berikut ini.
1. Taboo Gohatto
Film garapan sutradara Nagisa Oshima yang dirilis pada 1999 ini menampilkan tema erostisme dan homoseksualitas. Mengisahkan karakter Kano Sozaburo, ahli samurai muda yang diterima masuk pasukan khusus. Begitu tergabung dalam pasukan khusus, malah menyebabkan polemik di antara pasukan lain karena persaingan mendapatkan cinta dari Kano.
Nagisa menampilkan penggambaran adegan seks homoseksual, meskipun Ryuhei Matsuda yang memerankan Kano, masih berusia 16 tahun saat itu. Walau mengangkat tema yang cukup tabu dan kontroversial, tapi secara pendapatan film ini sukses, bahkan meraih sejumlah penghargaan lokal dan dinominasikan untuk festival film Palme d'Or.
2. Audition
Masih dari tahun 1999, film Audition garapan sutradara Takashi Miie juga dirilis ke publik. Diadaptasi dari novel karya Ryu Murakami, menceritakan kisah Shigeharu Aoyama, pengusaha paruh baya yang baru saja kehilangan istri. Sang putra, Shigehiko, yang khawatir tentang perubahan hidup ayahnya, mendorongnya untuk bertemu wanita baru, sampai akhirnya Shigeru bertemu wanita muda bernama Asami Yamazaki.
Sebagai sutradara, Miike menampilkan teknik yang meningkatkan elemen kejutan ke next level yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga membuat penonton penasaran dan terkesan.
3. Battle Royale
Film yang dirilis pada 2000 karya sutradara Kinji Fukasaku ini mengangkat tema besar tentang kekerasan tidak terkontrol yang terjadi di sekolah. Memaksa pemerintah sampai harus menerapkan hukum Battle Royal, di mana setiap tahun para pelajar dipilih secara acak untuk ditransfer ke pulau terpencil dengan tujuan bertarung sampai tersisa hanya satu orang pemenang.
Film ini diangkat dari novel karya Takami Koushun. Lewat film tersebut, Kinji menyuguhkan tema kekerasan sekolah yang bertransformasi jadi kebrutalan di dunia nyata yang mengerikan. Memperlihatkan para siswa menjadi ‘monster’ untuk bisa menghindari kematian dan bertahan hidup. Film yang begitu dark dan ganas serta menyindir society tentang politik dengan banyak ironi dan sarkasme di dalamnya.
4. In the Realm of the Senses
Film Perancis-Jepang yang menarasikan kisah cinta tak terduga antara Sada Abe (Eiko Matsuda) dan Kichizo Ishida (Tatsuya Fuji), seorang mantan PSK dengan pemilik hotel. Diangkat dari kisah nyata, film ini menggambarkan kisah eksperimentasi seksual, sadisme, dan masokisme.
Menampilkan adegan-adegan seks yang sangat kontroversial sehingga dilarang diputar di banyak negara dan bahkan ditolak dari berbagai festival film. Sang sutradara, Nagisa Oshima, memang selalu ingin mendobrak hal-hal tabu di lingkungan masyarakat dengan tema seksual, terutama di Jepang, yang dikenal memiliki kultur konservatif.
Seperti industri film Hollywood, Hong Kong, Korea, atau China, film-film Jepang yang hadir dalam genre yang bervariasi juga ada beberapa di antaranya yang mengundang kontroversi karena adegan-adegan yang ditampilkan, atau tema besar yang disajikan sebagai alur cerita.
Penasaran apa saja film Jepang yang disebut-sebut sebagai film paling kontroversial? Merangkum Tasteofcinema dan Vancouver Asian Film Festival, Rabu (22/12/2021), yuk intip ulasan singkat lima film Jepang paling kontroversial berikut ini.
1. Taboo Gohatto
Film garapan sutradara Nagisa Oshima yang dirilis pada 1999 ini menampilkan tema erostisme dan homoseksualitas. Mengisahkan karakter Kano Sozaburo, ahli samurai muda yang diterima masuk pasukan khusus. Begitu tergabung dalam pasukan khusus, malah menyebabkan polemik di antara pasukan lain karena persaingan mendapatkan cinta dari Kano.
Nagisa menampilkan penggambaran adegan seks homoseksual, meskipun Ryuhei Matsuda yang memerankan Kano, masih berusia 16 tahun saat itu. Walau mengangkat tema yang cukup tabu dan kontroversial, tapi secara pendapatan film ini sukses, bahkan meraih sejumlah penghargaan lokal dan dinominasikan untuk festival film Palme d'Or.
2. Audition
Masih dari tahun 1999, film Audition garapan sutradara Takashi Miie juga dirilis ke publik. Diadaptasi dari novel karya Ryu Murakami, menceritakan kisah Shigeharu Aoyama, pengusaha paruh baya yang baru saja kehilangan istri. Sang putra, Shigehiko, yang khawatir tentang perubahan hidup ayahnya, mendorongnya untuk bertemu wanita baru, sampai akhirnya Shigeru bertemu wanita muda bernama Asami Yamazaki.
Sebagai sutradara, Miike menampilkan teknik yang meningkatkan elemen kejutan ke next level yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga membuat penonton penasaran dan terkesan.
3. Battle Royale
Film yang dirilis pada 2000 karya sutradara Kinji Fukasaku ini mengangkat tema besar tentang kekerasan tidak terkontrol yang terjadi di sekolah. Memaksa pemerintah sampai harus menerapkan hukum Battle Royal, di mana setiap tahun para pelajar dipilih secara acak untuk ditransfer ke pulau terpencil dengan tujuan bertarung sampai tersisa hanya satu orang pemenang.
Film ini diangkat dari novel karya Takami Koushun. Lewat film tersebut, Kinji menyuguhkan tema kekerasan sekolah yang bertransformasi jadi kebrutalan di dunia nyata yang mengerikan. Memperlihatkan para siswa menjadi ‘monster’ untuk bisa menghindari kematian dan bertahan hidup. Film yang begitu dark dan ganas serta menyindir society tentang politik dengan banyak ironi dan sarkasme di dalamnya.
4. In the Realm of the Senses
Film Perancis-Jepang yang menarasikan kisah cinta tak terduga antara Sada Abe (Eiko Matsuda) dan Kichizo Ishida (Tatsuya Fuji), seorang mantan PSK dengan pemilik hotel. Diangkat dari kisah nyata, film ini menggambarkan kisah eksperimentasi seksual, sadisme, dan masokisme.
Menampilkan adegan-adegan seks yang sangat kontroversial sehingga dilarang diputar di banyak negara dan bahkan ditolak dari berbagai festival film. Sang sutradara, Nagisa Oshima, memang selalu ingin mendobrak hal-hal tabu di lingkungan masyarakat dengan tema seksual, terutama di Jepang, yang dikenal memiliki kultur konservatif.
(tsa)