Studi: Covid-19 Dapat Menyebabkan Otak Menyusut dan Kehilangan Memori
loading...
A
A
A
JAKARTA - Covid-19 dapat menyebabkan otak menyusut, mengurangi materi abu-abu di daerah yang mengontrol emosi dan memori, dan merusak area yang mengontrol indera penciuman. Temuan tersebut berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh Universitas Oxford.
Para ilmuwan mengatakan bahwa efeknya bahkan terlihat pada orang yang tidak dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Namun, terkait dampaknya dapat dipulihkan sebagian atau bertahan dalam jangka panjang masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
"Ada bukti kuat untuk kelainan terkait otak pada Covid-19," kata para peneliti dalam studi tersebut dilansir dari Reuters, Jumat (11/3/2022).
Bahkan dalam kasus ringan, peserta dalam penelitian ini menunjukkan memburuknya fungsi eksekutif yang bertanggung jawab untuk fokus dan pengorganisasian. Selain itu, penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran otak rata-rata menyusut antara 0,2 persen dan 2 persen.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature ini meneliti perubahan otak pada 785 peserta berusia 51-81 tahun yang otaknya dipindai dua kali, termasuk 401 orang yang tertular Covid-19 di antara dua pemindaian mereka. Pemindaian kedua dilakukan rata-rata 141 hari setelah pemindaian pertama.
Penelitian dilakukan ketika varian Alpha dominan di Inggris dan tidak mungkin melibatkan siapa pun yang terinfeksi varian Delta.
Dari studi ini, peneliti menemukan beberapa orang yang positif Covid-19 menderita kabut otak atau kekeruhan mental. Kondisi tersebut mencakup gangguan perhatian, konsentrasi, kecepatan pemrosesan informasi, dan memori.
Para peneliti tidak mengatakan apakah vaksinasi terhadap Covid-19 berdampak pada kondisi tersebut, tetapi Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan bulan lalu bahwa tinjauan terhadap 15 penelitian menemukan orang yang divaksinasi sekitar setengahnya lebih mungkin mengembangkan gejala Covid-19 yang lama dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi.
Para ilmuwan mengatakan bahwa efeknya bahkan terlihat pada orang yang tidak dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Namun, terkait dampaknya dapat dipulihkan sebagian atau bertahan dalam jangka panjang masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
"Ada bukti kuat untuk kelainan terkait otak pada Covid-19," kata para peneliti dalam studi tersebut dilansir dari Reuters, Jumat (11/3/2022).
Bahkan dalam kasus ringan, peserta dalam penelitian ini menunjukkan memburuknya fungsi eksekutif yang bertanggung jawab untuk fokus dan pengorganisasian. Selain itu, penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran otak rata-rata menyusut antara 0,2 persen dan 2 persen.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature ini meneliti perubahan otak pada 785 peserta berusia 51-81 tahun yang otaknya dipindai dua kali, termasuk 401 orang yang tertular Covid-19 di antara dua pemindaian mereka. Pemindaian kedua dilakukan rata-rata 141 hari setelah pemindaian pertama.
Penelitian dilakukan ketika varian Alpha dominan di Inggris dan tidak mungkin melibatkan siapa pun yang terinfeksi varian Delta.
Dari studi ini, peneliti menemukan beberapa orang yang positif Covid-19 menderita kabut otak atau kekeruhan mental. Kondisi tersebut mencakup gangguan perhatian, konsentrasi, kecepatan pemrosesan informasi, dan memori.
Para peneliti tidak mengatakan apakah vaksinasi terhadap Covid-19 berdampak pada kondisi tersebut, tetapi Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan bulan lalu bahwa tinjauan terhadap 15 penelitian menemukan orang yang divaksinasi sekitar setengahnya lebih mungkin mengembangkan gejala Covid-19 yang lama dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi.
(dra)