Penyakit Lumpy Skin pada Sapi dan Kerbau Menular ke Manusia? Ini Penjelasan Ahli

Rabu, 09 Maret 2022 - 09:52 WIB
loading...
Penyakit Lumpy Skin pada Sapi dan Kerbau Menular ke Manusia? Ini Penjelasan Ahli
Penyakit lumpy skin pada sapi dan kerbau ditemukan kasus pertamanya di Indonesia. Foto Ilustrasi/Pro Agri
A A A
JAKARTA - Penyakit lumpy skin pada sapi dan kerbau ditemukan kasus pertamanya di Indonesia. Kantor berita ABC News menjelaskan, kasus ada di 31 desa di Pulau Sumatera.

Namun, Kementerian Kesehatan belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai hal ini. Di sisi lain, Kementerian Pertanian melalui Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) memastikan akan mengerahkan dokter hewan hingga paramedik untuk menangani kasus tersebut.



Banyak masyarakat khawatir dengan temuan kasus lumpy skin ini. Terlebih sebentar lagi akan memasuki momen Ramadhan yang mana banyak orang mengonsumsi daging sapi.

Lebih lanjut, ketakutan orang-orang atas penemuan kasus ini adalah penyakit bisa menyebar ke manusia. Tapi, apakah lumpy skin menyebar ke manusia?

Dijelaskan Dokter Hewan drh Aisyah Purnomosari, lumpy skin disease (LSD) itu tidak menular dari hewan ternak ke manusia. Artinya, penyakit ini bukan tergolong 'zoonosis'.



"LSD bukan penyakit zoonosis, artinya penyakit ini tidak menular ke manusia," terangnya pada MNC Portal,Rabu (9/3/2022).

Menurut data World Organisation for Animal Health (OIE) yang dibagikan drh Ais, penularan penyakit ini terjadi karena beberapa cara. Pada kebanyakan kasus, sapi atau kerbau terinfeksi LSD akibat tertular virus dari gigitan nyamuk, lalat, atau caplak yang berperan sebagai vektor penyakit LSD.

LSD juga terjadi apabila dalam satu tempat ada hewan yang terpapar Lumpy Skin Disease Virus (LSDV), virus penyebab LSD. Karena itu, jika ada satu hewan ternak yang terpapar, harus segera dipisahkan untuk meminimalisir penyebaran virus ke hewan lain.

"Kami juga menyarankan bagi pemilik hewan ternak, jika ada hewan ternaknya yang menunjukkan gejala LSD, maka ternak itu tidak boleh dijual, dipindahkan, ataupun dipotong," saran drh Ais.

"Segera dilaporkan ke petugas pelayanan kesehatan hewan untuk dilakukan pengamatan lebih lanjut dan pengobatan," tambahnya.

Gejala LSD pada hewan antara lain munculnya lesi kulit berupa nodul berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor, dan ambing. Pada kasus berat, nodul atau benjolan yang muncul ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh hewan ternak.

Munculnya benjolan ini biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40,5 derajat celcius. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif.

Tanda klinis lainnya yaitu badan ternak lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2343 seconds (0.1#10.140)