Anak Temperamen Berpotensi Tumbuhkan Kebiasaan Makan Tidak Sehat
loading...
A
A
A
TRONDHEIM - Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa anak-anak yang temperamental dengan karakteristik seperti frustrasi dan perubahan suasana hati, lebih rentan dalam mengembangkan hubungan yang tidak sehat dengan makanan dan kebiasaan makan. Studi tersebut dilakukan para peneliti dari Universitas Sains dan Teknologi Norwegia (NTNU).
(Baca juga: Bentuk Karakter Resilien pada Anak agar Bisa Kuat )
Temperamen sering disamakan dengan amarah, tetapi lebih merangkul. Temperamen adalah cara mendasar anak dalam menghadapi lingkungan dan dirinya sendiri. Ini dapat dianggap sebagai awal dari apa yang disebut kepribadian pada orang dewasa.
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa karakteristik anak itu sendiri juga berperan dalam perkembangan kebiasaan makan. Para peneliti menyelidiki topik tersebut sebagai bagian dari proyek Trondheim Early Secure Study (TESS) yang berbasis di NTNU.
Penelitian ini melibatkan sekitar 800 anak berusia 4, 6, 8, dan 10 tahun. Para peneliti bertanya kepada orangtua tentang kebiasaan makan dan temperamen anak-anak mereka serta memeriksa apakah temperamen dapat memprediksi bagaimana kebiasaan makan berkembang.
(Baca juga: Akibat Pandemi, Kaum Ibu Semakin Sadar Pentingnya Gaya Hidup Sehat )
Temuan menunjukkan bahwa anak-anak yang sering dianggap temperamental seperti cepat frustrasi, lebih rentan terhadap suasana hati yang berfluktuasi daripada yang lain. Mereka sangat rentan terhadap pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak sehat dan kesulitan dengan makanan dan memakan.
Mereka memilih makan emosional lebih banyak dari waktu ke waktu, lebih cenderung makan karena makanan tersedia, meskipun mereka mungkin kenyang, dan mereka menjadi pemakan makanan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Anak-anak dengan temperamen ini juga menunjukkan emosi yang berlebihan di kemudian hari, yakni lebih cenderung makan lebih sedikit ketika mereka sedih, gelisah, takut, atau marah.
"Penting untuk membangun kebiasaan makan yang baik selama masa kanak-kanak karena kita sering membawa kebiasaan ini bersama kita ke masa remaja dan dewasa. Kebiasaan makan yang baik penting untuk memiliki hubungan yang baik dengan makanan dan makan, dan untuk menghindari kelebihan berat badan," kata para peneliti seperti dilansir Times Now News.
Mengingat bahwa anak-anak yang temperamental lebih rentan untuk mengembangkan kebiasaan makan yang tidak sehat, karena itu penting bagi orangtua untuk memberikan perhatian khusus untuk mendukung makan yang sehat. Ini bisa menjadi tantangan ekstra bagi orang tua dari anak-anak yang memiliki perubahan suasana hati yang lebih besar daripada yang lain.
(Baca juga: Permainan Ini Bisa Latih Kemampuan Motorik si Kecil )
Orang tua dari anak-anak yang temperamental lebih sering harus berurusan dengan emosi negatif daripada orangtua dari anak-anak yang tidak mudah frustrasi atau marah. Tidak mengherankan bahwa orangtua dari anak-anak yang temperamental lebih sering menggunakan strategi yang mungkin tidak kurang optimal.
(Baca juga: Bentuk Karakter Resilien pada Anak agar Bisa Kuat )
Temperamen sering disamakan dengan amarah, tetapi lebih merangkul. Temperamen adalah cara mendasar anak dalam menghadapi lingkungan dan dirinya sendiri. Ini dapat dianggap sebagai awal dari apa yang disebut kepribadian pada orang dewasa.
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa karakteristik anak itu sendiri juga berperan dalam perkembangan kebiasaan makan. Para peneliti menyelidiki topik tersebut sebagai bagian dari proyek Trondheim Early Secure Study (TESS) yang berbasis di NTNU.
Penelitian ini melibatkan sekitar 800 anak berusia 4, 6, 8, dan 10 tahun. Para peneliti bertanya kepada orangtua tentang kebiasaan makan dan temperamen anak-anak mereka serta memeriksa apakah temperamen dapat memprediksi bagaimana kebiasaan makan berkembang.
(Baca juga: Akibat Pandemi, Kaum Ibu Semakin Sadar Pentingnya Gaya Hidup Sehat )
Temuan menunjukkan bahwa anak-anak yang sering dianggap temperamental seperti cepat frustrasi, lebih rentan terhadap suasana hati yang berfluktuasi daripada yang lain. Mereka sangat rentan terhadap pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak sehat dan kesulitan dengan makanan dan memakan.
Mereka memilih makan emosional lebih banyak dari waktu ke waktu, lebih cenderung makan karena makanan tersedia, meskipun mereka mungkin kenyang, dan mereka menjadi pemakan makanan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Anak-anak dengan temperamen ini juga menunjukkan emosi yang berlebihan di kemudian hari, yakni lebih cenderung makan lebih sedikit ketika mereka sedih, gelisah, takut, atau marah.
"Penting untuk membangun kebiasaan makan yang baik selama masa kanak-kanak karena kita sering membawa kebiasaan ini bersama kita ke masa remaja dan dewasa. Kebiasaan makan yang baik penting untuk memiliki hubungan yang baik dengan makanan dan makan, dan untuk menghindari kelebihan berat badan," kata para peneliti seperti dilansir Times Now News.
Mengingat bahwa anak-anak yang temperamental lebih rentan untuk mengembangkan kebiasaan makan yang tidak sehat, karena itu penting bagi orangtua untuk memberikan perhatian khusus untuk mendukung makan yang sehat. Ini bisa menjadi tantangan ekstra bagi orang tua dari anak-anak yang memiliki perubahan suasana hati yang lebih besar daripada yang lain.
(Baca juga: Permainan Ini Bisa Latih Kemampuan Motorik si Kecil )
Orang tua dari anak-anak yang temperamental lebih sering harus berurusan dengan emosi negatif daripada orangtua dari anak-anak yang tidak mudah frustrasi atau marah. Tidak mengherankan bahwa orangtua dari anak-anak yang temperamental lebih sering menggunakan strategi yang mungkin tidak kurang optimal.
(nug)