Hindari Stroke dan Serangan Jantung, Penyintas Covid-19 Ini Imbau Ibu Hamil untuk Vaksin

Sabtu, 19 Februari 2022 - 22:09 WIB
loading...
Hindari Stroke dan Serangan Jantung, Penyintas Covid-19 Ini Imbau Ibu Hamil untuk Vaksin
Diana Crouch berhasil selamat dari serangan jantung dan stroke beberapa kali ketika terpapar Covid-19 saat hamil. / Foto: Annie Mulligan for The Texas Tribune
A A A
JAKARTA - Wanita 28 tahun asal Texas, Diana Crouch berhasil selamat dari serangan jantung dan stroke beberapa kali ketika terpapar Covid-19 saat hamil .

Diana pun mengimbau para ibu hamil untuk melakukan vaksinasi Covid-19 agar tidak mengalami hal mengerikan sebagaimana yang dialaminya.

Seperti dilaporkan The Insider, Sabtu (19/2/2022), Diana mengaku jika kondisinya saat itu sangat parah hingga tak sadar sudah melahirkan bayinya melalui operasi caesar di usia kehamilan 31 minggu.

Baca juga: Ini Sejumlah Gejala pada Pasien Omicron, Termasuk yang Sudah Divaksin

Ibu satu anak itu menghabiskan 139 hari di rumah sakit saat terinfeksi Covid-19. Bahkan, dia sempat mendapat bantuan dari mesin pendukung kerja jantung ECMO.

"Setelah semua yang saya lalui, hal terakhir yang seharusnya Anda takuti adalah vaksin," ungkap Diana kepada Texas Tribune.

Diana bercerita bahwa dirinya mulai merasa tidak enak badan pada musim panas 2021. Namun, dia menganggap kelelahan dan sakit kepala itu adalah efek dari kehamilannya yang berusia sekitar 18 minggu.

Dokter kandungan Diana pun menganggap gejalanya disebabkan oleh dehidrasi dan mual di pagi hari. Meski demikian, sang dokter tetap merujuknya ke UGD saat dia mengalami demam ringan.

Diana dan sang suami mengaku tak melakukan vaksinasi Covid-19 saat itu. Dia pun tak merasa khawatir tertular virus karena dirinya sudah pernah terinfeksi.

"Saya hanya tidak ingin mengambil risiko. Saya merasa kami seperti memiliki sistem kekebalan untuk ini, dan saya tidak ingin melakukan apapun yang dapat memengaruhi bayi saya," tuturnya.

Akan tetapi, ketika Diana di rumah sakit, dia justru didiagnosis Covid-19 dengan pneumonia atau peradangan paru-paru. Dia pun langsung dipindahkan ke Texas Children's Pavilion for Women untuk dipasang ventilator.

Melihat berminggu-minggu kondisinya tak kunjung membaik, suaminya, Chris akhirnya setuju menempatkan Diana di ECMO, yang sebenarnya cukup berisiko bagi ibu hamil.

"Saya mungkin pulang tanpa apa-apa, dengan bayi yang meninggal dan istri yang meninggal... ada hari-hari yang sangat gelap," ungkap Chris.

Di ECMO selama berminggu-minggu, keadaan Diana akhirnya membaik. Tetapi, tak lama kemudian dia justru menderita tiga stroke dan serangan jantung hingga akhrinya mengalami koma.

"Hamil, mengidap Covid, dan menjalani ECMO adalah tiga faktor risiko utama pembekuan darah," ujar Dr. Cameron Dezfulian yang merawat Diana.

Beruntungnya, beberapa hari kemudian, paru-paru Diana mulai membaik hingga bisa keluar dari ECMO. Tetapi ketika kehamilannya mencapai 31 minggu, tiba-tiba kondisinya malah berhenti membaik. Dokter menduga hal itu disebabkan oleh janin yang menekan paru-parunya.

Demi keselamatan Diana, dokter pun memutuskan untuk melahirkan bayinya yang kini dinamai Cameron. Setelah sekitar satu bulan di NICU, baby Cameron pun diperbolehkan untuk pulang, disusul Diana yang pulang beberapa minggu kemudian, tepat sebelum Natal 2021.

Kini, baik Diana maupun Chris sudah melakukan vaksinasi Covid-19. Mereka pun mengimbau banyak orang, terutama ibu hamil untuk melakukan hal serupa.

"Apabila Anda bisa menghilangkan apa yang terjadi pada saya, jika Anda bisa melakukan kontrol keparahan, mengapa tidak melakukannya?" ucap Chris.

Menurut sebuah penelitian besar, pasien hamil berisiko lima kali lebih besar dirawat di ICU jika menderita Covid-19. Mereka juga berisiko lebih dari 14 kali membutuhkan intubasi, dan berisiko lebih dari 15 kali meninggal dunia.

Baca juga: Rendahnya Cakupan Vaksinasi Dorong Munculnya Varian Covid-19 yang Lebih Berbahaya

Sementara di antara mereka yang telah divaksinasi saat hamil, para ilmuwan tak melihat ada tanda bahaya atau peningkatan risiko komplikasi. Sayang, banyak pasien tidak sepenuhnya mempercayai data tersebut hingga akhirnya terlambat.
(nug)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2614 seconds (0.1#10.140)