Puasa Itu Sehat dan Menyehatkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jumat (24/4/2020), kita akan memasuki Bulan Ramadhan. Bulan yang didalamnya terdapat kewajiban bagi umat islam untuk berpuasa.
Puasa di bulan Ramadhan adalah puasa syar’i yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menunaikannya.
Puasa Ramadhan kali ini akan terasa berbeda. Di tengah pandemic Covid-19 banyak kekhawatiran muncul dari masyarakat. Hal ini dikarenakan pandemic covid-19 yang selalu dikaitkan dengan daya tahan tubuh dan gizi.
Apakah kita aman dari infeksi jika kita berpuasa? Apakah berisiko terhadap tenaga medis yang rentan terinfeksi? Bagaimana Puasa dalam ajaran Islam dan bagaimana puasa yang seharasunya dan yang dicontohkan oleh Rasulullah?
Menjawab pertanyaan tersebut, Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Komunitas Literasi Gizi (koalizi), Departemen Kesehatan Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) menyelenggarakan sebuah diskusi online “Puasa: sehat dan Menyehatkan,” Rabu (22/4/2020). Narasumber diskusi ini adalah akademisi dan praktisi gizi klinik, dr Tirta Prawita Sari MSc SpGK dan Pimpinan Pesantren Syawarifiyyah Rorotan Jakarta Utara, Ustaz Abul Hayyi Nur SPdI SSos.
Akademisi dan Praktisi Gizi yang juga ketua Yayasan Masyarakat Sadar Sadar Gizi, Tirta Prawita Sari menjelaskan, puasa memberikan efek medis yang baik bagi Kesehatan. Sebab memberikan kesempatan kepada tubuh untuk menjalani metabolisme switch, mengubah penggunaan sumber energi dan memakai simpanan energi yang selama ini disimpan dalam bentuk lemak. Penggunaan sumber energi yg berbeda ini menjadi salah satu bentuk detoksifikasi yang memberi dampak metabolisme berbeda bagi tubuh.
Tirta menyarankan di tengah pandemi seperti ini, ada baiknya tidak mengonsumsi makanan yang men-trigger atau memicu terjadinya inflamasi. Itu sebabnya, disarankan menjauhi makanan bergula tinggi, lemak jenuh dan trans yang tinggi seperti teh manis dan minuman manis lainnya serta aneka gorengan yang seringkali menjadi tipikal menu berbuka di Indonesia.
“Lebih baik mengonsumsi kurma dan buah-buahan yang banyak mengandung air untuk mensuplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh,” kata dia.
Seperti halnya ketika dalam kondisi normal, kata Tirta, saat puasa konsumsi makanan dengan gizi seimbang sangat diperlukan untuk menjaga imun dan daya tahan tubuh terlebih dalam situasi pandemi seperti sekarang ini.
Menurut dia, indikator seimbangnya makanan yang dimakan dapat dilihat dari variasi jenis dan warna yang terhidang dalam piring makan. Pastikan selalu menghadirkan protein (hewani dan nabati), sumber karbohidrat (makanan pokok, diutamakan yang mengandung serat tinggi seperti nasi merah, umbi, jagung atau nasi putih yang ditambahkan dengan aneka biji-bijian) serta sumber lemak baik yang bisa diperoleh dari alpukat dan minyak tak jenuh ganda lainnya.
Tirta mengatakan, protein hewani akan menyuplai asam amino yang lengkap dibandingkan dengan protein nabati. “Pastikan selalu ada setidaknya 1- 2 porsi protein hewani. Jenis white meat seperti unggas dan ikan merupakan pilihan terbaik,” kata dia.
Jika sulit maka sebutir telur per hari menjadi jalan keluar yang paling baik untuk protein berkualitas. Protein yang menjalani proses fermentasi sangat baik untuk kesehatan saluran cerna. Tahu dan tempe lebih baik daripada kacang kedelai. Yogurt dan keju memiliki kelebihan daripada susu.
“Tidak hanya zat gizi makro, zat gizi mikro juga sangat dibutuhkan. Memastikan di piring kita memiliki sayuran dan buah dengan 5 warna berbeda akan menjadi penanda yang baik. Bahwa asupan vitamin dan mineral kita tercukupi,” kata dia.
Hindari untuk mengonsumsi gorengan baik saat sahur dan berbuka. Kebiasaan masyarakat kita, gorenganan jadi hidangan utama saat berbupa puasa sementara gorengan mengandung lemak yang tinggi.
“Sedangkan mengonsumsi suplemen vitamin tidak selalu harus dilakukan. Vitamin dan mineral dapat dipenuhi dari makanan seimbang yang kita konsumsi. Suplemen Vitamin dianjurkan jika tubuh sangat membutuhkan atau kita dalam kondisi sakit,” kata dia.
Untuk mengatasi dehidrasi akibat berpuasa maka dianjurkan untuk mencukupkan asupan cairan saat waktu berbuka hingga sahur. Pastikan kebutuhan cairan (sekitar 2-2,5 liter) terpenuhi. Konsumsi secara bertahap agar tidak kembung dan tidak memberatkan fungsi ginjal.
Sementara itu, pimpinan Pesantren Syawarifiyyah Rorotan Jakarta Utara, Ustaz Abul Hayyi Nur menjelaskan, apabila seorang muslim sehat tidak terinfeksi virus dan memiliki kondisi yang lengkap dan sempurna untuk berpuasa, makai dia tetap wajib puasa.
“Bagi yang terinfeksi virus Covid-19 maka tergantung saran dokter. Para dokter dan perawat yang terpapar covid 19 boleh tidak berpuasa sebab justru akan berbahaya bagi mereka,” kata Adul.
Menurut Adul hal itu berlandaskan dengan ayat al quran Surah Al Baqoroh yang artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui," (QS.Al-Baqarah:184)
Puasa di bulan Ramadhan adalah puasa syar’i yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menunaikannya.
Puasa Ramadhan kali ini akan terasa berbeda. Di tengah pandemic Covid-19 banyak kekhawatiran muncul dari masyarakat. Hal ini dikarenakan pandemic covid-19 yang selalu dikaitkan dengan daya tahan tubuh dan gizi.
Apakah kita aman dari infeksi jika kita berpuasa? Apakah berisiko terhadap tenaga medis yang rentan terinfeksi? Bagaimana Puasa dalam ajaran Islam dan bagaimana puasa yang seharasunya dan yang dicontohkan oleh Rasulullah?
Menjawab pertanyaan tersebut, Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Komunitas Literasi Gizi (koalizi), Departemen Kesehatan Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) menyelenggarakan sebuah diskusi online “Puasa: sehat dan Menyehatkan,” Rabu (22/4/2020). Narasumber diskusi ini adalah akademisi dan praktisi gizi klinik, dr Tirta Prawita Sari MSc SpGK dan Pimpinan Pesantren Syawarifiyyah Rorotan Jakarta Utara, Ustaz Abul Hayyi Nur SPdI SSos.
Akademisi dan Praktisi Gizi yang juga ketua Yayasan Masyarakat Sadar Sadar Gizi, Tirta Prawita Sari menjelaskan, puasa memberikan efek medis yang baik bagi Kesehatan. Sebab memberikan kesempatan kepada tubuh untuk menjalani metabolisme switch, mengubah penggunaan sumber energi dan memakai simpanan energi yang selama ini disimpan dalam bentuk lemak. Penggunaan sumber energi yg berbeda ini menjadi salah satu bentuk detoksifikasi yang memberi dampak metabolisme berbeda bagi tubuh.
Tirta menyarankan di tengah pandemi seperti ini, ada baiknya tidak mengonsumsi makanan yang men-trigger atau memicu terjadinya inflamasi. Itu sebabnya, disarankan menjauhi makanan bergula tinggi, lemak jenuh dan trans yang tinggi seperti teh manis dan minuman manis lainnya serta aneka gorengan yang seringkali menjadi tipikal menu berbuka di Indonesia.
“Lebih baik mengonsumsi kurma dan buah-buahan yang banyak mengandung air untuk mensuplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh,” kata dia.
Seperti halnya ketika dalam kondisi normal, kata Tirta, saat puasa konsumsi makanan dengan gizi seimbang sangat diperlukan untuk menjaga imun dan daya tahan tubuh terlebih dalam situasi pandemi seperti sekarang ini.
Menurut dia, indikator seimbangnya makanan yang dimakan dapat dilihat dari variasi jenis dan warna yang terhidang dalam piring makan. Pastikan selalu menghadirkan protein (hewani dan nabati), sumber karbohidrat (makanan pokok, diutamakan yang mengandung serat tinggi seperti nasi merah, umbi, jagung atau nasi putih yang ditambahkan dengan aneka biji-bijian) serta sumber lemak baik yang bisa diperoleh dari alpukat dan minyak tak jenuh ganda lainnya.
Tirta mengatakan, protein hewani akan menyuplai asam amino yang lengkap dibandingkan dengan protein nabati. “Pastikan selalu ada setidaknya 1- 2 porsi protein hewani. Jenis white meat seperti unggas dan ikan merupakan pilihan terbaik,” kata dia.
Jika sulit maka sebutir telur per hari menjadi jalan keluar yang paling baik untuk protein berkualitas. Protein yang menjalani proses fermentasi sangat baik untuk kesehatan saluran cerna. Tahu dan tempe lebih baik daripada kacang kedelai. Yogurt dan keju memiliki kelebihan daripada susu.
“Tidak hanya zat gizi makro, zat gizi mikro juga sangat dibutuhkan. Memastikan di piring kita memiliki sayuran dan buah dengan 5 warna berbeda akan menjadi penanda yang baik. Bahwa asupan vitamin dan mineral kita tercukupi,” kata dia.
Hindari untuk mengonsumsi gorengan baik saat sahur dan berbuka. Kebiasaan masyarakat kita, gorenganan jadi hidangan utama saat berbupa puasa sementara gorengan mengandung lemak yang tinggi.
“Sedangkan mengonsumsi suplemen vitamin tidak selalu harus dilakukan. Vitamin dan mineral dapat dipenuhi dari makanan seimbang yang kita konsumsi. Suplemen Vitamin dianjurkan jika tubuh sangat membutuhkan atau kita dalam kondisi sakit,” kata dia.
Untuk mengatasi dehidrasi akibat berpuasa maka dianjurkan untuk mencukupkan asupan cairan saat waktu berbuka hingga sahur. Pastikan kebutuhan cairan (sekitar 2-2,5 liter) terpenuhi. Konsumsi secara bertahap agar tidak kembung dan tidak memberatkan fungsi ginjal.
Sementara itu, pimpinan Pesantren Syawarifiyyah Rorotan Jakarta Utara, Ustaz Abul Hayyi Nur menjelaskan, apabila seorang muslim sehat tidak terinfeksi virus dan memiliki kondisi yang lengkap dan sempurna untuk berpuasa, makai dia tetap wajib puasa.
“Bagi yang terinfeksi virus Covid-19 maka tergantung saran dokter. Para dokter dan perawat yang terpapar covid 19 boleh tidak berpuasa sebab justru akan berbahaya bagi mereka,” kata Adul.
Menurut Adul hal itu berlandaskan dengan ayat al quran Surah Al Baqoroh yang artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui," (QS.Al-Baqarah:184)
(nth)