Angela Tanoesoedibjo: Kelestarian Lingkungan Aset Paling Berharga bagi Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berupaya maksimal mewujudkan destinasi wisata berkualitas dan berkelanjutan. Hal tersebut merupakan bentuk nyata mengentaskan masalah lingkungan dan perubahan iklim yang disebabkan sektor pariwisata.
Berdasarkan riset Nature Climate Change tahun 2018, jejak karbon dari industri pariwisata dalam skala global menghasilkan 8% dari emisi karbon dunia, terutama dari sektor transportasi, belanja, dan makanan.
Dari data tersebut, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Tanoesoedibjo menyebutkan, sudah seharusnya kita semua bertanggung jawab. Pasalnya, bagaimanapun juga kelestarian lingkungan merupakan aset paling berharga bagi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Ungkap 5 Syarat Utama untuk Menjadi Desa Wisata
Menurutnya, apabila ingin mewariskan manfaat ekonomi dari sektor pariwisata ke generasi berikutnya, maka kita semua harus gerak cepat melalui berbagai inovasi dan kolaborasi untuk mewujudkan konsep 'climate friendly tourism'.
"Oleh karena itu, dalam pengembangan pariwisata indonesia, Kemenparekraf sudah memiliki rumusan 3P yaitu people, planet, dan prosperity," terang Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo dalam Webinar Sosialisasi Wisata Ramah Lingkungan di Destinasi Pariwisata, Rabu (2/3/2022).
Lebih lanjut, Angela menjelaskan bahwa dari aspek people pihaknya memperhatikan apa keinginan wisatawan. Lalu aspek planet adalah bagaimana Kemenparekraf merawat dan melestarikan destinasi wisata.
Sedangkan untuk aspek prosperity adalah memaksimalkan nilai ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat.
"Kami yakin, rumusan 3P adalah pilar untuk mencapai pariwisata berkualitas dan berkelanjutan yang jika semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan," jelas Angela.
Satu langkah konkret yang sudah Kemenparekraf lakukan untuk mewujudkan konsep pengembangan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan ini adalah dengan program carbon footprint calculator dan carbon offsetting yang sudah diluncurkan Januari 2022.
Program tersebut merupakan kolaborasi antara Kemenparekraf bersama Jejak.in dengan melakukan perhitungan emisi yang dihasilkan dari perjalanan wisatawan, baik dari penggunaan listrik, bahan bakar transportasi, dan lain sebagainya.
Untuk program offsetting yaitu menanam pohon bagi wisatawan untuk memitigasi jejak karbon hasil dari perjalanan mereka. Inovasi ini didukung KLHK karena bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup dan mengembangkan hutan kota.
"Kami yakin bahwa program carbon footprint calculator dan carbon offsetting ini adalah salah satu cara dalam mengatasi perubahan iklim yang diakibatkan kegiatan pariwisata. Dan dengan adanya program ni, meningkatkan reputasi dan kepercayaan publik kepada sektor pariwisata indonesia sehingga dapat mendukung percepatan pemulihan sektor pariwisata pasca pandemi," beber Angela.
Sebagai sektor yang bergantung pada keindahan alam, Angela mengajak seluruh masyarakat untuk menjaganya. "Semakin lestari, maka semakin memajukan sektor pariwisata dan mensejahterakan masyarakat," kata dia.
Untuk mewujudkan hal ini, Kemenparekraf perlu konsisten dalam memberikan pengertian kepada semua yang terlibat, termasuk pekerja pariwisata, para pengusaha, pemerintah daerah, media, dan tentunya wisatawan.
Baca juga: 2 Tahun Pandemi di Indonesia, Belum Saatnya Longgarkan Prokes!
"Nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata, selain untuk mensejahterakan masyarakat dan ekonomi daerah, perlu juga dimanfaatkan kembali untuk pelestarian alam," pungkasnya.
Berdasarkan riset Nature Climate Change tahun 2018, jejak karbon dari industri pariwisata dalam skala global menghasilkan 8% dari emisi karbon dunia, terutama dari sektor transportasi, belanja, dan makanan.
Dari data tersebut, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Tanoesoedibjo menyebutkan, sudah seharusnya kita semua bertanggung jawab. Pasalnya, bagaimanapun juga kelestarian lingkungan merupakan aset paling berharga bagi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Ungkap 5 Syarat Utama untuk Menjadi Desa Wisata
Menurutnya, apabila ingin mewariskan manfaat ekonomi dari sektor pariwisata ke generasi berikutnya, maka kita semua harus gerak cepat melalui berbagai inovasi dan kolaborasi untuk mewujudkan konsep 'climate friendly tourism'.
"Oleh karena itu, dalam pengembangan pariwisata indonesia, Kemenparekraf sudah memiliki rumusan 3P yaitu people, planet, dan prosperity," terang Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo dalam Webinar Sosialisasi Wisata Ramah Lingkungan di Destinasi Pariwisata, Rabu (2/3/2022).
Lebih lanjut, Angela menjelaskan bahwa dari aspek people pihaknya memperhatikan apa keinginan wisatawan. Lalu aspek planet adalah bagaimana Kemenparekraf merawat dan melestarikan destinasi wisata.
Sedangkan untuk aspek prosperity adalah memaksimalkan nilai ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat.
"Kami yakin, rumusan 3P adalah pilar untuk mencapai pariwisata berkualitas dan berkelanjutan yang jika semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan," jelas Angela.
Satu langkah konkret yang sudah Kemenparekraf lakukan untuk mewujudkan konsep pengembangan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan ini adalah dengan program carbon footprint calculator dan carbon offsetting yang sudah diluncurkan Januari 2022.
Program tersebut merupakan kolaborasi antara Kemenparekraf bersama Jejak.in dengan melakukan perhitungan emisi yang dihasilkan dari perjalanan wisatawan, baik dari penggunaan listrik, bahan bakar transportasi, dan lain sebagainya.
Untuk program offsetting yaitu menanam pohon bagi wisatawan untuk memitigasi jejak karbon hasil dari perjalanan mereka. Inovasi ini didukung KLHK karena bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup dan mengembangkan hutan kota.
"Kami yakin bahwa program carbon footprint calculator dan carbon offsetting ini adalah salah satu cara dalam mengatasi perubahan iklim yang diakibatkan kegiatan pariwisata. Dan dengan adanya program ni, meningkatkan reputasi dan kepercayaan publik kepada sektor pariwisata indonesia sehingga dapat mendukung percepatan pemulihan sektor pariwisata pasca pandemi," beber Angela.
Sebagai sektor yang bergantung pada keindahan alam, Angela mengajak seluruh masyarakat untuk menjaganya. "Semakin lestari, maka semakin memajukan sektor pariwisata dan mensejahterakan masyarakat," kata dia.
Untuk mewujudkan hal ini, Kemenparekraf perlu konsisten dalam memberikan pengertian kepada semua yang terlibat, termasuk pekerja pariwisata, para pengusaha, pemerintah daerah, media, dan tentunya wisatawan.
Baca juga: 2 Tahun Pandemi di Indonesia, Belum Saatnya Longgarkan Prokes!
"Nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata, selain untuk mensejahterakan masyarakat dan ekonomi daerah, perlu juga dimanfaatkan kembali untuk pelestarian alam," pungkasnya.
(nug)