Sokongan demi Lahirnya Lebih Banyak Pemimpin Perempuan yang Mampu Bawa Perubahan

Kamis, 10 Maret 2022 - 16:02 WIB
loading...
Sokongan demi Lahirnya...
Para pembicara dalam salah satu sesi webinar WOMEN LEADERS FORUM 2022. Ki-ka: Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk Ira Noviarti, Menkeu Sri Mulyani, dan Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Memperingati Hari Perempuan Internasional belum lama ini, Women in Business Action Council, Presidensi B20 Indonesia dan PT Unilever Indonesia, Tbk menggelar webinar Women Leaders Forum (WLF) 2022: Achieving an Equal Future. Salah satu sesinya mengangkat tema Women Leaders - Making a Difference! untuk berbagi pandangan mengenai ekosistem yang dibutuhkan guna mengoptimalkan potensi perempuan demi mendobrak bias gender dan menjadi pemimpin yang mampu membuat perubahan, khususnya di bidang perekonomian.

Sesi ini menghadirkan tiga panelis pemimpin perempuan yang telah menunjukkan kiprahnya. Salah satunya adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Sri Mulyani berpendapat, perempuan Indonesia harus terus meningkatkan kompetensi dan kualitas diri, terutama mengenai peran kepemimpinan. Hal itu penting guna mengatasi stereotip yang kerap melekat pada perempuan.

"Apabila tidak memiliki kompetensi dan kualitas, maka hal ini akan berdampak pada reputasi perempuan yang kerap dianggap tidak kompeten di suatu bidang," katanya dalam webinar, Selasa (8/3/2022).

Menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang mengarusutamakan kesetaraan gender menjadi salah satu kunci penting untuk menumbuhkan lebih banyak pemimpin perempuan. Hal inilah yang menjadi salah satu komitmen penting dari Unilever Indonesia.

Ira Noviarti, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk sekaligus Chair dari Women in Business Action Council, Presidensi B20 Indonesia (B20 WiBAC) menjelaskan, Unilever Indonesia terus melakukan penguatan komitmen dan kemitraan untuk menciptakan kesetaraan gender di seluruh value chain perusahaan.

"Tidak hanya itu, upaya untuk mendobrak bias gender juga dilakukan Unilever Indonesia melalui kampanye yang diusung oleh sejumlah brand kami guna menciptakan iklim kesetaraan gender yang lebih luas di tengah masyarakat," terangnya.

“Khususnya dalam hal menghilangkan hambatan dan menciptakan peluang yang sama bagi perempuan, salah satu contohnya adalah mengedepankan keseimbangan gender di ruang lingkup perusahaan, di mana saat ini, 5 dari 9 Board of Directors kami adalah perempuan, sementara di level senior leader berikutnya kami juga sudah mencapai prosentase hampir 50% perempuan,” lanjut Ira.

Sisi menarik mengenai kepemimpinan perempuan juga datang dari Penny Williams PSM, Duta Besar Australia untuk Indonesia. Menurutnya, ketimpangan gender merupakan persoalan yang sudah ada dari generasi ke generasi, sehingga membutuhkan waktu panjang untuk memperbaiki hal tersebut.

Pandemi COVID-19 pun semakin menunjukkan adanya ketimpangan antara perempuan dan laki-laki. Salah satunya ditunjukkan oleh laporan Global Gender Gap Index 2021, yang menempatkan Australia berada di nomor 50 dari 156 negara.

"Pemerintah Australia mengakui ada ketimpangan dalam keterlibatan perempuan dan juga masalah di tempat kerja, ada juga masalah kehilangan pekerjaan, karena biasanya perempuan bekerja di dalam sektor informal," kata Penny.

"Kami terus mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut, termasuk terus bekerja sama dengan Indonesia untuk memberikan kepemimpinan serta advokasi yang kuat dalam memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Concern yang kami miliki untuk Indonesia adalah bagaimana kita bisa mencapai pemberdayaan perempuan tanpa harus terkena dengan isu-isu yang ada, serta bagaimana perempuan dapat terlibat dalam pembuatan keputusan dan yang lain," pungkasnya.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1639 seconds (0.1#10.140)