4 Masjid Destinasi Wisata Religi di Jabar untuk Dalami Syiar Islam di Momen Ramadan
loading...
A
A
A
BANDUNG - Seiring masuknya bulan suci Ramadan , masyarakat bisa mendalami syiar Islam sambil berwisata.
Di Jabar, terdapat sejumlah destinasi wisata religi yang bisa dikunjungi traveler untuk mengisi waktu libur di bulan suci, sekaligus mendekatkan diri dengan Sang Ilahi melalui syiar Islam.
Berikut empat rekomendasi destinasi wisata religi di Tanah Priangan .
1. Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu saksi bisu perjuangan Wali Sanga dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Mesjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di sebelah barat Alun-alun Sangkalabuwana, Kota Cirebon.
Dilansir dari laman disbudpar.jabarprov.go.id, masjid ini dibangun pada 1498 M oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati di tahun 1480.
Proses pembangunannya pun dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) bersama 200 orang pembantunya (tukang) yang berasal dari Demak. Alhasil bangunan masjid ini cukup unik karena menyajikan akulturasi budaya dengan gaya bangunan Hindu.
Berdasarkan cerita rakyat, masjid ini dibangun dalam waktu satu malam, sehingga bisa digunakan untuk salat subuh keesokan harinya. Bila ditilik dari sisi lain, masjid yang menjadi destinasi wisata ikonik di Cirebon ini juga merupakan wujud rasa cinta Sunan Gunung Jati kepada istrinya, Nyi Mas Pakungwati.
Hal itulah yang membuat masjid ini pada awalnya dinamai Masjid Pakungwati. Namun, nama tersebut diganti pada 1970 menjadi Masjid Sang Cipta Rasa yang berasal dari pengejawantahan kepercayaan dan rasa.
Saat ini, orisinalitas bangunan masjid tersebut masih dipertahankan. Tiang-tiang penyangganya masih terbuat dari kayu. Bangunan masjid dibagi menjadi dua, yakni ruang utama dan serambi. Untuk masuk ke ruang utama, jemaah atau pengunjung harus menundukkan kepala. Sebab, pintu masuk ke ruang utama dibuat begitu kecil.
Salah satu kekhasan dari Masjid Sang Cipta Rasa adalah adzan pitu atau adzan yang dikumandangkan oleh tujuh muazin. Saat ini, hanya di waktu salat Jumat tradisi adzan pitu dilakukan.
Adzan pitu yang menjadi simbol perlawanan terhadap sosok Menjagan Wulu yang dengki dengan penyebaran Islam itu tetap dipertahankan hingga kini dan menjadi identitas Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
2. Masjid Kubah Mas Depok
Masjid Kubah Emas menjadi salah satu ikon wisata religi di Kota Depok. Banyak wisatawan dari dalam dan luar kota yang berkunjung ke masjid seluas 8.000 meter persegi ini.
Bangunan tersebut sebenarnya bernama Masjid Dian Al Mahri. Dilansir dari laman disbudpar.jabarprov.go.id, penyebutan Kubah Emas diambil dari bentuk atap masjid yang memang dilapisi emas murni.
Masjid Jami Dian Al-Mahri ini dibangun pada 2001 dan rampung pada 2006 oleh pengusaha asal Banten, Hj Dian Djuriah Maimun Al-Rasyid. Masjid ini dapat menampung kurang lebih 20.000 jemaah dan disebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara.
Pada bagian interiornya, masjid ini memiliki pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi. Pendiri masjid ini merepresentasikan bagunan megah di dalam masjid sebagai bukti kebesaran Allah SWT.
Pengunjung yang datang, biasanya tak hanya menjalani ibadah namun juga mengabadikan foto-foto di halaman Masjid Kubah Emas. Jumlah pengunjung akan lebih membludak ketika momen-momen tertentu seperti Idul Fitri, Idul Adha atau Maulid Nabi Muhammad SAW.
Masjid ini terletak di Jalan Raya Meruyung, Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok.
3. Masjid Agung Al-Imam Majalengka
Cantik, megah dan luas. Tiga kata itu rasanya belum cukup untuk menggambarkan Masjid Agung Al-Imam yang berada di sebelah barat Alun-alun Majalengka. Masjid terbesar di Kota Kuda ini memiliki desain yang estetik.
Masjid Agung Al-Imam dilengkapi dengan empat menara yang menjulang di setiap sisinya. Tampak dari luar, masjid ini dilengkapi ornamen yang detail dan indah. Hamparan rumput sintetis di pinggir masjid juga menjadi spot rehat yang menarik usai melaksanakan ibadah dalam masjid.
Masjid Al Imam merupakan wakaf atau peninggalan dari Kiai Imam Syafari, kakek dari pahlawan nasional KH Abdul Halim. Awalnya, masjid ini dibangun secara sederhana dengan bentuk panggung yang di bawahnya terdapat kolam kecil.
Renovasi masjid ini pun dilakukan secara bertahap hingga akhirnya pada masa Bupati Majalengka ke-6 R.M.A.A Salmon Salam Sura Adi Ningrat pada 1888, masjid ini mulai dirombak secara menyeluruh.
Terakhir kali masjid direnovasi pada masa Bupati Majalengka Karna Sobahi pada 2019 hingga tampak seperti saat ini.
4. Masjid Raya Bandung
Dua menara kembar setinggi 81 meter yang menjulang menjadi pemandangan menakjubkan yang pertama kali terlihat dari Masjid Raya Bandung. Masjid ini memang menjadi salah satu ikon dari Kota Bandung yang cukup terkemuka.
Pertama kali dibangun pada 1810, Masjid Raya Bandung yang sebelumnya bernama Masjid Agung, dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat Kota Bandung dari Krapyak.
Awalnya, bentuk bangunan masjid ini berbentuk panggung tradisional yang sederhana, bercorak Sunda dengan kolam besar untuk mengambil air wudhu. Namun, seiring dengan berlangsungnya zaman, masjid yang memiliki luas 8.573 meter persegi ini telah mengalami belasan kali renovasi.
Menjelang Konferensi Asia Afrika pada 1955, Masjid Agung Bandung mengalamai perombakan besar-besaran. Atas rancangan Presiden RI pertama Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total, di antaranya kubah dari sebelumnya berbentuk "nyungcung" menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang.
Model kubah "nyungcung" bentukan Soekarno itu hanya bertahan kurang lebih 15 tahun, setelah rusak akibat tiupan angin kencang. Perombakan wajah Masjid Raya Bandung terus dilakukan sampai pada 2001 zaman Gubernur Jabar H.R Nuriana.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang kala itu menjabat sebagai Wali Kota Bandung punya andil dalam mengubah wajah Masjid Raya Bandung, salah satunya dengan menjadikan lahan alun-alun menjadi lapangan rumput sintetis.
Di Jabar, terdapat sejumlah destinasi wisata religi yang bisa dikunjungi traveler untuk mengisi waktu libur di bulan suci, sekaligus mendekatkan diri dengan Sang Ilahi melalui syiar Islam.
Berikut empat rekomendasi destinasi wisata religi di Tanah Priangan .
1. Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu saksi bisu perjuangan Wali Sanga dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Mesjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di sebelah barat Alun-alun Sangkalabuwana, Kota Cirebon.
Dilansir dari laman disbudpar.jabarprov.go.id, masjid ini dibangun pada 1498 M oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati di tahun 1480.
Proses pembangunannya pun dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) bersama 200 orang pembantunya (tukang) yang berasal dari Demak. Alhasil bangunan masjid ini cukup unik karena menyajikan akulturasi budaya dengan gaya bangunan Hindu.
Berdasarkan cerita rakyat, masjid ini dibangun dalam waktu satu malam, sehingga bisa digunakan untuk salat subuh keesokan harinya. Bila ditilik dari sisi lain, masjid yang menjadi destinasi wisata ikonik di Cirebon ini juga merupakan wujud rasa cinta Sunan Gunung Jati kepada istrinya, Nyi Mas Pakungwati.
Hal itulah yang membuat masjid ini pada awalnya dinamai Masjid Pakungwati. Namun, nama tersebut diganti pada 1970 menjadi Masjid Sang Cipta Rasa yang berasal dari pengejawantahan kepercayaan dan rasa.
Saat ini, orisinalitas bangunan masjid tersebut masih dipertahankan. Tiang-tiang penyangganya masih terbuat dari kayu. Bangunan masjid dibagi menjadi dua, yakni ruang utama dan serambi. Untuk masuk ke ruang utama, jemaah atau pengunjung harus menundukkan kepala. Sebab, pintu masuk ke ruang utama dibuat begitu kecil.
Salah satu kekhasan dari Masjid Sang Cipta Rasa adalah adzan pitu atau adzan yang dikumandangkan oleh tujuh muazin. Saat ini, hanya di waktu salat Jumat tradisi adzan pitu dilakukan.
Adzan pitu yang menjadi simbol perlawanan terhadap sosok Menjagan Wulu yang dengki dengan penyebaran Islam itu tetap dipertahankan hingga kini dan menjadi identitas Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
2. Masjid Kubah Mas Depok
Masjid Kubah Emas menjadi salah satu ikon wisata religi di Kota Depok. Banyak wisatawan dari dalam dan luar kota yang berkunjung ke masjid seluas 8.000 meter persegi ini.
Bangunan tersebut sebenarnya bernama Masjid Dian Al Mahri. Dilansir dari laman disbudpar.jabarprov.go.id, penyebutan Kubah Emas diambil dari bentuk atap masjid yang memang dilapisi emas murni.
Masjid Jami Dian Al-Mahri ini dibangun pada 2001 dan rampung pada 2006 oleh pengusaha asal Banten, Hj Dian Djuriah Maimun Al-Rasyid. Masjid ini dapat menampung kurang lebih 20.000 jemaah dan disebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara.
Pada bagian interiornya, masjid ini memiliki pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi. Pendiri masjid ini merepresentasikan bagunan megah di dalam masjid sebagai bukti kebesaran Allah SWT.
Pengunjung yang datang, biasanya tak hanya menjalani ibadah namun juga mengabadikan foto-foto di halaman Masjid Kubah Emas. Jumlah pengunjung akan lebih membludak ketika momen-momen tertentu seperti Idul Fitri, Idul Adha atau Maulid Nabi Muhammad SAW.
Masjid ini terletak di Jalan Raya Meruyung, Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok.
3. Masjid Agung Al-Imam Majalengka
Cantik, megah dan luas. Tiga kata itu rasanya belum cukup untuk menggambarkan Masjid Agung Al-Imam yang berada di sebelah barat Alun-alun Majalengka. Masjid terbesar di Kota Kuda ini memiliki desain yang estetik.
Masjid Agung Al-Imam dilengkapi dengan empat menara yang menjulang di setiap sisinya. Tampak dari luar, masjid ini dilengkapi ornamen yang detail dan indah. Hamparan rumput sintetis di pinggir masjid juga menjadi spot rehat yang menarik usai melaksanakan ibadah dalam masjid.
Masjid Al Imam merupakan wakaf atau peninggalan dari Kiai Imam Syafari, kakek dari pahlawan nasional KH Abdul Halim. Awalnya, masjid ini dibangun secara sederhana dengan bentuk panggung yang di bawahnya terdapat kolam kecil.
Renovasi masjid ini pun dilakukan secara bertahap hingga akhirnya pada masa Bupati Majalengka ke-6 R.M.A.A Salmon Salam Sura Adi Ningrat pada 1888, masjid ini mulai dirombak secara menyeluruh.
Terakhir kali masjid direnovasi pada masa Bupati Majalengka Karna Sobahi pada 2019 hingga tampak seperti saat ini.
4. Masjid Raya Bandung
Dua menara kembar setinggi 81 meter yang menjulang menjadi pemandangan menakjubkan yang pertama kali terlihat dari Masjid Raya Bandung. Masjid ini memang menjadi salah satu ikon dari Kota Bandung yang cukup terkemuka.
Pertama kali dibangun pada 1810, Masjid Raya Bandung yang sebelumnya bernama Masjid Agung, dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat Kota Bandung dari Krapyak.
Awalnya, bentuk bangunan masjid ini berbentuk panggung tradisional yang sederhana, bercorak Sunda dengan kolam besar untuk mengambil air wudhu. Namun, seiring dengan berlangsungnya zaman, masjid yang memiliki luas 8.573 meter persegi ini telah mengalami belasan kali renovasi.
Menjelang Konferensi Asia Afrika pada 1955, Masjid Agung Bandung mengalamai perombakan besar-besaran. Atas rancangan Presiden RI pertama Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total, di antaranya kubah dari sebelumnya berbentuk "nyungcung" menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang.
Model kubah "nyungcung" bentukan Soekarno itu hanya bertahan kurang lebih 15 tahun, setelah rusak akibat tiupan angin kencang. Perombakan wajah Masjid Raya Bandung terus dilakukan sampai pada 2001 zaman Gubernur Jabar H.R Nuriana.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang kala itu menjabat sebagai Wali Kota Bandung punya andil dalam mengubah wajah Masjid Raya Bandung, salah satunya dengan menjadikan lahan alun-alun menjadi lapangan rumput sintetis.
(tsa)