Mengenai Kualitas Udara, Masyarakat Masih Banyak yang Salah Kaprah

Kamis, 03 Maret 2022 - 14:33 WIB
loading...
Mengenai Kualitas Udara, Masyarakat Masih Banyak yang Salah Kaprah
Literasi dan edukasi mengenai polusi udara merupakan hal yang penting untuk mewujudkan kualitas udara yang lebih baik. / Foto: ilustrasi/dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Komunitas Bicara Udara menyebutkan bahwa literasi dan edukasi mengenai polusi udara merupakan hal yang penting untuk mewujudkan kualitas udara yang lebih baik.

Bicara Udara merupakan komunitas yang fokus pada edukasi mengenai pentingnya peningkatan kualitas udara sebagai salah satu hak hidup dasar masyarakat.

Novita Natalia dari Bicara Udara mengutarakan jika masih banyak masyarakat yang salah paham tentang kualitas udara.

Baca juga: Angelina Sondakh Bebas Usai 10 Tahun Dipenjara, Warganet: Gua Belum Juga Dapet Kerjaan

Dia menyampaikan demikian setelah melihat hasil penelitian dari startup pengkur kualtas udara, Nafas. Ditemukan bahwa kualitas udara di area hijau yang banyak tumbuh pepohonan ternyata tidak selalu bersih atau bebas dari polusi udara.

"Kami sangat senang dengan riset yang dilakukan Nafas. Hasil riset ini menunjukkan bahwa masih banyak salah kaprah dari masyarakat terkait kualitas udara beserta mitos-mitos yang selama ini sering kita dengar," tutur Community Manager Bicara Udara itu dalam sebuah webinar, baru-baru ini.

Nafas sendiri telah memasang sensor pengukur kualitas udara di tiga lokasi di sekitaran Jabodetabek, yakni Bumi Serpong Damai (BSD), Cibinong dan Sentul City. Ketiga daerah itu merupakan area yang dikelilingi daerah hijau.

Namun ternyata indeks kualitas udara (AQI) di wilayah tersebut cukup tinggi di atas 100. Angka AQI di atas 100 menunjukkan kualitas udara relatif tidak sehat bagi kelompok usia tertentu.

Menurut Novita, banyak orang yang tinggal di wilayah Jabodetabek merasakan dampak langsung dari polusi udara tersebut. Meskipun begitu, sambung Novita, literasi tentang polusi udara masih sangat rendah, padahal kualitas udara yang bersih memengaruhi kualitas hidup manusia.

"Hal ini sekaligus jadi indikasi betapa pentingnya meningkatkan pengetahuan dan edukasi masyarakat agar upaya bersama untuk mewujudkan kualitas udara yang lebih baik. Untuk itu, kami mengajak seluruh elemen masyarakat, komunitas, dan pemerintah, untuk dapat bersama-sama peduli terhadap dampak polusi udara bagi kita," tutur Novita.

Dalam kesempatan yang sama, Co-founder & Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski menyampaikan, hasil riset Nafas menunjukkan pemberlakuan PPKM selama pandemi Covid-19 pada 2021 ternyata juga tidak mengurangi polusi udara ataupun memperbaiki kualitas udara di Jabodetabek.

"Juni bulan di mana PPKM sudah mulai diperketat dikarenakan meledaknya kasus Covid di Indonesia. Namun, tidak ada satu hari pun pada Juni yang mencapai kategori udara baik," terangnya.

Menurut Piotr, buruknya kualitas udara selama PPKM Darurat menunjukkan jika kendaraan bermotor bukanlah satu-satunya sumber masalah dalam polusi udara.

Baca juga: Hadiri Peluncuran Serial Terbarunya, Rizky Nazar Ogah Bicarakan Rawat Jalan Narkoba

"Cuaca yang minim intensitas hujan deras dan berangin kencang juga berpengaruh terhadap buruknya kualitas udara selama PPKM darurat," lanjutnya.
(nug)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1907 seconds (0.1#10.140)